Rabu, 21 Desember 2016

Amil Jawazim




والجوازم ثمانية عشروهى لم ولما والم والما ولام الامر والدعاء ولا فى النهى والدعاء وان وما ومَن ومهما وإذما وأي ومتى وأيان وأين وانى وحيثما  وكيفما وإذا في الشعرخاصة

Ami – amil yang sering menjazmkan suatu kata itu ada delapan belas, yaitu lam, lamma, alam, alamma, lam amar, lam du’a, la nahi, la du’a, in, ma, man, mahma, idzma,ayyun,mata, ayyana, aina, anna, haitsuma, kaifama dan idzan khusu di dalam syair.
Dengan demikian ketika ada fi’il mudhori bertemu dengan salah satu huruf tersebut di atas maka harus di baca jazm, dengan alamat jazmnya telah di terangkan pada pelajaran yang sudah lalu. Contoh fi’il yang dijazmkan oleh amil jazm, sebagai berikut :
1.    Saya belum mendengar adzan magrib , لم أسمع أذان المغرب
2.    Kamu belum menulis pelajaran bahasa arab, تكتب درس اللغة العربية  لمّا 
3.    Dan contoh- contoh lainnya.

Amil Nawasib

Ami- amil Nasab
فالنواصب عسرة وهى أن ولن وإذن وكى ولام كى ولام الجحود وحتى والجواب بالفاء والواو وأو
Maka amil – amil yang biasa menasabkan fi’il mudhori itu ada sepuluh, yaitu lapadh An, Lan, idzan, Kay, Lam Kay, Lam Juhud,Hatta, Jawab dengan huruf fa, Jawab dengan huruf wawu dan lapadh Au.
1. أن (supaya/akan), contohnya المغرب اُصلي أن أناأُريد
2. لن (tidak akan), contohnya المؤمن يخون لن
3. إذن (kalau begitu), contohnya أشكرلك أزوربيتك ٫ إذن
4. كى (supaya), contohnya طعاماكي يفرح المسكين أعطي
5. حتى (sehingga), contohnya يذخل حتي يقول السلام لا
6. Dan contoh lainnya.
Maf’ul Bih
Pengertian  Maf’ul Bih
المفعول به هو اسم منصوب يدل على شئٍ وقع عليه فعل الفاعل اثباتا او نافيا ولا تغير لاجله صورة الفعل
مفعول به adalah isim manshub yang menunjukan suatu arti dimana perbuatan فاعل jatuh padanya, baik dalam posisi isbhat (positif) atupun nafi (negatif) dan bentuk فعل sama sekali tidak berubah .Contoh:
 (+)  أكلتُ الرزَّ  (saya telah makan nasi)
 (-)ما أكلتُ الرزَّ  (saya tidak makan nasi).
Maf’ul bih bisa didefinisikan juga إسم منصوبٌ الّذى يقع به الفعل (isim manshub yang menjadi sasaran perbuatannya فاعل. Contoh:ضربتُ الكلبَ (saya telah memukul anjing), kata الكلبَ itu merupakan maf’ul bih karena jadi sasaran yang memukul.
Masdar
Definisi Mashdar adalah:
Isim yang menunjukkan kejadian (huduts) yang sepi dari zaman dan mencukupi atas huruf-huruf Fi’ilnya atau melebihinya.
Contoh dinamakan Mashdar :

بذلُ المال في الخير نفع لصاحبه

BADZLUL-MAALI FIL-KHOIRI NAF’UN LI SHOOHIBIHII = mendermakan harta di dalam kebaikan bermanfaat bagi si empunya.
Lafazh BADZLU adalah mashdar dari : BADZALA-YABDZALU-BADZLAN.
Badzlan adalah Mashdar bermakna menunjukkan atas kejadian pendermaan tanpa penyertaan zaman. Dan juga mencukupi semua huruf-huruf Fi’ilnya yaitu huruf BA’, DZAL dan LAM.

Huruf pada lafazh IKROOMUN mencukupi atas huruf-huruf Fi’ilnya (AKROMA) berikut melebihinya yaitu ada tambahan Alif sebelum huruf terakhir.
Adapun yang disebut Isim Mashdar berbeda dengan Mashdar. Sekalipun keduanya sama mencocoki dalam hal menunukkan huduts/kejadian.
Bedanya Mashdar tidak akan berkurang hurufnya dari bentuk huruf Fi’ilnya. Sedangkan disebut Isim Mashdar huruf-hurufnya berkurang dari bentuk huruf Fi’ilnya secara lafazhan atau Takdiran dan tanpa ada pergantian huruf.



Zharaf Zaman (Keadaan Waktu)

Zharaf zaman ialah, isim zaman (waktu) yang di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fî (pada/dalam), seperti lafazh:Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_3.gif (pada hari ini), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_4.gif(pada malam ini), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_5.gif(pagi hari), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_6.gif(waktu pagi), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_7.gif(pada waktu sahur), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_8.gif(besok), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_9.gif(waktu sore atau waktu Isya), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_10.gif(pada waktu subuh), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_11.gif(pada waktu sore), (selamanya), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_13.gif(ketika), dan lafazh yang menyerupainya.
Zharaf Makân (Keadaan Tempat)Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_12.gif
Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_14.gif
Zharaf makân ialah, isim makân (tempat) yang di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fî (pada/dalam), seperti lafazh: Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_15.gif(di depan), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_16.gif(di belakang), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_17.gif(di depan), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_18.gif(di belakang), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_19.gif(di atas), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_20.gif(di bawah), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_21.gif(di dekat atau di sisi), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_22.gif(beserta), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_23.gif(di muka atau di depan), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_24.gif(di dekat), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_25.gif(di hadapan), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_26.gif(di sini), Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_27.gif(di sana), dan lafazh yang menyerupainya.
Contoh zharaf zaman adalah sebagai berikut:
Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_28.gif= aku telah berpuasa pada hari Senin.
Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_29.gif= aku telah ber-i'tikaf pada hari Jum'at.
Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_30.gif= aku akan berkunjung kepadamu besok pagi.
Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_31.gif = aku telah berjalan pagi-pagi.
Contoh zharaf makân adalah sebagai berikut:
Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_32.gif= aku telah duduk di depan ustadzku.
Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_33.gif= aku telah berjalan di belakang ustadzku.
Kata nazhim:
Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_34.gif
Zharaf ialah isim waktu atau isim tempat yang di-nashab-kan. Menurut kalangan orang Arab, semua (dari isim waktu atau tempat itu) dengan memperkirakan makna fî.
Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_35.gif.
Dan di-nashab-kan oleh fi'il-nya yang diberlakukan, seperti dalam contoh: Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_36.gif(aku telah berjalan pada malam hari), dan Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_37.gif(aku telah ber-i'tikaf satu bulan).
Lafazh Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_38.gifdi-nashab-kan oleh daDescription: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_39.gifn lafazh Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_40.gifdi-nashab-kan oleh Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_41.gif.


Description: http://www.cybermq.com/gambarpustaka/dz_42.gif
 



hal dan tamyiz


 
الحال (hal) adalah:
  1. isim nakiroh yang dibaca nashob
  2. menjelaskan KEADAAN yang masih samar
  3. baru ada bila kalimat telah sempurna (subjek-predikat-objek/fa’il-fi’il-maf’ul sudah ada

Contoh:
جاءَ زيدٌ راكِباً
Zaid telah datang dengan berkendara
Keterangan: tulisan berwarna kuning adalah ‘hal’. Kata ‘dengan berkendara’ menjelaskan keadaan zaid ketika datang.
التّمييز (tamyiz) adalah:
  1. isim nakiroh yang dibaca nashob
  2. menjelaskan SESUATU yang masih samar
  3. baru ada bila kalimat telah sempurna (subjek-predikat-objek/fa’il-fi’il-maf’ul sudah ada)

 Contoh:
زيدٌ اَجمَلُ منك وَجهاً
Arti terjemah: zaid lebih indah darimu, wajah
Makna: wajah zaid lebih indah dari wajahmu
Keterangan: kata ‘lebih indah’ masih samar dan terlalu umum, lalu diperjelas dengan tamyiz bahwa yang lebih indah adalah wajahnya.
Contoh lain: zaid lebih mulia darimu, ayah. Maksudnya: Ayah zaid lebih mulia dari ayahmu.
 
Persamaan hal dan tamyiz adalah keduanya:
  1. isim nakiroh yang dibaca nashob
  2. menjelaskan yang masih samar
  3. baru dibutuhkan bila kalimat telah sempurna
Perbedaan hal dan tamyiz adalah:
  • ‘hal’ menjelaskan keadaan tentang berlangsungnya satu aktivitas (fi’il)
  • ‘tamyiz’ adalah penjelas dalam kalimat (baik penjelas predikat atau objek) selain keadaan

ISIM MUFROD DAN TATSNIYAH
A. Isim Mufrod adalah kata benda yang bermakna satu atau tunggal, seperti : زيد = ZAIDUN (maknanya Satu Zaid), مسلم = MUSLIMUN (satu orang Muslim lelaki), مسلمة = MUSLIMATUN (Satu orang muslim perempuan).

B. Isim Tatsniyah atau Mutsanna adalah kata benda yang bermakna dua, contoh : مسلمتان، مسلمان، زيدان  (ZAIDAANI, MUSLIMAANI, MUSLIMATAANI artinya adalah Dua Zaid, Dua Muslim, dan Dua Muslimah), ciri-cirinya adalah tambahan huruf ALIF dan NUN kalau dalam keadaan Rof’a, dan diberi tambahan YA’ dan NUN kalau dalam keadaan Nashob dan Jer, conroh : نصرت الزيدين ومسلمين ومسلمتين (NASHORTU AZ-ZAIDAINI WA MUSLIMAINI WA MUSLIMATAINI artinya TELAH MENOLONG OLEH SAYA PADA DUA ZAID dan PADA DUA MUSLIM dan PADA DUA MUSLIMAH), dan untuk I’robnya belum saatnya kita bahas di sini, yang jadi pokok pembahasan di sini adalah menegnali Isim Tastniyah saja.








JAMA’ MUANNATS DAN JAMA’ MUDZAKKAR
Jama’ Muannats Salim
Pengertian  Jama’ Muannats Salim
Jama’ Muannats Salim adalah isim jama’ yang menunjukkan wanita dan beraturan, yakni dengan menambahkan Alif dan Ta’ maftukhah (ت dan ا) di akhirnya dan huruf sebelumnya di fathahkan (ta’ marbutoh nya di buang).
Jamak yang dibentuk dari isim mufrodnya yang digunakan untuk menunjukkan jenis perempuan.
Misalnya : صَالِحَةٌ menjadi صَالِحَاتٌ/ صَالِحَاتٍ. Jika tidak menunjukkan jenis wanita atau muannats maka tidak bisa dijadikan jama’ muannats salim, misalnya: مُحَمَّدٌ menjadi مُحَمَّدَاتٌ (yang seperti ini salah atau tidak bisa).[1][1]
Contoh:
Mufrod
Jamak
Arti
صَالِحَةٌ
صَالِحَاتٌ/ صَالِحَاتٍ
Orang-orang solehah
مُؤْمِنٌ
مُؤْمِنَاتٌ/ مُؤْمِنَاتٍ
Para perempuan mu’min
كَافِرٌ
كَافِرَاتٌ/ كَافِرَاتٍ
Para perempuan kafir
مُسْلِمَةٌ
مُسْلِمَاتٌ/ مُسْلِمَاتٍ
Para perempuan muslim
حَقِيْبَةٌ
حَقِيْبَاتٌ/ حَقِيْبَاتٍ
Tas-tas
سَجَادَةٌ
سَجَادَاتٌ/ سَجَادَاتٍ
Banyak karpet
ثَلَّاجَةٌ
ثَلَّاجَاتٌ/ ثَلَّاجَاتٍ
Banyak kulkas
أَرِيْكَةٌ
أَرِيْكَاتٌ أَرِيْكَاتٍ
Banyak sofa

B.   Jama’ Mudzakkar Salim
Pengertian jamak mudzakkar salim
Jama’ mudzakkar salim adalah Jamak yang dibentuk dari isim mufrodnya yang digunakan untuk menunjukkan jenis laki-laki atau isim jama’ yang menunjukkan laki-laki dan beraturan dari mufrod yang menunjukkan laki-laki dan yang tidak ada ta’ marbutoh (ة ), yakni dengan menambahkan (ن و ) di akhirnya yang huruf sebelumnya dhomah, ataupun menambahkan (ين ) diakhirnya yang huruf sebelumnya kasrah.
Misalnya: مُؤْمِنٌ menjadi مُؤْمِنُوْنَ / مُؤْمِنِيْنَ tetapi jika tidak menunjukkan jenis laki-laki atau mudzakkar tidak bisa dibentuk menjadi jama’ mudzakkar salim.[2][3]
Contoh:
Mufrod
Jamak
Arti
 مُؤْمِنٌ
مُؤْمِنُوْنَ / مُؤْمِنِيْنَ
Para laki-laki mukmin
كَافِرٌ
كَافِرُوْنَ / كَافِرِيْنَ
Para laki-laki kafir
مُسْلِمٌ
مُسْلِمِيْنَ/ مُسْلِمُوْنَ
Para laki-laki muslim
مَكْتَبٌ
مَكْتَبُوْنِ/ مَكْتَبِيْنَ
Banyak meja
مُدَرِّسٌ
مُدَرِّسُوْنَ/ مُدَرِّسِيْنَ
Para guru laki-laki atau guru-guru


ISTISNA’
هو إخراجُ ما بعدَ "إلاّ" أو إحدَى أخواتها من أدوات الاستثناءِ، من حكم ما قبلَهُ
Istisna’ adalah mengeluarkan suatu kalimat yang jatuh stelah “illa” dan “tema-temannya” dari hokum kalimat sebelumnya. Contoh : جاءَ التلاميذُ إلاّ عليّاً
Istilah-istilah yang dipakai dalam bab ini :
a. Mustasna yaitu kalimat yang di keluarkan dari hokum kalimat sebelumnya, dalam contoh di atas “Ali” adalah sebagai mustasna.
b. Mustasna minhu yaitu kalimat yang dijadikan patokan hokum kalimat.
c. Adawatul mustasna yaitu huruf-huruf dalam istisna’ . dalam hal ini ada 8,
"إلاّ وغيرٌ وسِوًى وسُوًى وسَواءٌ وخَلا وعَدا وحاشا "
Sebagian ada yang menambah وليسَ ولا يكونُ
d. Kalam Tam Mujab yaitu Kalimat yang Positif dan sudah Mufid ( bisa dipahami ).
e. Kalam Tam Manfi yaitu kalimat yang sudah bisa dipahami tapi berbentuk negative
f. Kalam Naqis yaitu kalam yang belum bisa dipahami artinya belum memenuhi syarat kalam.
B. Macam-macam Mustasna
Mustasna ( atau kalimat yang dikecualikan) itu ada dua macam:
• Mustasna Muttasil
Yaitu antara mustasna dan mustasna minhu satu jenis hukumnya, misalnya sama-sama manusia, binatang atau peralatan tertentu, contoh :
جاءَ المسافرون إلا سعيداً
• Mustasna Munfasil
Yaitu antara mustasna dan mustasna minhu berbeda jenis atau kelompok, contoh :
احترقت الدارُ إلاّ الكتُبَ
C. Mustasna dengan “إلاَّ “
Jika Istisna’ itu memakai huruf “إلاَّ “ secara bersambung,maka mempunyai tiga hokum, :
1. Wajib dibaca nashob,
Dalam hal ini ada dua kemungkinan.
• Jatuh setelah kalam Tam Mujab, contoh : ينجحُ التلاميذُ إلا الكسولَ
• Jatuh setelah kalam Tam Manfi dan mustasna didahulukan dari mustasna minhu, contoh : ما جاء إلا سليماً أحدٌ
2. Boleh dua wajah, yaitu boleh dibaca nashob juga boleh jadi badal
Yaitu jika mustasna didahulukan dari sifatnya, contoh :
ما في المدرسة أحد إلا أخاك، أو إلاّ أخوكَ، كَسوٌ
Atau jika jika mustasna tersebut jatuh setelah kalam tam manfi atau syibhu manfi. Contoh :
Ø Yang jatuh setelah tam manfi : ما جاءَ القومُ إلاّ علي، وإلا علياً
Ø Yang jatuh setelah tam syibhu manfi : لا يَقمْ أحدٌ إلاّ سعيدٌ، وإلا سعيداً
3. Sesuai dengan amilnya.
Yaitu jika jatuh setelah kalam manfi atau sybhi manfi, contoh :
- ما جاءَ إلا عليٌّ
- ما رأيتُ إلا عليّاً
- ما مررتُ إلا بعليّ
D. Mustasna dengan “غَيْرٍ وسِوًى “
Dalam hal ini mustasna wajib dibaca jer. Contoh : "جاءَني رجلٌ غيرُكَ، أو غيرُ خالدٍ"
E. Mustasna dengan “خَلا وعَدَا وحاشا “
Dalam hal ini ada dua wajah, yaitu boleh dibaca jer juga boleh dibaca nashob.
• Boleh dibaca jer dengan landasan menyamakan huruf-huruf tersebut dengan huruf jer. Contoh : جاءَ القومُ خَلا عليٍّ


MAF’UL LAH / MAF’UL LIAJLIH

يُنْصَبُ مَفْعُولاً لَه الْمصْدَرُ إِنْ ¤ أَبَانَ تَعْلِيلاً كَجُدْ شُكْراً وَدنْ

Mashdar dinashobkan menjadi Maf’ul Lah (syaratnya) jika ia menjelaskan Ta’lil (alasan/faktor), contoh “JUD SYUKRON WA DIN!” = bersikap baiklah karena bersyukur dan beragamalah! (dg taat)

وَهْو بِمَا يَعْمَلُ فِيهِ مُتَّحدْ ¤ وَقْتاً وَفَاعِلاً وَإنْ شَرْطٌ فُقِدْ

Juga Masdar yg menjadi Maf’ul Lah harus bersatu dengan Amilnya dalam hal waktu dan subjeknya. Dan jika tidak didapati syarat …. >

فَاجْرُرْهُ بِالْحَرْفِ وَلَيْسَ يَمْتَنِعْ ¤ مَعَ الشُّرُوطِ كَلِزُهْدٍ ذَا قَنِعْ

>.. maka majrurkan dengan huruf jar. Pemajruran ini juga tidak dilarang sekalipun Masdar tsb mencukupi Syarat seperti contoh: LI ZUHDIN DZAA QONI’A = dia ini qona’ah dikarenakan zuhud.
Pengertian Maf’ul Lah/Maf’ul Li Ajlih menurut bahasa adalah: objek yg menjadi faktor pekerjaan. Menurut Ilmu Nahwu adalah: Isim Masdar yang menjelaskan tentang faktor/alasan dari penyebutan Amil sebelumnya. Dan bersatu dalam hal waktu dan subjeknya.
MUNADA
Munada adalah isim yang bertempat setelah huruf nida', dengan tujuan untuk memanggil atau menyeru. Huruf nida' yang paling sering digunakan adalah "Yaa" (wahai).

Contoh: يا عبدَ الله   (Yaa abdallaahi : Wahai hamba Allah)
Selain "yaa", yang juga merupakan huruf nida' adalah "Hamzah", "Waa", "Hayyaa", "Ay", "Ayaa". Ketentuan I'rab Munada: I'rab munada ada yang di-nashab, ada mabni (tetap akhir kalimah tanpa tanwin) atas dhammah.

A.  I'rab munada mesti nashab apabila munada :

1.  Mudhaf, seperti "Yaa Nabiyyallahi",
Nabiyya adalah munada yang nashab dengan tanda fathah karena ia mudhaf.

2.  Menyerupai mudhaf,
Contoh: "Yaa thaali'an jabalan” Wahai pendaki gunun.
Thaali'an bukan mudhaf karena bertanwin, tapi menyerupai mudhaf karena bermakna seperti mudhaf.

3.  Nakirah ghairu maqsuudah, yaitu nakirah yang tidak tertentu siapa yang dipanggil.
Contoh: "Yaa rajulan, unshurniy” Wahai lelaki (siapapun), tolonglah aku. Rajulan di-nashab karena nakirah ghairu maqsuudah.
Maf’ul Ma’ah (اَلْمَفْعُوْلُ مَعَهُ)

Maf’ul Ma’ah adalah isim dalam keadaan manshub yang terletak setelah huruf WAU (و). Dan bermakna bersama (مَعَ) yang menunjukkan suatu kebersamaan.

Contohnya:

سِرْتُ وَالْجَبَلَ (sirtu wal jabala)
Aku berjalan bersama gunung.


Pada kata الْجَبَلَ dalam keadaan manshub dengan berharokat fathah karena merupakan isim mufrod,  sebagai maf’ul ma’ah.

جَاءَ عُمَرُ وَغُرُوْبَ الشَّمْسِ (Jaa a ‘umaru wa guruubasy-syamsi)
Aku berjalan bersama dengan tenggelamnya matahari

Pada kata غُرُوْبَ manshub dengan harokat fathah karena isim mufrod, sebagai maf’ul ma’ah


Hal dasar yang perlu diketahui mengenai maf’ul ma’ah
-          1. Maf’ul ma’ah terletak langsung setelah huruf WAU yang disebut dengan WAU ma’iyyah
-          2. WAU ma’ah menunjukkan suatu kebersamaan, adapun WAU Athof menunjukkan kata penghubung

Contoh:
جَاءَ مُحَمَّدٌ وَحَسَنٌ  (Jaa a Muhammadun wa Hasanun)
Muhammad dan Hasan telah datang

Pada kalimat di atas, huruf WAU merupakan WAU Athof bukan WAU Ma’iyyah. Karena setelah huruf WAU, kata وَحَسَنٌ   tidak manshub dan menunjukkan kata penghubung

جَاءَ مُحَمَّدٌ وَطُلُوْعَ الشَّمْسِ (Jaa a Muhammadun wa thuluu’asy-syamsi)
Muhammad datang bersamaan dengan terbitnya matahari

Pada kalimat di atas, WAU tersebut berfungsi sebagai WAU Ma’iyyah






Isim Dan Fiil Lima
Description: Perbedaan Isim Lima Dan Fiil Lima
Sebenarnya, dari segi penamaan saja sudah sangat jelas apa perbedaan isim lima dan fiil lima dalam bahasa arab tersebut. Sebagaimana telah dibahas pada tulisan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan isim lima adalah sekumpulan lafadz yang terdiri dari lafadz-lafadz isim yang jumlahnya ada lima sehingga i’rabnya bisa rofa’, nashob dan khofadz, sedengkan yang dimaksud dengan fiil lima adalah kumpulan kata kerja (fi’il) yang terbentuk dari lima wazan sehingga i’rabnya bisa rafa’, nashob dan jazm.
Contoh :
Isim lima : جَاءَ اَبُوْكَ = Ayahmu sudah datang
Yang menjdi contoh isim limanya adalah lafadz اَبُوْكَ karena ia termasuk salah satu anggota isim lima, sedangkan i’rabnya adalah rofa’ karena kedudukannya menjadi fa’il dari fi’il lafadz جَاءَ.
Fi’il Lima : يَنْصُرَانِ زَيْدًا = Mereka berdua (laki-laki) sedang menolong Zaid.







SASAKALA CIJULANG DAN PANTAI BATUHIU



SASAKALA CIJULANG DAN PANTAI BATUHIU
Dahulu kala, di wilayah kekuasaan kerajaan Banyumas hiduplah keluarga bahagia pasangan Aki Gede dan Nini Gede. Pasangan keluarga tersebut memiliki dua orang anak, yang sulung seorang laki-laki bernama Sang Lawangjagang, sedangkan yang bungsu seorang putri yang sangat cantik jelita. Banyak raja dan ksatria yang melamarnya, namun selalu saja ditolak oleh sang putri. Kanjeng Sinuhun, raja kerajaan Banyumas, termasuk salah seorang yang menyukai sang putri. Maka Kanjeng Sinuhun pun segera mengajukan lamaran pada Aki Gede dan Nini Gede. Tetapi seperti sebelumnya, lamaran itu pun ditolak oleh Aki Gede, karena merasa anaknya tidak pantas mendapatkan seorang raja. Aki Gede merasa bahwa putrinya hanyalah keturunan rakyat biasa dan tidak mungkin menjadi permaisuri seorang raja.
Tentu saja penolakan dari Aki Gede tersebut membuat sakit hati Kanjeng Sinuhun. Lalu ia pun memerintahkan kepada patihnya untuk mengusir Aki Gede beserta seluruh keluarganya dari wilayah kerajaan Banyumas. Berangkatlah Aki Gede, Nini Gede, putri, dan seluruh kerabatnya meninggalkan wilayah kerajaan Banyumas. Rombongan itu pergi ke arah Barat. Setelah menempuh perjalanan sehari semalam, rombongan Aki Gede pun sampailah ke tepi sungai di batas kerajaan. Dari sana, rombongan hanjat (menyeberangi) sungai. Tempat itulah yang kelak dikenal dengan nama Hanjatan Cimanganti. Setelah itu, perjalanan pun dilanjutkan menuju ke arah selatan.
Maka tibalah rombongan Aki Gede ke sebuah tempat yang teduh dan terdapat mata air. Di sana, mereka segera ngababakan (membuka lahan baru) untuk membangun perkampungan. Mulanya hanya dibangun satu rumah, terus bertambah menjadi lima rumah, kemudian bertambah pula dengan dibangunnya sebuah surau. Lama kelamaan daerah itu pun semakin banyak dikunjungi pendatang. Bahkan banyak orang yang berguru ilmu kanuragan ke Aki Gede. Rumah Aki Gede pun kemudian direnovasi dan dijadikan sebuah padepokan yang diberi nama Padepokan Karasanbaya. Dengan perkembangan padepokan yang sangat pesat, Aki Gede pun mulai merasa gundah. Khawatir perkampungan tersebut diketahui oleh Kanjeng Sunan. Lalu ia berniat membangun padepokan di tempat lain. Sebagai penggantinya, Aki Gede menyuruh anaknya yang sulung untuk mengurus Padepokan Karasanbaya.Oleh anaknya, Padepokan itu diganti namanya menjadi Kawasan. Sementara Aki Gede, Nini Gede, putrinya, dan rombongan keluarga lainnya terus melanjutkan pengembaraan ke arah barat. Lalu ke arah selatan dan ngaso (beristirahat) di suatu tempat yang juga terdapat mata air yang banyak pohon kasonya. Kelak tempat ini dikenal dengan nama Cikaso, yang berarti tempat beristirahat yang terdapat sumber air dekat pohon kaso. Di tempat itu, Aki Gede pun segera membangun sebuah padepokan. Lalu padepokan itu ia percayakan kepada salah satu saudaranya yang bernama Mangun Naha Mana Manggala. Setelah itu, Aki Gede dan Nini Gede pun melanjutkan pengembaraannya kembali.
Beberapa hari kemudian, rombongan Aki Gede pun sampailah pada sebuah daerah yang kelak bernama Bojonglekor. Di sana Aki Gede membangun kembali sebuah padepokan dan kepengurusannya dipercayakan kepada salah seorang saudaranya yang bernama Sang Prabu Mangun Ciker. Kemudian, Aki Gede pun melanjutkan kembali pengembaraannya. Kali ini Aki Gede semakin ke selatan. Kemudian sampailah ke daerah Bubulak dan Karangsimpang, di sana Aki Gede pun membangunsebuah padepokan. Di karangsimpang ia percayakan lagi kepengurusan padepokannya pada saudaranya yang lain. Kini Aki Gede pergi ke arah utara dan sampailah di sebuah daerah. Di sana Aki Gede segera membangun padepokan dilengkapi dengan sebuah sunge (sumur buatan), karena di daerah tersebut tidak terdapat mata air. Kelak tempat ini dikenal dengan nama kampung Binangun. Selama pengembaraannya, Aki Gede, Nini Gede, dan rombongan selalu berhenti di sebuah daerah dan dilanjutkan dengan ngababakan (membuka lahan baru).
Setelah membangun padepokan di Binangun, Aki Gede pun kemudian mencari daerah baru sebagai tempat bermukim. Suatu ketika, sampailah Aki Gede ke daerah yang bernama Nagarawati. Di sana ia tidak membangun padepokan, karena sudah padat penduduknya. Aki Gede pun akhirnya kembali lagi ke Binangun. Namun tidak berhenti di situ, Aki Gede kemudian mengalihkan perjalanannya ke sebelah Barat. Berturut-turut Aki Gede membangun kampung yang sekarang dikenal dengan nama Bojongmalang, Sarakan, Cikadu, Cikawao, Cikagenah, Cipatahunan dan Gurago. Di Gurago, Aki Gede tinggal cukup lama. Bahkan Aki Gede sempat mengangkat seorang amil (penghulu) dan kepala kampung. Setelah itu, Aki Gede pun melanjutkan kembali perjalananya. Sekarang ia mengarah kembali ke selatan. Tujuannya ialah ke pesisir selatan pulau Jawa. Maka sampailah Aki Gede ke daerah yang sekarang dikenal dengan nama Cigugur. Lama ia tinggal di daerah tersebut. Beberapa taun kemudian, Aki Gede dipanggil oleh Dalem Tamela, Raja Sukapura yang kekuasaannya  meliputi daerah Cigugur. Aki Gede pun menemui Dalem Tamela di keratonnya yang sekarang dikenal dengan nama Sukaraja, di wilayah Tasikmalaya sebelah selatan. Ternyata Dalem Tamela berniat untuk mempersunting anaknya Aki Gede yang perempuan. Lamaran tersebut sempat tujuh kali ditolak oleh Aki Gede. Alasannya karena sang putri telah menikah dengan seorang ksatria bernama Sembah Ragasang. Namun karena memaksa, Aki Gede pun akhirnya menyetujui permintaan Dalem Tamela dengan sebuah syarat: Dalem Tamela harus memberi mantan menantunya suatu wilayah kekuasaan berikut penduduknya yang berjumlah sembilan kuren (kepala keluarga). Dalam memberikan wilayah itu pun tidak dipilih oleh Dalem Tamela, namun harus sekehendak menantunya.
Setelah sepakat, pergilah mantan menantu Aki Gede, Sembah Ragasang, beserta sembilan kuren rombongannya ke arah barat mengikuti jejak air mengalir. Kemudian tibalah Sembah Ragasang di kerajaan Panjalu. Di sana ia sempat bermukim, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya ke wilayah Imbanagara. Di sana Sembah Ragasang menemui saudara ibunya yang bernama Jeng Pati. Menurut petunjuk dari Jeng Pati, Sembah Ragasang harus mencari wilayah yang baik untuk pemukiman ke sebelah Barat. Berdasarkan petunjuk itulah, kemudian Sembah Ragasang beserta rombongan tiba di hutan belantara. Karena merasatidak cocok, dari sana Sembah Ragasang melanjutkan lagi perjalanannya ke arah pesisir selatan. Tibalah Sembah Ragasang ke daerah yang sekarang bernama Mandala, Karangnini dan Jajawai. Di sanalah Sembah Ragasang menetap sampai akhir hayatnya. Adapun Aki Gede yang telah lama menetap di Cigugur, kemudian kembali melanjutkan pengembaraannya.
Hingga pada suatu ketika, tibalah di atas bukit masih di wilayah pesisir Selatan. Bermalamlah Aki Gede beserta rombongan pengikutnya di bukit tersebut. Keesokan harinya, sebelum pergi melanjutkan perjalanan, Aki Gede menyuruh salah seorang pengikutnya yang bernama Ki Braja Lintang untuk menangkap ikan di laut untuk sarapan. Dengan cekatan, segera Ki Braja pergi ke pantai untuk menangkap ikan. Setelah beberapa jam, kemudian Ki Barja membawa seekor ikan yang besar ke hadapan Aki Gede. Ternyata ikan tersebut seekor hiu. Maka oleh Aki Gede, Ki Barja pun disuruh untuk melepaskan kembali ikan hiu tersebut ke laut lepas. Namun anehnya, ketika dilepaskan oleh Ki Barja, ikan hiu itu tiba-tiba berubah menjadi sebongkah batu besar berwarna hitam. Semenjak itulah, daerah pesisir itu oleh Aki Gede diberi nama pantai Batu Hiu. Dari bukit tempat peristirahatan Aki Gede beserta rombongannya itulah, sekarang kita dapat melihat secara jelas bongkahan batu yang berasal dari perwujudan ikan hiu tersebut. Setelah kejadian itu, Aki Gede segera saja meninggalkan daerah tersebut. Bersama dengan rombongannya, ia kemudian melanjutkan perjalanan ke arah Barat dengan tetap menyusuri pesisir Selatan. Hingga sampailah Aki Gede ke sebuah muara yang menyatukan antara sungai Haurseah dengan laut Jawa Selatan. Di muara tersebut air sungai Haurseah nampak tidak menyatu dengan air laut karena terbendung oleh air laut itu sendiri, bahkan nampak airnya kembali mengalir berbalik ke arah aliran sungai. Oleh penduduk setempat, keadaan air seperti itu disebut cai mulang (air yang alirannya berbalik arah). Di dekat muara itulah, kemudian Aki Gede kembali ngababakan dan menetap untuk selamanya. Daerah itu pun kemudian oleh penduduk setempat dinamakan Cimulang. Konon selain perubahan lafal dari kata cai mulang, juga didasarkan pada kebiasaan Aki Gede yang bolak-balik seperti cai mulang mencari tempat untuk ngababakan.
Di daerah Cimulang terdapat burung Julang. Seiring dengan perkembangan waktu, maka Cimulang pun kemudian berubah namanya menjadi Cijulang seperti yang dikenal sekarang.

TEKS EKSPOSISI



TEKS EKSPOSISI
Pengertian Teks Eksposisi 
Pengertian teks eksposisi adalah sebuah paragraf atau karangan yang terkandung di dalamnya sejumlah informasi yang mana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, padat dan akurat.
Ciri-ciri Teks Eksposisi
  • Gaya informasi yang mengajak
  • Penyampaian teksnya secara lugas dan menggunakan bahasa yang baku
  • Menjelaskan informasi-informasi pengetahuan
  • Tidak memihak berarti tidak memaksakan kemauan dari penulis terhadap pembacanya
  • Teks Eksposisi bersifat objektif dan netral
  • Penjelasannya disertai data-data yang akurat
  • Fakta digunakan sebagai alat konkritasi dan kontribusi

Struktur Teks Eksposisi
  1. Pernyataan pendapat (Tesis) : Gagasan utama tentang salah satu permasalahan berdasarkan fakta.
  2. Argumentasi : Penjelasan secara mendalam tentang pernyataan pendapat dan pengungkapan fakta sebagai penjelasan dari argumen si penulis.
  3. Penegasan ulang pendapat : Salah satu penguat dari pendapat serta argumen yang ditunjang oleh fakta.

Jenis-jenis Teks Eksposisi
Eksposisi Definisi
Eksposisi definisi adalah suatu paragraf eksposisi yang memaparkan definisi suatu topik tertentu.

Eksposisi Proses 
Eksposisi proses adalah langkah-langkah atau cara-cara untuk melakukan sesuatu dari awal hingga akhir.

Eksposisi Ilustrasi

Eksposisi ilustrasi adalah teks yang memaparkan informasi atau penjelasan-penjelasan tertentu dengan caranya memberikan gambaran yang sederhana mengenai suatu topik dengan topik lainnya yang memiliki kesamaan sifat atau kemiripan dalam hal-hal tertentu.

Eksposisi Laporan
Eksposisi laporan adalah paragraf eksposisi yang mengemukakan laporan dari sebuah berita atau penelitian tertentu.

Eksposisi Perbandingan
Eksposisi perbandingan adalah eksposisi yang gagasan utamanya disajikan dengan cara membandingkan dengan yang lain.

Eksposisi Pertentangan
Eksposisi pertentangan adalah eksposisi ini berisi tentang hal pertentangan akan suatu hal dengan hal lainnya.

Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi
Unsur kebahasaan merupakan bagian-bagian yang membangun teks eksposisi. Unsur kebahasaan yang ada pada teks eksposisi adalah pronomina, konjungsi dan kata leksikal.

Pronomina 

Pronomina adalah kata ganti orang yang dapat digunakan terutama pada saat pernyataan pendapat pribadi diungkapkan. Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam :

1. Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu persona tunggal. Contohnya : Ia, Dia, Anda, Kamu, Aku, Saudara, -nya, -mu, -ku, si-. Dan pesona jamak contohnya seperti : Kita, Kami, Kalian, Mereka, Hadirin, Para.
2. Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu pronomina penunjuk, contohnya adalah : Ini, Itu, Sini, Situ, Sana. Dan pronomina penanya contohnya : Apa, Mana, Siapa.

Konjungsi

Konjungsi atau kata penghubung digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Berikut ini adalah jenis konjungsi yang dapat ditemukan pada teks eksposisi :

1. Konjungsi waktu : sesudah, setelah, lalu, sebelum, setelah itu, kemudian
2. Konjungsi gabungan : serta, dan, dengan
3. Konjungsi pembatasan : asal, kecuali, selain
4. Konjungsi tujuan : untuk, supaya, agar
5. Konjungsi persyaratan : jika, jikalau, apabila, bila, asalkan, bilamana, apabila
6. Konjungsi perincian : adalah, yaitu, ialah, antara lain, yakni
7. Konjungsi sebab-akibat : sehingga, karena, sebab, akibat, akibatnya
8. Konjungsi pertentangan : akan tetapi, tetapi, namun, melainkan, sedangkan
9. Konjungsi pilihan : atau
10. Konjungsi penegasan/penguatan : apalagi, bahkan, hanya, lagi pula, itu pun
11. Konjungsi penjelasan : bahwa
12. Konjungsi perbandingan : bagai, seperti, serupa, ibarat
13. Konjungsi penyimpulan : oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.



Kata leksikal

1. Nomina : kata yang mengacu pada benda, baik nyata ataupun abstrak.
2. Verba : kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan sifat.
3. Adjektiv : kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan binatang.
4. Adverbia : kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan tempat, waktu, suasana, alat, cara dan lain-lain.

Contoh Teks Eksposisi

Realita Hukum di Indonesia 
By : Skipnesia.com

 Tesis :
       Sebenarnya hukum di Indonesia sebagaimana yang telah diatur pada Undang-undang telah secara tegas mengatur hukuman berbagai pelaku tindak kejahatan. Namun, realitanya seringkali terjadi ketidakadilan hukum yang merugikan banyak orang. Hukum boleh saja tegas, namun menjadi tumpul di hadapan koruptor, itulah kenyataan saat ini.

Argumentasi :
       Bukan rahasia umum lagi bahwa para koruptor di Indonesia mendapatkan hukuman yang tingkatannya masih tergolong ringan, bahkan ada koruptor yang menerima fasilitas mewah padahal sudah merugikan bangsa. Seringkali kita menonton berita bahwa seorang maling dihajar masa hingga tewas. Namun, belum pernah ada koruptor di Indonesia dikeroyok masa sampai tewas.

Penegasan Ulang :
       Hukum di Indonesia itu bisa dikatakan hanya tegas di hadapan rakyat kecil. Sebut saja kasus yang pernah menimpa Nenek Asyani. Kasusnya hanya karena diduga mencuri kayu, beliau terancam hukuman selama lima tahun penjara. Sungguh tidak adil memang jika dibandingkan dengan hukuman yang akan diterima koruptor.

Rangkuman 16 Tense Grammar Bahasa Inggris



Rangkuman 16 Tense Grammar Bahasa Inggris
1. Simple Past Tense
Simple Past Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang telah terjadi pada waktu lampau dan tidak ada hubungannya dengan masa sekarang.
Rumus :
( + ) S + V2
( - ) S + did not + V1
( ? ) Did + S + V1
Example :
( + ) I went to Campus yesterday.
(Saya pergi ke Kampus kemarin.)
( - ) I did not go to Campus yesterday.
(Saya tidak pergi ke Kampus kemarin.)
( ? ) Did you go to Campus yesterday?
(Apakah kamu pergi ke Kampus kemarin?)

2. Past Continuous Tense
Past Continuous Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang sedang beralangsung pada waktu lampau ketika kejadian lain terjadi.
Rumus :
( + ) S + was/were + Ving
( - ) S + was/were + not + Ving
( ? ) Was/were + S + Ving
Example :
( + ) I was listening to radio when the telephone rang
(Saya sedang mengdengarkan radio ketika telepon berbunyi.)
( - ) I wasn’t watching TV when you phoned me.
(Saya tidak sedang menonton TV ketika anda menelpon saya.)
( ? ) Were you Watching TV when I called you?
(Apakah kamu sedang menonton TV ketika saya menelpon kamu?)

3. Past Perfect Tense
Past Perfect Tense digunakan untuk menerangkan suatu perbuatan atau peristiwa yang sudah selesai dilakukan pada waktu lampau.
Rumus :
( + ) S + had + V3
( - ) S + had + not + V3
( ? ) Had + S + V3
Example :
( + ) I had gone when He arrived at my Home.
(Saya pergi ketika dia tiba di rumah saya.)
( - ) She hadn’t been at home.
(Dia tidak ada di rumah.)
( ? ) Had you studied English when your father come here?
(Apakah kamu telah belajar Bahasa Inggris ketika ayahmu ke sini?)

4. Past Perfect Continuous Tense
Past Perfect Continuous Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang sudah dimulai pada waktu lampau dan masih berlangsung terus hingga pada waktu yang lampau pula.
Rumus :
( + ) S + had + been + Ving
( - ) S + had + not + been + Ving
( ? ) Had + S + been + Ving
Example :
( + ) He had been living in here before he moved to Semarang.
(Dia telah tinggal di sini, sebelum dia pindah ke Semarang.)
( - ) They had not been sleeping until I can me to meet him.
(Mereke belum sedang tidur hingga saya menemui mereka.)
( ? ) Had she been finishing her duty before her leader inspected it?
(Apakah dia sudah menyelesaikan tugas-tugasnya sebelum pimpinannya memeriksanya?)

5. Simple Present Tense
Simple Present Tense adalah suatu bentuk kalimat yang menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau kejadian yang merupakan kebiasaan sehari-hari.
Rumus :
( + ) S + V1 (s/es)
( - ) S + do/does + not + V1
( ? ) Do/does + S + V1
Example :
( + ) I drink coffee.
(Saya minum kopi.)
( - ) I don’t coffee
(Saya tidak minum kopi.)
( ? ) Do you drink coffee?
(Apakah kamu minum kopi?)

6. Present Continuous Tense
Present Continuous Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang sedang berlangsung atau sedang dikerjakan, dan belum selesai di waktu sekarang.
Rumus :
( + ) S + to be + Ving
( - ) S + to be + not + Ving
( ? ) to be + S + Ving
Example :
( + ) I am waiting a letter now
(Saya sedang menulis surat sekarang.)
( - ) They are not speaking English
(Mereka tidak sedang berbicara Bahasa Inggris.)
( ? ) Is he watching TV now?
(Apakah dia sedang nonton TV sekarang?)

7. Present Perfect Tense
Present Perfect Continuous Tenses digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau persitiwa yang sedang terjadi pada waktu lampau dan masih ada hubungannya dengan saat sekarang.
Rumus :
( + ) S + have/has + V3
( - ) S + have/has + Not + V3
( ? ) Have/has + S + V3
Example :
( + ) He has lived there for two years ago.
(Dia telah tinggal di sana selama dua tahun.)
( - ) They haven’t come here yet.
(Mereka belum datang kemari.)
( ? ) Have you eaten your brea?
(Apakah kamu sudah makan rotimu?)

8. Present Perfect Continuous Tense
Present Perfect Continuous Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang dimulai dari waktu lampau dan masin terus berlangsung hingga waktu sekarang
Rumus :
( + ) S + have/has + been + Ving
( - ) S + have/has + not + been + Ving
( ? ) Have/has + S been + Ving
Example :
( + ) I have been studying English for over nine years.
(Saya telah belajar bahasa inggris selama lebih dari Sembilan tahun.)
( - ) They haven’t been swimming since January .
(Mereka belum berenang lagi sejak bulan January.)
( ? ) Has she been studying English for two year?
(Apakah dia teleh mempelajari bahsa Inggris selama dua tahun?)

9. Future Tense
Future Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang terjadi atau dilakukan pada waktu yang akan datang. Ciri penandanya misalnya terdapat kata tomorrow, next month, next year, next saturday, dan sebagainya.
Rumus :
( + ) S + will + V1
( - ) S + will + not + V1
( ? ) Will + S + V1
Example :
( + ) I will do to Jakarta next week.
(Saya akan ke Jakarta minggu depan.)
( - ) They will not sail to the sea.
(Mereka tidak akan berlayar ke lautan.)
( ? ) What will she do then?
(Apa yang akan dia lakukan selanjutnya?)

10. Future Continuous Tense
Future Continuous Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang akan sedang terjadi pada waktu yang akan datang
Rumus :
( + ) S + will + be + Ving
( - ) S + will + not + be + Ving
( ? ) Will + S + be + Ving
Example :
( + ) My mother will be teaching math at o’clock next week.
(Ibu saya akan (sedang) mengajar matematika jam delapan minggu depan.)
( - ) We shall not be working at 7 p.m.
(Kita tidak akan (sedang) bekerja pada jam tujuh malam besok.)
( ? ) Will you be going out if she comes here to night?
(Akan Anda akan (sedang) keluar, jika dia datang ke sini nanti malam?)

11. Future Perfect Tense
Future Perfect Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang sudah dimulai pada waktu lampau dan segera selesai pada waktu yang akan datang.
Rumus :
( + ) S + will + have + V3
( - ) S + will + not have + V3
( ? ) Will + S + have + V3
Example :
( + ) She will have been at home.
(Dia akan telah berada di rumah.)
( - ) The wild cat will not have been here for a year by next month.
(Kucing liar itu belum akan sudah di sini selama setahun setahun menjelang bulan ini.)
( ? ) Will you have been a doctor by next year?
(Akan Anda sudah menjado dokter tahun depan?)

12. Future Perfect Continuous Tense
Future Perfect Continuous Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang sudah dimulai pada waktu lapau tetapi mungkin akan berlangsung pada waktu yang berlainan di masa mendatang.
Rumus :
( + ) S + will + have + been + Ving
( - ) S + will + not + have + been + Ving
( ? ) Will + S + have + been + Ving
Example :
( + ) By next new year I shall have been teaching at this SMU for three years.
(Menjelang tahun baru mendatang, (berarti) tiga tahun saya mengajar di SMU ini.)
( - ) I shall not have been staying here for five years by the end by month.
(Saya belum akan sudah tinggal di sini selama lima tahun menjelang akhir bulan ini.)
( ? ) Will she have been leaving the town for two years by end of this year?
(Apakah kamu akan sudah meninggalkan kota ini menjelang akhir tahun ini?)

13. Past Future Tense
Past Future Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbutan atau peristiwa yang akan terjadi pada waktu lampau.
Rumus :
( + ) S + should/would + V1
( - ) S + should/would + not + V1
( ? ) should/would + S + V1
Example :
( + ) I would be there the week before.
(Saya mestinya berada di sana minggu sebelumnya.)
( - ) I should not give money if you to my shop.
(Saya tidak akan member uang jika kau datang ke tokoku.)
( ? ) Would he buy a shoes last month ?
(Akankan ia membeli sepatu bulan lalu?)

14. Past Future Continuous Tense
Past Future Continuous Tenses ialah bentuk waktu untuk menyatakan perbuatan atau peristiwa yang akan sedang dilaksanakan dimasa lampau.
Rumus :
( + ) S + would + be + Ving
( - ) S + would + not + be + Ving
( ? ) Would + S + be + Ving
Example :
( + ) I should be beginning an examination at this time following day.
(Saya akan sedang memulai ujian pada jam ini di hari berikutnya.)
( - ) We couldn’t be playing at six o’clock yesterday moorning.
(Pukul enam kemarin pagi kita tidak akan sedang bermain.)
( ? ) Would you be playing a chess at three o’clock yesterday?
(Apakah kamu akan sedang bermain catur pada jam tiga kemarin?)

15. Past Future Perfect Tense
Past Future Perfect Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang akan sudah selasai pada waktu lampau atau menyatakan pengandaian yang tidak mungkin terjadi karena syaratnya sudah pasti tidak akan terpenuhi.
Rumus :
( + ) S + would + have + V3
( - ) S + would + not + have + be + V3
( ? ) Would + S + have + V3
Example :
( + ) I should have been at home if you had invited me
(Saya akan sudah berada di rumah jika kamu telah mengundanku.)
( - ) He would not have graduated if he hadn’t studied hard.
(Dia tidak akan lulus seandainya dia tidak belajar dengan giat.)
( ? ) Would your aunt have wedded with my uncle if my father had been agreed?
(Apakah bibimu akan sudah menikah dengan pamanku, seandainya ayahku sudah
menyetujuinya?)

16. Past Future Perfect Continuous Tense
Past Future Perfect Continuous Tense digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan atau peristiwa yang akan sudah sedang akan berlangsung pada waktu lampau.
Rumus :
( + ) S + would + have + been + Ving
( - ) S + would + not + have + been + Ving
( ? ) Would + S + have + been + Ving
Example :
( + ) We should have been teaching English at SMP for three years by the end of last year.
(Kami akan sudah sedang mengajar bahasa inggris di SMP selama tiga tahun menjelang tahun lalu.)
( - ) You would not have been studying mathematics for two month, by the end of lastmonth
(Kamu belum akan sudah belajar matematika selama dua bulan menjelang akhir bulan lalu.)
( ? ) Would they have been waiting for me for three hours by Last Sunday?
(Apakah mereka akan sudah sedang menungguku selama tiga jam menjelang hariminggu lalu?)

MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM

  MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Eko...