Senin, 09 Oktober 2017

Analisis Interpretasi Lirik Lagu "Ayam Den Lapeh" (Lagu Daerah Sumatra Barat)



Analisis Interpretasi Lirik Lagu "Ayam Den Lapeh"
(Lagu Daerah Sumatra Barat)
A.   Pengertian
Kesenian terdiri dari berbagai macam bentuk diantaranya adalah seni musik, seni tari, seni drama/teater, seni rupa dan lain sebagainya. Semua bentuk kesenian tersebut dalam pengungkapannya mempunyai gaya, spesifikasi ,dan karakteristik masing-masing bentuk seni. Pengetahuan seni musik tidak hanya terbatas pada teknik atau cara penyajian instrument musik kepada masyarakat penikmat, akan tetapi ruang jelajah seni musik itu sendiri dalam wujud seni sangatlah universal.
Musik mengungkapkan berbagai macam ide, gagasan yang diangkat dari sebuah peristiwa sosial, alam dan situasi tertentu. Kesemuanya itu perlu adanya olahan perasaan dan inteligensi yang cermat sehingga pembuatan ataupun pemahaman terhadap seni musik tersebut dapat mencapai tingkat yang sempurna. Salah satu usaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang seni musik diperlukan analisis lirik/syair dan analisis musik serta analisis hubungan antara musik, lirik/syair dengan sistem sosial ataupun budaya masyarakat yang berkembang pada saat seni musik itu diciptakan.
Pada pembahasan ini dititik beratkan kepada karya seni musik yang berbentuk sebuah lagu dengan judul “Ayam Den Lapeh” ciptaan Abdoel Hamid tahun 1952 yang dipopulerkan oleh Elly Kasim denga musik pengiring Gumarang Grup dipimpin oleh Asbon Madjid. Lagu ini merupakan salah satu lagu daerah Sumatera Barat yang sampai sekarang ini masih lekat di hati masyarakat baik Sumatera Barat (Minangkabau), Indonesia, Asia Tenggara, dan bahkan terkenal sampai ke dunia internasional. Hal inilah yang menjadi pertanyaan, kenapa lagu yang sudah begitu lama masih dikenal masyarakat sampai sekarang, dibanding dengan lagu-lagu masa sekarang hanya dikenal masyarakat dalam waktu yang tidak begitu lama (satu atau dua tahun).
Dengan adanya permasalahan di atas, maka untuk mengetahui penyebab kebertahanlamaan lagu Ayam Den Lapeh dikaji dari segi kekuatan lirik/syair lagunya.
Sebuah lagu merupakan manifestasi dari pikiran dan perasaan pencipta lagu dalam memunculkan tata nilai yang dihayati sebagai filosofi kehidupannya. Tata nilai tersebut sejalan dengan pesan atau maksud yang terdapat pada isi lirik lagu tersebut. Dan untuk mengetahui maksud dari sebuah lagu akan lebih mudah dipahamai melalui unsur lirik lagu, yang menggambarkan karakteristik atau ciri khas yang dimiliki lagu

B.   Analisis Interpretasi Lirik Lagu Ayam Den Lapeh
Lirik merupakan salah satu unsur sastra seperti yang dikemukakan oleh M. Atar Semi (1988:106); Lirik ialah puisi yang sangat pendek yang mengungkapkan emosi. Lirik juga dapat diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, karena ia disusun dalam susunan sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Dan pada bagian lain dikemukakan oleh Miller (t.t.:91) melalui Brahmantyo; Secara jelas perbedaan yang paling besar antara medium instrument dan medium vocal adalah kemampuan vocal untuk menyampaikan ide melalui kata-kata. Teks atau syair memiliki hubungan yang rapat di dalam komposisi vocal. Kualitas bahasa membawa pengaruh yang berarti atas bunyi vocal.
Selanjutnya akan dilakukan analisis lirik lagu Ayan Den Lapeh ciptaan Abdoel Hamid (1952), yaitu lirik lagu Ayam Den Lapeh yang asli sebelum mengalami perubahan, yang meliputi unsur musikalitas lirik, isi lirik dan suasana yang dihadirkan oleh lirik lagu tersebut sebagai berikut:
1.      Analisis Musikalitas Lirik
Lirik yang terdapat pada sebuah lagu karya seni musik sama halnya dengan tatanan ataupun unsur-unsur yang ada pada Bahasa dan Sastra Indonesia, seperti di dalam seni musik dikenal dengan bunyi, nada, not, irama, motif, frase, kalimat musik dan lagu secara keseluruhan. Dengan kata lain untuk memperindah sebuah karya sastra diperlukan dinamika dan tempo yang akan mewarnai karya-karya tersebut. Hal itu dapat kita lihat pada tabel perbandingan Seni Musik dan Bahasa Indonesia di bawah ini:
1.      Seni Musik
Nada/Not
Motif
Frase
Kalimat Musik
Lagu Secara Keseluruhan
2.      Bahasa Indonesia
Huruf
Kata
Frase
Kalimat
Karya Sastra
Jamalus (1992:103)
Unsur seni musik diantaranya adalah bunyi yang sudah teratur (not/nada), sedangkan unsur bunyi pada lirik lagu Ayam Den Lapeh dapat dilihat dari segi bentuk lirik lagu yang tergolong kepada puisi-sajak dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan menentukan rima atau sajak akhir. Secara sederhana rima berarti persamaan bunyi. Menurut Slamet Muljana (t.t) dalam Pradopo (1987:167) mengemukakan rima atau sajak adalah pola estetika bahasa berdasarkan ulangan suara yang diusahakan dengan kesadaran. Sedangkan irama secara sederhana dikemukakan oleh Doreski (1988:167) dapat diartikan sebagai pengulangan bagian bunyi secara teratur, atau irama adalah pengulangan bunyi yang ditekan atau tidak ditekankan. Sebuah lagu terdiri dari beberapa kalimat musik dengan jumlah yang bermacam-macam seperti juga kalimat-kalimat pada puisi/sajak. Hal ini juga dipertegas oleh ciri-ciri sajak yang lebih bersifat satuan irama, satuan bunyi. Kedua hal ini akan memberikan keindahan atau estetika dalam sebuah karya musik atau sastra.

Lirik lagu Ayam Den Lapeh terdiri dari empat bait seperti tertulis di bawah ini:





Ayam Den Lapeh
Ciptaan: Abdoel Hamid (1952)

Luruihlah jalan Payokumbuah
Batimba jalan Batang Kapeh
Harilah patang tangan den kumuah
Ayam den lapeh oi...oi ayam den lapeh

Tuwek tabali tunjang hilang
Gigilah habih rawan murah
Awaklah tuo gadih musim
Lah malang denai, oi... oi... lah malang denai

Siku capang siku capeh
Saikua tabang saikua lapeh
Tu dikaja iko lah lapeh
Lah abu dingin

Siku Capang siku capeh
Saikua Tabang ka baringin
Tu dikaja iko lah lapeh
Malapeh hawo
Oi... oi... ayam den lapeh Oi... oi... ayam den lapeh

a) Bait Pertama
Pada bait pertama lagu Ayam Den Lapeh mempunyai huruf akhir h-h-h-h atau dapat dikatakan bahwa liril lagu pada bait pertama memakai pola rima atau sajak A-A-A-A. Dan pada baris ke empat terjadi pengulangan bunyi, yaitu Oi... oi... ayam den lapeh, Oi... oi... ayam den lapeh. Hai ini dikemukakan pencipta sebagai penegasan maksud.
b) Bait Kedua
Pada bait kedua mempunyai huruf akhir g-h-m-i. Dengan demikian pola rima atau sajak akhir yang digunakan adalah pola A-B-C-D. Pada baris ke empat juga dilakukan penguatan seperti yang dilakukan pada baris ke empat bait pertama dengan maksud yang sama yaitu untuk memberikan penguatan terhadai makna pantun.
c) Bait Ketiga
Bait ke tiga lagu Ayam Den Lapeh mempunyai pola huruf akhir pada setiap baris/kalimat lagu, yaitu h-n-h-n. Berdasarkan hal tersebut maka pada bait ke tiga lagu Ayam Den Lapeh menggunakan pola rima A-B-A-B (sama dengan pola rima bait pertama). Tetapi yang membedakannya dengan bait pertama adalah pada bait ke tiga tidak digunakan pengulangan bunyi/kalimat.
d) Bait Keempat
Bait terakhir lagu Ayam Den Lapeh menggunakan pola huruf akhir h-n-h-o, dengan kata lain mempunyai pola rima/sajak akhir A-B-A-C. Dan dilakukan penguatan ataupun penegasan maksud pantun yang ditandai dengan pengulangan kalimat lagu.
Kalau diperhatikan hasil analisis pola rima/sajak di atas, dapat disimpulkan bahwa lirik lagu Ayam Den Lapeh menggunakan pola rima/sajak yang tidak teratur dan secara keseluruhan lirik lagu tersebut dapat digolongkan ke dalam bentuk sanjak atau sajak. Jakob Sumarjo (dalam Nil Ikhsan 1992:48) mengemukakan tentang pengertian atau batasan sanjak/sajak, yaitu sanjak dan sajak lebih menekankan pada bentuk, bunyi ditekankan pada huruf terakhir di setiap kalimat, mempunyai kesamaan bunyi pada huruf yang terakhir dan berpasangan seperti pada bunyi pantun, ada yang bebas dari persamaan bunyi asal ada irama dan sebagainya, maka bentuk ini disebut dengan sajak.

2.    Analisis Isi Lirik
Lagu merupakan penuangan ide, gagasan pencipta lagu ke dalam bentuk karya musik/lagu dan dilengkapi dengan lirik yang membantu para penikmatnya untuk mengetahui maksud apa yang akan dituangkan oleh pencipta lagu tersebut. William Blake (t.t) dalam Guntur Tarigan (1984), menyatakan bahwa penyair/pencipta lagu adalah orang yang dapat melihat masa kini, masa lalu, dan masa depan dengan imajinasinya yang kuat. Dan diperkuat lagi oleh Pradopo (1987:7 dalam Hasanudin WS 2002:34) bahwa sajak dibentuk oleh beberapa unsur, antara lain emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, susunan kata-kata, kata-kata kiasan dan kepadatan. Semua itu terungkap dalam unsur bahasa.
Pada analisis isi lirik lagu Ayam Den Lapeh hanya betitik tolak kepada maksud ataupun permasalahan yang disampaikan pencipta lagu lewat karya sastra yang terlahir ke dalam setiap bait-bait pantun lagu.
a) Bait Pertama
Sanjak/sajak terdiri dari dua bagian, pertama: bagian sampiran, yang berisikan kiasan, kedua: bagian isi, yang menyatakan maksud ataupun makna sajak tersebut. Maksud yang ingin disampaikan oleh pencipta pada bait pertama ini adalah sindiran kepada kekasihnya yang diibaratkan atau diumpamakan dengan kata ”ayam”. Alasan pencipta memakai kata tersebut adalah sebentuk pelampiasan kekecewaan hati pencipta yang mengakibatkan pencipta tersebut menggunakan kata-kata kasar. Kata sindiran ”ayam” merupakan kata-kata kasar, yang maksudnya adalah mengibaratkan seorang perempuan yang suka berganti-ganti pasangan.
Pada bagian isi pantun yang terdapat pada bait pertama dinyatakan harilah patang tangan den kumuah dan oi... oi... ayam den lapeh, oi... oi... ayam den lapeh, maksudnya bahwa usaha yang dilakukan dengan melewati berbagai macam tantangan dan dalam waktu yang lama ternyata tidak membawa hasil seperti yang diharapkan atau dengan kata lain hanya pekerjaan yang sia-sia saja). Dan pada kalimat akhir dilakukan lagi penegasan dengan pengulangan kalimat, dan hal ini juga menyatakan kekecewaan yang mendalam yang dialami pencipta.

b) Bait Kedua
Kata ”tuwek” pada baris pertama mempunyai arti bagian dati kaki sapi sedangkan kata tunjang mempunyai makna kulit sapi yang terdapat pada kaki sapi. Kalimat ”tuwek tabali tunjang hilang” maksudnya bahwa seseorang yang benar-benar kehilangan akan apa yang sangat ia butuhkan. Sedangkan kalimat ”oi... lah malang denai” maksudnya adalah penyesalan ataupun meratapi nasibnya yang sudah malang. Pada kalimat baris kedua ”awaklah tuo rawan murah” sama artinya dengan ”sasudah cakak takana silek” maksudnya adalah sesuatu yang datang belakangan atau penyesalan yang tiada artinya.
Berdasarkan analisis isi lirik bit kedua mengandung maksud penyesalan yang diungkapkan oleh pencipta lagu dan kemalangan yang menimpa dirinya dengan kepergian orang yang dia sayangi.

c) Bait Ketiga
Pada bait ketiga mengandung maksud peristiwa yang dialami oleh orang yang ia (pencipta lagu) sayangi, yaitu usaha yang dilakukan kekasihnya juga tidak seperti yang diharapkan kekasihnya. Maksud hati ingin mencari jodoh yang lain tetapi jodohnya lepas dan si pencipta juga ditinggalkan. Dan ditegaskan lagi oleh kalimat ”lah abu dingin” maksudnya ”Nasi sudah jadi bubur”.

d) Bait Keempat
Pada bait keempat merupakan penguatan dari maksud yang diceritakan pada bait keetiga, tetapi menggunakan kata-kata yang lebih kasar lagi. Hal ini dinyatakan dengan kalimat ”malapeh hawo”, maksudnya sesuatu yang tidak bisa diperjuangkan lagi.
Berdasarkan lirik lagu tersebut di atas dapat juga disimpulkan bahwa lirik tersebut juga memakai kata bermajas. Caranya ialah dengan memanfaatkan perbandingan, pertentangan, atau pertautan antara satu hal dengan hal yang lain, yang maknanya sudah dikenal oleh pembaca atau pendengar, seperti majas metafora semacam analogi yang membadingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat (Hasanudin WS. 2002:136). Kalau kita perhatikan lirik lagu di atas banyak menggunakan kata ”ayam”, yang mengandung maksud ”istri” pencipta sendiri.

3.    Analisis Unsur Ide dan Suasana Lirik
Berdasarkan analisis bentuk pantun yang terkait dengan kajian analisis musikalitas dan analisis isi lirik, maka lagu Ayam Den Lapeh menggambarkan bagaimana keadaan yang dimaksudkan oleh si pencipta lagu tersebut bahwa si pencipta lagu mengambil ide dari pengalaman rumah tangganya sendiri atau dengan kata lain persoalan ataupun permasalahan yang dialami sendiri oleh pencipta lagu. Jadi suasana yang digambarkan adalah suasana konflik rumah tangga. Dalam hal ini istrinya sendiri yang mengambil suatu jalan dengan meninggalkan dirinya. Betapa pedih hatinya ditinggalkan oleh orang yang sangat ia cintai dan kepedihan itu dituangkan dalam sebuah lirik lagu.
Pada lagu tersebut pencipta mengambil suasana atau latar ataupun setting yang berhubungan langsung dengan dirinya, dan membentuk suasana hati yang sangat kecewa dan remuk-redam. Hal ini bisa diungkapkan dengan alasan bahwa cara untuk menginterpretasikan ide, makna dan suasana yang ada pada sajak dapat dilakukan dengan mengamati dan memperhatikan judul lagu tersebut serta kata-kata yang dominan di pergunakan dalam lirik lagu, yaitu ”Ayam Den Lapeh” (sesuatu yang disayangi dan dikasihi berpisah atau memilih jalan untuk berpisah).

C.   Simpulan
Berdasarkan analisis lirik lagu Ayam Den Lapeh ciptaan Abdoel Hamid (1952) dapat diambil suatu kesimpulan bahwa lirik lagu tersebut tergolong kepada bentuk sajak yang menggambarkan ide, makna dan suasana seseorang yang ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai dan dikasihinya.
Banyak terdapat unkapan-ungkapan, pantun dan sajak serta bahasa-bahasa khas yang terdapat pada lirik lagu Ayam Den Lapeh. Ungkapan, sajak-sajak, dan bahasa-bahasa khas Minangkabau sangat diperlukan oleh seorang guru dalam mengajarkan dan memperkenalkan sastra Minangkabau lewat nyanyian dan lirik sebuah lagu. Dan seorang guru bisa memanfaatkan lirik dan lagu Ayam den Lapeh untuk menggali dan mengambil unsur-unsur yang bermanfaat dalam lagu tersebut, baik itu digunakan sebagai media dalam pembelajaran kesenian khususnya seni musik, media dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta media dalam pembelajaran Budaya Alam Minangkabau. Peserta didik langsung diberikan pengalaman, observasi, menganalisis, menginterptretasikan, dan mengadakan refleksi serta mengapresiasi kesenian daerah mereka sendiri setelah mereka mempelajari lagu Ayam Den Lapeh. Hal ini sejalan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Mereka langsung menemukan (mengkonstruksi) sebuah pembelajaran lewat media pembelajaran.
Lirik lagu ini mempergunakan permainan bunyi, nada, irama, kata ataupun kalimat-kalimat yang kaya akan unsur-unsur sastra yang sangat diminati oleh masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat) khususnya dan Indonesia bahkan sampai ke mancanegara.
Bila ditinjau dari keseluruhan bunyi, nada, irama, kata-kata dan bahasa serta musik yang mendukung lirik lagu Ayam Den Lapeh terlihat kesan bahwa semua unsur-unsur tersebut dapat dengan mudah dipahami dan diminati oleh masyarakat. Hal ini juga ditunjang oleh latar yang bersifat mempromosikan Sumatera Barat secara tidak langsung. Berdasarkan paparan tersebut pulalah lagu Ayam Den Lapeh walaupun sudah dikategorikan kepada lagu lama (oldies song) masih bertahan dan masih lekat dihati penikmatnya sampai sekarang.

D.   Saran
Analisis ini dilakukan untuk mendokumentasikan dan melestarikan serta mengapresiasi salah satu karya putra Minangkabau, yaitu lagu Ayam Den Lapeh yang sudah terkenal dari dahulu sampai sekarang dan sampai ke manca negara. Diharapkan lirik lagu Ayam Den Lapeh dapat menjadi sebuah inspirasi dan dapat menyumbangkan sebuah media pembelajaran dalam memasyarakatkan dan menyenangi lagu khas minangkabau.
Diharapkan kepada guru-guru khususnya guru Sekolah Dasar untuk dapat memperkenalkan lagu-lagu daerah Sumatera Barat (Minangkabau) khususnya lagu Ayam Den Lapeh yang kaya akan unsur-unsur sastra dan nilai-nilai kebudayaan Minangkabau, supaya mereka dapat belajar budaya lewat nyanyian.
Hendaknya guru-guru khususnya guru Sekolah Dasar dapat mengambil inti analisis lirik lagu Ayam den Lapeh ini sebagai salah satu contoh atau model bahan dalam mengajarkan pantun.
Hendaknya masyarakat Sumatera Barat (Minang) mencintai dan melestarikan serta mengapresiasi karya-karya seni daerah Sumatera Barat (Minangkabau) itu sendiri.






ANALISIS LAGU MANUK DADALI



ANALISIS LAGU MANUK DADALI
(JAWA BARAT)

A.    Pengertian Lagu Manuk Dadali
Lagu Manuk Dadali adalah lagu daerah Sunda yang mengusung semangat kebangsaan dan nasionalisme. Bila kembali ke zaman penjajahan terdahulu, lagu tersebut sangat tepat dan sangat cocok untuk dijadikan penyemangat. Di zaman penjajahan kala itu, seorang pahlawan memerlukan penyemangat baik melalui lagu maupun puisi syair. Karena itulah lagu Manuk Dadali terlahir. Lagu yang tumbuh karena cintanya kepada Tanah Air Indonesia. Cinta yang berpohonkan harapan-harapan akan hadirnya negara kuat dan hebat. Negara yang tak pernah menyerah mengusir segala bentuk penjajahan di Negara Indonesia terlebih di seluruh muka bumi.
Lahirnya lagu Manuk Dadali juga tidak lain karena semangat nasionalisme yang menembus batas-batas etnosentris. Dalam buku Yudi Latif, bertajuk Negara Paripurna Menjelaskan bahwa negara ini mempunyai beribu macam perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu dikumpulkan dalam satu musyawarah besar untuk mencari satu makna yang sama yakni Bhineka Tunggal Ika. Ya, berbeda-beda namun tetap satu juga. Oleh karena itu, tak ada alasan lagi anak bangsa ini untuk melakukan tindak kriminal baik berupa saling menganiaya, saling mencaci apalgi sampai tawuran berbentur dan mengorbankan nyawa. Kita adalah satu bangsa yang besar bernama Indonesia. Bila Bukan kita yang menjaga Indonesia, siapa lagi?
B.     Sambas Mangundikarta adalah Pencipta Lagu Manuk Dadali

Penyiar dan pencipta lagu, lahir di Bandung 21 September 1926 dan meninggal di Jakarta, 30 Maret 1999. Ia memulai karirnya sebagai penyiar di RRI Bandung pada bulan Agustus 1952. Bahkan jauh sebelum itu, pada tahun 1946 s/d 1949 sebagai anak buah Jenderal Dr. Mustopo ia sudah bertugas pada "Radio Perjuangan Jawa Barat" yang berkedudukan di Subang (Jawa Barat), kemudian pindah ke Madiun dan Blitar (Jawa Timur).
Pada tahun 1950 dan 1951, walau saat itu ia belum bekerja pada Jawatan Radio (istilah dulu demikian), ia sudah sering membantu RRI Studio Jakarta dalam bidang seni suara. Bersama Ping Astono dan Hamid Arif ia menyanyi dalam "Orkes Dupa Nirmala" pimpinan Ping Astono di RRI. Yang merupakan kebanggaan baginya adalah, bahwa ketika RRl mengadakan Pemilihan Bintang Radio yang pertama (1951) ia berhasil memasuki babak final. Setelah itu ia berulang kali mengikuti pemilihan Bintang Radio sebagai wakil dari RRI Bandung, Samarinda (dua tahun di RRI Samarinda) dan Cirebon (3 tahun), ia mulai tertarik pada penciptaan lagu, baik lagu Indonesia maupun Sunda. Tapi ternyata, lagu-lagu daerah ciptaannya lebih berhasil dan banyak dinyanyikan oleh penyanyi terkenal pada zamannya, seperti Upit Sarimanah, Fenty Effendy, Etty Kusumah, dll. Lagu-lagu tersebut adalah: Manuk Dadali, Sapunyere, Pegat Simpay, Ka Huma, Pepeling, Peunyem Bandung, dll.
Pada tahun 1962, dalam pemilihan tangga lagu-lagu baru, lagu Manuk Dadali selama 6 bulan menempati urutan teratas pada RRI Bandung, bahkan kesebelasan Persib menjadikan lagu pengiring setiap memasuki lapangan sepak bola di Stadion Siliwangi Bandung. Sebagai penyiar yang gemar olah raga, tahun 1953/1954 ia mulai menaruh minat pada bidang reportase olah raga yang saat itu masih terbatas pada cabang olah raga sepak bola dan bulu tangkis. Pada saat stadion Ikada masih ada, sering kali ia bertugas di sana sebagai reporter. Pengalaman yang paling berkesan baginya ia peroleh ketika meliput perebutan Piala Thomas yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia (1961), sebagai Juara Bertahan setelah merebut Piala itu dari Malaya (sekarang Malaysia).
Setelah lulus dari Akademi Penerangan di Jakarta (1962) ia dipindahkan ke RRl ke TVRI, dan menjabat Kepala Seksi Hiburan dan Olah raga sejak 1963 s/d 1967. Kemudian dia diserahi tugas sebagai Koordinator Penyiar selama lebih kurang Lima tahun. Selain sebagai reporter, ia juga pernah tampil sebagai pembaca Warta Berita. Beberapa peristiwa olah raga Internasional yang telah diliputnya selama ini, antara lain Thomas Cup di Kuala Lumpur (1970), All England (1976, 1977 dan 1981), Pre World Cup di Singapura (1977) dan Uber Cup di Tokyo (1981). Sejak penyiaran iklan di TVRI dihapuskan (1981) ia bertugas sebagai Koordinator acara "Dari Desa Ke Desa" di samping reporter olah raga, dengan catatan tidak lagi membaca berita.
C.    Informasi Lagu Manuk Dadali
Judul : Manuk Dadali
Pencipta : Sambas Mangundikarta
Daerah : Provinsi Jawa Barat
Golongan : Lagu Daerah / Lagu Wajib Daerah
D.    Lirik Lagu Manuk Dadali
Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang

Meberkeun jangjangna bangun taya karingrang

Kukuna ranggoas reujeung pamatukna ngeluk

Ngapak mega bari hiberna tarik nyuruwuk

Saha anu bisa nyusul kana tandangna

Tandang jeung pertentang taya bandinganana

Dipikagimir dipikaserab ku sasama

Taya karempan kasieun leber wawanenna

Refrain :

Manuk dadali manuk panggagahna

Perlambang sakti Indonesia Jaya

Manuk dadali pangkakoncarana

Resep ngahiji rukun sakabehna


Hirup sauyunan tara pahiri-hiri

Silih pikanyaah teu inggis bela pati

Manuk dadali ngandung siloka sinatria

Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia

Arti Lagu Manuk Dadali
Terbang melesat tinggi, jauh di awang-awang
Merentang sayapnya, tegak tanpa ragu
Kukunya panjang dan paruhnya melengkung
Menyongsong langit dengan cergas terbangnya
Siapa yang bisa menyaingi keberaniannya
Gagah dan  perkasa tak ada tandingannya
Dihormati dan disegani oleh sesama
Tanpa ragu tanpa takut, besar nyalinya

Refrain :
Burung garuda, burung paling gagah
Lambang sakti Indonesia jaya
Burung garuda, yang paling tersohor
Senang bersatu, rukun semuanya

Hidup berhimpun tanpa saling iri
Saling menyayangi, tak sungkan membela
Burung garuda adalah lambang kesatriaan
Untuk seluruh bangsa di negara Indonesia

Manuk Dadali berarti Burung Garuda, lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lirik Lagu Manuk Dadali ini mengisahkan tingginya martabat NKRI yang diumpamakan seperti Burung Garuda. Burung yang kuat, paling disegani, gagah dan memiliki daya juang tinggi. Selain itu, lagu daerah Jawa Barat Lirik Lagu Manuk Dadali ini juga menggambarkan persatuan Indonesia dalam bingkai Kebhinekaan Tunggal Ika. Selain menggambarkan kebesaran nyali sebuah negara, lirik lagu manuk dadali ini juga menceritakan kehidupan dalam bingkai Kebhinekaan Tunggal Ika. Kehidupan harmonis sebuah negara yang disangga tiang-tiang kebudayaan, ras, suku, agama dan elemen-elemen kebangsaan lainnya. Semoga dengan mendengarkan, menghayati dan meresapi arti lirik lagu Manuk Dadali ini bisa mengembalikan semangat nasionalisme kita untuk tetap mencintai Indonesia. Seberapapun banyak orang yang ingin memecah-belah negeri ini, pasti akan selalu ada punggawa-punggawa yang tak kalah banyaknya demi memperkuat kesatuan dan persatuan Tanah Air Indonesia.
E.     Not Lagu Manuk Dadali








 

dongeng dalam bahasa sunda SASAKALA KARAJAAN PANANJUNG PANGANDARAN



SASAKALA KARAJAAN PANANJUNG PANGANDARAN

Kajadianana dina abad 16. Di jojontor Basisir Pananjung, Pangandaran ngadeg hiji karajaan, Pananjung ngaranna. Bisa jadi ngaran pananjung geus aya saméméh karajaan katut karatonna diadegkeun. Pananjung téh asal kecap tina “tanjung”, nyaéta gugusun taneuh anu ngajojontor ka tengah laut. Tanjung téh sabalikna tina teluk. Pan ari anu disebut teluk mah, laut anu asup kana lengkungan daratan. Lamun mireungeuh kana kar atawa peta, écés pisan, aya babagian daratan anu ngajojontor ka laut, nya nu kiwari jadi Cagar Alam Pananjung téa.
Dina jamanna Karajaan Pananjung, ngaran pangandaran acan dipiwanoh. Pangandaran mah ceuk sakaol, tina asal kecap pangan jeung andar-andar. Harti sagemblengna nyaéta hiji tempat paragi jalma néangan pakasaban. Wewengkon Pananjung, ti jaman béh ditu kénéh ogé geus biasa didatangan ku jalma, sabab tempatna anu asri. Pendudukna geus aya deuih, sanajan ancal-ancalan. Arusahana kana lintar atawa jadi pamayang. Bajo atawa rampog laut gé geus biasa hanjat ka Basisir Pananjung. Maranéhna nu daratangna ti Cilacap, geus biasa punta-pénta bari maksa ku alesan jang kaamanan. Basa Radén Anggalarang hayang bubuara ka éta wewengkon, angot sanggeus boga niat hayang ngadegkeun karajaan, ku ingkang rama Prabu Haur Kuning ti Galuh, sabenerna mah teu disatujuan. Alesan mah, bisi diganggu jalma jahat. Ngan baé Radén Anggalarang kumeukeuh bari ngasongkeun alesan rék tarapti jaga diri.
Sawaktu ngaboyong ingkang garwa Déwi Rengganis ka pakidulan, Radén Anggalarang ngadegkeun karaton. Karatonna nyamuni pisan sabab diadegkeun di jero guha. Ayeuna, éta guha masih kénéh aya, katelahna Guha Lanang.  Mémang Raden Anggalarang téh kawilang tarapti. Ngadegkeun karaton nyamuni pisan. Jalma saliwat moal aya anu apal yén di jero guha aya hiji karaton agréng. Meunang sababaraha waktu mah, bajo laut nu dikekentongan ku Suraboma, henteu apaleun yén di Pananjung ngadeg karaton agréng. Ngan baé béh dieu béh dieu, kalangan bajo ngarasa héran. Saan waktu ka éta tempat loba jalma bubuara. Wewengkon Pananjung beuki ramé jiga-jiga di dinya aya kahirupan nu pikabetaheun. Puguh gé enya pikabetaheun sabab ayeuna Pananjung aya anu ngurus aya anu ngatur. Rahayat diatur kasejahteraaan, diatur pakasabanana, diatur hak jeung kawajibanana. Saking ku héran, sababaraha urang anggota bajo ngintip-ngintip, ngan weléh rahayat teu betus. Malah ku sabab keuheul, pamustunganana rahayat diancam-ancam, malah digunasika. Mireungeuh loba rahayat dibinasa, atuh nu séjén tingberetek lumpat. Lumpatna téh ka lingkungan karaton di jero guha. Ari geus kitu mah kabokér baé yén di jero guha aya karaton. Suraboma ngajorag malah ngancam-ngancam bakal ngamusnakeun pangeysi karaton mun teu daék méré kauntungan.
Prabu Anggalarang éléh déét, batan rayat jadi korban, mending méré séba da rejeki mah bisa disiar. Meunang sakitu lilana Karajaan Pananjung aman sabab Raja sanggup méré kagenahan ka para bajo. Ngalaman riweuh deui téh sanggeus Suraboma ngintip Déwi Rengganis keur mandi.  Teu jauh ti Guha Lanang nu aya di Kompléks Cagar Alam Pananjung, aya situs candi anu ku urang dinya disebutna Candi Batu Kaldé. Méré ngaran Batu Kaldé sabenerna mah henteu pas, sabab mun mireungeuh arca nu aya di dinya, sabenerna éta arca sapi (nandi ceuk Hindu). Lamun aya arca nandi, écés, Batu Kaldé dijieun jang sesembahan Hindu. Batu Kaldé taya patalina jeung Karajaan Pananjung. Saméméh Karajaan Pananjung ngadeg, Candi Batu Kaldé mah geus aya. Karajaan Pananjung ngadeg dina abad 16, ari Candi Batu Kaldé mah ngadeg dina abad 8 atawa peresisna dina taun 793 Maséhi. Candi Batu Kaldé diadegkeun ku Resi Sriwaksuwishu, anu ogé ngadegkeun candi Hindu di Karajaan Tarumanagara ahir. Ti Tarumanagara, ieu resi ngalalana ngadatangan sakur patempatan anu pendudukna acan baroga agama. Jadi, Batu Kaldé diadegkeun di Pananjung téh, sabab harita penduduk Pananjung can boga agama. Candi Batu Kaldé jaman harita aktip dipake sesembahan. Harita mah ngawangun hiji adegan dijieun tina batu umpak, ka luhurna muncugug, jangkungna aya kana genep méterna, rubaknasalapangan volley mun ayeuna mah. Di hareupeun rohangan, aya batu pangcalikan. Mun hayang diuk dina éta batu, kudu mapay batu umpak jang tétécéan. Di sisi katuhu jeung kénca aya batu tempat neundeun sasaji. Dina jaman Karajaan Pananjung, Batu Kaldé masih kénéh dipiara dipaké muja, ngan lain ku nagara, sabab ari nagara mah teu ngagem Hindu tapi ngagem agama Sunda. Ngan baé pihak nagara tetep nangtayungankana kabébasan ngagem agama ka rahayatna.

Rabu, 04 Oktober 2017

Macam-macam Virus Paling Berbahaya Bagi Tubuh Manusia dan gambarnya



Macam-macam virus menyerang manusia. Penyakit yang ditimbulkannya pun beragam, dari jenis sampai tingkat keparahan. Dari ribuan jenis virus, inilah 10 virus yang paling berbahaya. Pastikan Anda dan keluarga tidak terserang virus-virus tersebut.

Polio


Pada puncak epidemi polio di tahun 1950-an, ada lebih dari 13.000 kasus yang melibatkan kelumpuhan dan 1.000 kematian setiap tahun dari penyakit, banyak dari mereka anak-anak di seluruh dunia.

Kaki Gajah



Disebarkan oleh gigitan nyamuk, cacing parasit yang menyebabkan kaki gajah bersarang di sistem getah bening, yang mengontrol respon imun dan retensi cairan hingga terjadi pembengkakan. Yang paling sering terjadi pembengkakan di kaki, tetapi dapat juga terjadi pada lengan, payudara atau bahkan alat kelamin, menyebabkan mereka membengkak dan cacad untuk ukuran besar.

Botulism


BT adalah hasil karya dari tanah umum bakteri Clostridium botulinum. Bakteri dapat ditularkan melalui makanan yang tercemar dengan bakteri atau spora, atau melalui luka terbuka. Dalam satu atau dua hari, muncul gejala-gejala neurologis, termasuk bicara cadel, pandangan kabur dan kesulitan bernapas. Otot bergerak lebih lemah, refleks berhenti bekerja, tungkai bisa lumpuh. Akhirnya, diafragma dan otot-otot pernapasan lainnya berhenti bekerja, menyebabkan kematian. Antitoksin dan antibiotik dapat menghentikan perkembangan penyakit.

Kusta dan Lepra


Penyakit, juga dikenal sebagai penyakit Hansen, disebabkan oleh Mycobacterium leprae, sebuah bakteri yang menginfeksi saraf perifer. Tanpa fungsi syaraf untuk merasa sakit dan suhu, pasien dapat sering secara tidak sengaja melukai diri sendiri dan infeksi oportunistik dapat mengambil terus, kadang-kadang menyebabkan hilangnya jari atau jari kaki.
Selama berabad-abad, penyakit ini diyakini sebagai kutukan. Cerita berlimpah tentang gejala yang menakutkan seperti kulit berubah menjadi daging mati dan anggota badan yang secara tiba-tiba terlepas.

Virus Sapi Gila


Penyakit sapi gila, juga dikenal sebagai bovine spongiform encephalopathy. Dikenal sebagai varian Creutzfeldt-Jakob, penyakit menular melalui daging yang terkontaminasi dan menyebabkan sejumlah gejala neurologis mengerikan degeneratif, termasuk demensia, kehilangan sistem saraf dan otot kontrol, dan akhirnya, kematian.

Naegleria (Bakteri Amoeba Pemakan Jaringan Otak)


Amoeba kecil ini menyerang jaringan otak yang di tandai dengan tubuh kejang mulai, diikuti oleh koma. Hidup pada perairan hangat Amerika masuk ke tubuh melalui lubang hidung.


Bakteri Kebal Antibiotik


Merupakan mutasi dari bakteri antibiotik yang menyerang sistem imun tubuh.

Rabies



Berbusa di mulut, kesulitan menelan, seorang gila takut air, kemarahan, delusi dan halusinasi adalah dampak langung dari virus ini. Menyebar melalui air liur hewan (biasanya melalui gigitan anjing). Jika virus rabies menyerang sistem saraf maka amat mematikan apabila telah sampai ke otak.

Ebola, Hanta & Demam Berdarah


ketiga virus ini menyerang tubuh melalui virus yang menyebar bersama darah korban. Virus ini menyebar melalui kotoran hewan dan udara bebas.

HIV/AIDS



Virus yang satu ini menyerang kekebalan tubuh dan hingga kini belum ada obatnya. Ibarat menunggu kematian kalau udah terjangkit virus ini.

MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM

  MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Eko...