MAKALAH
PENERIMAAN DAN PENOLAKAN PERUBAHAN
Dibuat
Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Perubahan
Dosen :
Jenal Abidin.,S.Pd.I,M.Pd.
Dibuat
Oleh :
1.
Erna Yulianti NIM :
1150116005
2.
Mumus NIM : 1150116011
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
NAHDLATUL ULAMA
AL-FARABI PANGANDARAN
TAHUN 2019
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena kami dapat menyelesaikan dan menyusun makalah ini,
penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen
Perubahan.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami
ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya,
baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang
kadangkala hanya menturuti egoisme
pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan
makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk
pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan
lagi atau mengambil hikmah dari judul ini “Penerimaan dan Penolakan Perubahan” sebagai
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Parigi,
21 Maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B.
Perumusan Masalah .............................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 2
A.
Pengertian
Manajemen Perubahan ....................................................... 2
B.
Masalah
Perubahan............................................................................... 3
C.
Penolakan
dan Penerimaan dalam Perubahan.......................................4
BAB III
PENUTUP ......................................................................................... .9
A. Kesimpulan
.......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Perubahan
situasi lingkungan terjadi hampir setiap saat. Kita tidak dapat memperkirakan
dengan mudah apa yang terjadi di hari esok, segalanya serba tidakmenentu.
Peter Drucker menyebut situasi ini dengan Discontinues Change,dengan pengertian
apa yang terjadi hari ini belum tentu merupakan rentetan atausambungan
peristiwa kemarin dan mungkin tidak akan menjadi bagian dari hariesok. Bisnis
yang relatif stabil dan dapat diprediksi bergeser denganketidakpastian dan
perubahan yang cepat (Walker, 1993).Senge, P (1996), menyatakan
perubahan-perubahan dalam hirarki,teknologi, komunikasi organisasi, dan
sebagainya tidak serta merta menjaminsuksesnya perubahan organisasi, tanpa
komitmen dari semua anggota organisasi.Jika manusianya tidak bersedia berubah,
maka tidak akan ada perubahanorganisasi.
Adanya Tolak terhadap perubahan baik dari individu juga manajemenperlu
bertanya dengan hati-hati pula. Takbisa ditolak era baru sudah masuk ke
Indonesia bukan saja dalam bentukAFTA
tetapi dalam bentuk Bebas Perdagangan tingkat dunia. Kondisi ini sudah
tentuharus lanjut dengan persiapan yang matang kearah perubahan yang
terencana(Berencana Perubahan). Sungguh kita harus lebih peka terhadap
pergeseran selerakonsumen, Jarak tekhnologi informasi yang baru,
tekhnik-tekhnik bersaingyang lebih baru
dari para warisan baru, keberadaan system Penghargaan yang baru
danperubahan-perubahan ekonomi & sosial lainnya. Untuk memang diperlukan
sebuahkemampuan bagi dikelola perubahan dalam bentuk kompetensi manajemen.
Berdasarkan latar belakang diatas itu perubahan adalah sesuatu yang
tidakbisa berhenti. Maka dari itu, kami tertarik untuk membahas tentang pembahasanterhadap perubahan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Yang dimaksud
dengan Perubahan?
2.
Apa Saja Masalah dalam
Perubahan?
3.
Alasan-Alsana
Penerimaan dan Penolakan Perubahan?
C.
Tujuan.
1.
Untuk Mengetahui dan
Memahami Pengertian Perubahan.
2.
Untuk Mengetahui dan
Memahami Masalah dalam Perubahan.
3.
Untuk Mengetahui dan
Memahami Alasan-Alsan Penerimaan dan Penolakan Perubahan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
MANAJEMEN PERUBAHAN.
Salah satu tantangan terbesar yang harus
dihadapi oleh organisasi saat ini adalah volatilitas pasar global dan Inovasi
Teknologi yang terus berkembang. Globalisasi dan Inovasi Teknologi ini telah
memengaruhi pasar dan juga menyebabkan lingkungan bisnis yang terus berkembang.
Fenomena-fenomena seperti penggunaan internet, media sosial dan teknologi
seluler telah merubah perilaku pasar sehingga organisasi perlu menanggapi dan
memahami kebutuhan atau keinginan pasar.
Oleh
karena itu, Setiap Organisasi diharuskan untuk terus berinovasi serta
memperbarui proses dan efisiensi operasionalnya untuk berkolaborasi dengan
pasar yang semakin meluas dan beradaptasi dengan perilaku pasar yang selalu
berubah. Organisasi yang menolak untuk berubah atau tidak bergerak maju
akan dipaksa untuk keluar dari pasar atau bahkan mungkin terhapus oleh
organisasi-organisasi atau perusahaan-perusahaan yang terus melakukan inovasi
untuk bergerak maju kedepan.
Dengan kata lain, apabila suatu
organisasi atau perusahaan ingin tetap eksis di dunia bisnisnya, organisasi
atau perusahaan yang bersangkutan harus melakukan perubahan atau inovasi yang
dapat meningkatkan kinerja organisasi untuk menanggapi situasi terkini atau
memenuhi kebutuhan pasar barunya. Dapat dikatakan bahwa saat ini sudah bukan
zamannya lagi untuk melakukan suatu hal yang sama setiap tahunnya untuk
mendapatkan hasil yang sama.
Seperti sebuah pepatah yang dikatakan
oleh seorang pemikir besar asal Tiongkok yaitu Konfusius, “Belajar itu seperti
mendayung perahu kecil yang melawan arus. Kalau tidak Maju berarti Mundur”.
Sebenarnya pepatah ini juga sangat cocok ditujukan kepada organisasi-organisasi
di zaman ini, jika organisasi tersebut tidak bergerak maju maka dapat dikatakan
bahwa organisasi tersebut sebenarnya dalam keadaan mundur.
·
Pengertian
Manajemen Perubahan (Change Management) menurut Para Ahli.
Manajemen Perubahan atau Change
Managementpada dasarnya adalah pendekatan terstruktur untuk memastikan bahwa
perubahan dilakukan secara menyeluruh dan lancar serta memastikan bahwa
perubahan yang dilakukan membawakan manfaat bagi organisasi dalam mencapai
sasaran dan tujuan organisasinya. Manajemen Perubahan ini bertujuan untuk
merencanakan dan menerapkan strategi perubahan, mengendalikan perubahan serta
membantu orang untuk beradaptasi terhadap perubahan. Dan tentunya, Perubahan
yang dimaksud disini adalah perubahan untuk bergerak maju ke depan dengan
berbagai inovasi dan perbaruan proses untuk mencapai efisiensi operasional
organisasinya.
Untuk lebih jelas mengenai Manajemen
Perubahan ini, berikut ini adalah beberapa definisi dan pengertian manajemen
perubahan menurut para ahli.
Pengertian Manajemen Perubahan
menurut Bennet P. Lientz dan Kathryn P. Rea (Lientz, et al., 2004),
Manajemen perubahan adalah pendekatan untuk merencanakan, mendesain,
mengimplementasikan, mengelola, mengukur dan mempertahankan perubahan di dalam
pekerjaan dan bisnis proses.
Pengertian Manajemen Perubahan
menurut Kotter (2011), Manajemen perubahan adalah suatu pendekatan untuk
mengubah individu, tim, dan organisasi kepada kondisi masa depan yang
diinginkan.
Pengertian Manajemen Perubahan
menurut Wibowo (2011 :193), Manajemen perubahan adalah suatu proses secara
sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan
untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena dampak dari proses
perubahan tersebut.
Pengertian Manajemen Perubahan menurut
Sangkala (1999), Manajemen Perubahan adalah teknik yang digunakan untuk
menciptakan dan mendukung perubahan dalam suatu organisasi.
Pengertian Manajemen Perubahan
menurut Karen Coffman dan Katie Lutes (2007), Manajemen Perubahan adalah
sebuah pendekatan terstruktur untuk membantu organisasi dan orang-orang untuk
transisi secara perlahan tapi pasti dari keadaan sekarang menuju ke keadaan
yang diinginkan.
Dari berbagai definisi dan pengertian
mengenai Manajemen Perubahan ini, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Manajemen
Perubahan adalah suatu proses sistematis untuk melakukan sesuatu yang berbeda
dan menuju arah yang lebih baik, baik bagi perorangan maupun organisasi.
B.
MASALAH
PERUBAHAN.
Tidak banyak orang yang suka akan
perubahan, namun walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi.
Karena hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen perubahan
agar proses dan dampak dari perubahan tersebut mengarah pada titik positif.
Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “masalah atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change). Masalah atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara bersama. Masalah atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. masalah bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya.
Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “masalah atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change). Masalah atas perubahan tidak selalu negatif karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara bersama. Masalah atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. masalah bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya.
C.
PENOLAKAN dan
PENERIMAAN TERHADAP PERUBAHAN.
·
Penolakan terhadap
perubahan.
1.
Sumber Penolakan.
Untuk keperluan
analisis, dapat dikategorikan sumber penolakan atas perubahan, yaitu masalah
yang dilakukan oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau organisasional.
a)
Penolakan
individual.
Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan. Penolakan individual dapat terjadi karena hal-hal dibawah ini :
Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan. Penolakan individual dapat terjadi karena hal-hal dibawah ini :
a.
Kebiasaan.
Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang
sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman,
menyenangkan. Bangun pukul 5 pagi, ke kantor pukul 7, bekerja, dan pulang pukul
4 sore. Istirahat, nonton TV, dan tidur pukul 10 malam. Begitu terus kita
lakukan sehingga terbentuk satu pola kehidupan sehari-hari. Jika perubahan
berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri,
yaitu penolakan.
b.
Rasa
aman. Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita memiliki
kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun
besar. Mengubah cara kerja padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak
aman bagi para pegawai.
c.
Faktor
ekonomi. Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah soal
menurun-nya pendapatan. Pegawai menolak konsep 5 hari kerja karena akan
kehilangan upah lembur.
d.
Takut
akan sesuatu yang tidak diketahui.Sebagian besar perubahan tidak mudah
diprediksi hasilnya.Oleh karena itu muncul ketidak pastian dan keraguraguan.Kalau
kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti,
maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak.
e.
Persepsi.
Persepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini
mempengaruhi sikap. Pada awalnya program keluarga berencana banyak ditolak oleh
masyarakat, karena banyak yang memandang program ini bertentangan dengan ajaran
agama, sehingga menimbulkan sikap negatif.
b)
Penolakan
Organisasional.
Organisasi, pada hakekatnya memang
konservatif. Secara aktif mereka menolak perubahan. Misalnya saja, organisasi
pendidikan yang mengenal-kan doktrin keterbukaan dalam menghadapi tantangan
ternyata merupakan lembaga yang paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang
sekarang berjalan di sekolah-sekolah hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang
terjadi dua puluh lima tahun yang lalu, atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian
besar organisasi bisnis.
Terdapat 6 penolakan padaperubahan yaitu:
1.
Inersia
struktural.Artinya penolakan yang terstrukur. Organisasi, lengkap dengan
tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas, disiplin, dan lain sebagainya
menghasil- kan stabilitas. Jika perubahan dilakukan, maka besar kemungkinan
stabilitas terganggu.
2.
Fokus
perubahan berdampak luas. Perubahan dalam organisasi tidak mungkin terjadi
hanya difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi merupakan suatu
sistem. Jika satu bagian diubah maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika
manajemen mengubah proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur
organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar.
3.
Inersia
kelompok kerja. Walau ketika individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok
punya potensi untuk menghalanginya. Sebagai anggota serikat pekerja, walau
sebagai pribadi kita setuju atas suatu perubahan, namun jika perubahan itu
tidak sesuai dengan norma serikat kerja, maka dukungan individual menjadi
lemah.
4.
Ancaman
terhadap keahlian. Perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keakhlian
kelompok kerja tertentu. Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu
desain, mengancam kedudukan para juru gambar.
5.
Ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang telah
mapan. Mengintroduksi sistem pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa
dipandang sebagai ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingkat
menengah.
6.
Ancaman
terhadap alokasi sumberdaya. Kelompok-kelompok dalam organisasi yang
mengendalikan sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat perubahan
organisasi sebagai ancaman bagi mereka.
2.
Strategi
Mengatasi Masalah atau Penolakan.
Coch dan French
Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai untuk mengatasi resisten
perubahan yaitu:
1.
Pendidikan
dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang,
tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan
dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan
bentuk-bentuk lainnya.
2.
Partisipasi.
Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak
sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil
keputusan.
3.
Memberikan
kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau
bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi
tingkat penolakan.
4.
Negosiasi.
Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan
pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang
menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja.
Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka.
5.
Manipulasi
dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya
memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal
yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan
cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam
mengambil keputusan.
6.
Paksaan.
Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi
siapapun yang menentang dilakukannya perubahan.
Penolakan Terhadap Adanya Perubahan
Penolakan Terhadap Adanya Perubahan
Penolakan terhadap perubahan merupakan
fenomena yang timbul
dalam proses perubahan. Connor dalam Yukl (2002) menjelaskan beberapahal
yang menyebabkan penolakan terhadap perubahan, yaitu:
1.
Ketidakpercayaan
kepada orang yang mengusulkan perubahan.
2.
Kepercayaan
bahwa perubahan tidak diperlukan. Apabila orang-orang
yang berada dalam sebuah organisasi itu telah merasa bahwa segalanya telah baik,maka
adanya rencana perubahan akan menimbulkan penolakan.
3.
Kepercayaan
bahwa perubahan tidak dapat dilakukan. Proses perubahan yangakan dilakukan
membutuhkan usaha yang besar, sehingga perubahan yang radikal dapat menyebabkan
orang meragukan keberhasilan perubahan.
4.
Ancaman
ekonomi. Perubahan yang akan dilakukan membuat karyawanmerasa terancam dari
segi ekonomi, misalnya perubahan dapat menyebabkankehilangan pendapatan karena
pemutusan hubungan kerja (PHK) atau penggantian manusia
dengan teknologi informasi, sehingga mereka kehilangan pekerjaan.
5.
Perubahan
biasanya berbiaya tinggi. Walaupun perubahan biasanya membawakeuntungan besar
bagi perusahaan, tetapi besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
membuat perusahaan berfikir lebih mendalam sebelum menentukan untuk melakukan
perubahan. Dalam hal ini, perusahaan harus membandingkan biaya dan keuntungan
yang mungkin diperoleh Ketakutan akan kegagalan individu. Apabila orang-orang
dalam organisasisudah terbiasa menggunakan cara metode lama maka rencana
perubahanmembuat mereka ketakutan, jika mereka tidak bisa menggunakan
cara,/metode baru.
6.
Kehilangan
status dan kekuasaan. Perubahan-perubahan besar dalam organisasidapat
menyebabkan beberapa orang merasa terancam akan kehilangankekuasaan dan status
akibat adanya perubahan.
7.
Penolakan
akan pengaruh ( Resentment of interference) ada beberapa orangyang menolak
untuk berubah karena mereka tidak mau dikontrol oleh orang lain.
·
Penerimaan
Masyarakat dalam Perubahan.
Ø Masyarakat itu terbagi atas dua kriteria :
a.
Masyarakat
Statis => Sulit menerima perubahan.
b.
Masyarakat
Dinamis => Cepat dan mau menerima perubahan.
Contoh dari masyarakat statis adalah suku
badui, alat elektronik saja tidak ada disana. Masyarakatnya masih sangat
tradisional dalam melakukan segala hal.
Sedangkan masyarakat dinamis adalah
masyarakat pada umumnya yang merupakan mayoritas (biasanya tinggal di
perkotaan).
Ø Alasan masyarakat mau menerima perubahan :
1.
Perubahan
dapat merupakan perkembangan bagi suatu daerah, dengan ada perubahan bisa saja
terjadi kemajuan yang signifikan.
2.
Perubahan
ini dapat membuat kehidupan semakin mudah. Dalam artian kebanyakan perubahan yang
ada bersangkut paut dengan teknologi dimana negara maju pun terus mengikuti
perkembangan jaman seiring berjalannya perkembangan teknologi.
3.
Perubahan
ini dapat memperbaiki kesalahan lampau dan berani menjauhi zona nyaman. Dengan
adanya perubahan pada masyarakat maka masyarakat dapat menilai sendiri mana
yang pas, baik, dan cocok bagi masyarakat dan mana yang tidak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dalam kehidupan manusia, perubahan tidak dapat dihindari. Dimulai oleh
dunia usaha yang lebih dulu menyadari pentingnya perubahan bagi
peningkatan kualitas produksi yang dihasilkan, sampai ke administrasi
pemerintahan. Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk
memecahkan masalah yang timbul akibat adanya perubahan. Oleh karena
perubahan memang selalu terjadi dan pasti akan selalu terjadi, pimpinan
organisasi baik organisasi pemerintah maupun non-pemerintah disamping harus
memiliki kepekaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi diluar organisasi
yang dipimpinnya dan mampu memperhitungkan dan mengakomodasikan dampak dari
perubahan-perubahan yang terjadi itu, mutlak perlu pula untuk mempunyai
keterampilan dan keberanian untuk melakukan perubahan didalam organisasi demi
peningkatan kemampuan organisasional untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu
untuk menghadapi perubahan kita perlu melakukam manajemen perubahan yang
berarti upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan
karena terjadinya perubahan dalam organisasi.
Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen perubahan agar proses dan dampak dari perubahan tersebut.
Apabila diperhatikan, sebenarnya yang paling sulit untuk dirubah itu adalah manusianya, terutama mindset, pola pikir, dan paradigmanya, bukan bentuk fisiknya, bukan pula sistemnya. Pada umumnya dikarenakan perebutan kepentingan yang akhirnya dapat menimbulkan suatu konflik. Apabila ditelaah kembali, semua manusia itu sebenarnya mampu berubah. Hanya yang menjadi masalah adalah ada kemauan atau tidak saja.
Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen perubahan agar proses dan dampak dari perubahan tersebut.
Apabila diperhatikan, sebenarnya yang paling sulit untuk dirubah itu adalah manusianya, terutama mindset, pola pikir, dan paradigmanya, bukan bentuk fisiknya, bukan pula sistemnya. Pada umumnya dikarenakan perebutan kepentingan yang akhirnya dapat menimbulkan suatu konflik. Apabila ditelaah kembali, semua manusia itu sebenarnya mampu berubah. Hanya yang menjadi masalah adalah ada kemauan atau tidak saja.
Setidaknya ada 5 (lima) alasan mengapa seeorang itu menolak suatu perubahan,
di antaranya pertama karena adanya sifat ketidaksukaan terhadap segala sesuatu
yang baru atau berbeda dengan keadaan saat ini. Orang seperti ini biasanya
adalah orang yang sudah berada terlalu dalam di comfort zone nya dan
enggan untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih baru atau berbeda. Kedua, karena memang ide perubahan tersebut
tidak membuatnya tertarik. Orang seperti ini biasanya memiliki tujuan lain yang
ingin dicapainya. Ketiga, karena orang tersebut tidak mengerti maksud dan
dampak dari perubahan tersebut terhadap kondisinya, sehingga dia menganggap
perubahan yang akan dilakukan tidak ada gunanya dan hanya sia-sia saja. Keempat
yang cukup sering terjadi adalah adanya ketidakpercayaan terhadap orang yang
mencetuskan ide perubahan atau orang yang mengkomunikasikan inisiatif perubahan
tersebut. Dari awal sudah terdapat sentimen pribadi terhadap para inisiator
perubahan sehingga kesulitan dalam menerapkan ide perubahan tersebut. Yang
kelima karena ada ketakutan apabila perubahan itu diterapkan. Ketakutan ini
bisa dalam berbagai bentuk, contohnya takut akan kehilangan uang seperti gaji,
tunjangan atau anggaran. Bisa juga ketakutan akan kehilangan jaringan atau
tradisi sosial, takut kehilangan kekuasaan, kontrol, atau status, dan lain
sebagainya.
Setidaknya itulah hal-hal yang membuat seseorang menolak sebuah
perubahan. Apakah masih ada lagi? Banyak literatur lain yang dapat
menambahkannya sebanyak yang anda mau. Yang penting, selama perubahan itu
bersifat manusiawi dan dimulai dengan sesuatu yang meyakinkan yang dapat
membuat orang lain optimis, maka perubahan akan jauh lebih mudah dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Alamsyah,
Kamal. 2004. Perilaku Organisasi dalam
Birokrasi Pemerintahan. Pustaka Raja. Yogyakarta.
2. Arsyad, Azhar. 2003. Pokok Pokok Manajemen. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
3. Siagian, Sondang P. 1997. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku
Administrasi. PT Toko Gunung Agung. Jakarta.
4. Suganda, Dann. 1986. Manajemen Administrasi. Sinar Baru.
Bandung.
5. Utomo, Warsito. 2007. Administrasi Publik Baru Indonesia.
Pustaka Pelajar. Jakarta.
6.
Wicaksono,
Kristian Widya. 2006. Administrasi dan
Birokrasi Pemerintah. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar