KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur
penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
”Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Pada masa Abbasiyah”. Tidak lupa shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator
terbesar dalam segala keteladanannya.
Akhirnya penulis
sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca
yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini.
Dengan segala kerendahan
hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
Parigi, April
2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ 1
DAFTAR ISI......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
A. Latar Belakang................................................................................. 3
B. Tujuan............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 4
A. Pemerintahan Daulah Abbasiyah.......................................................... 4
B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada
Masa Bani Abbasiyah................... 5
C. Perkembangan Kebudayaan pada Masa
Bani Abbasiyah........................... 8
BAB III KESIMPULAN............................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
sejarah terungkap bahwa Islam bukan hanya sebagai konsepsi ajaran semata akan
tetapi Islam telah menjadi peradaban besar. Dunia intelektual mengakui bahwa
peradaban yang tinggi tersebut ternyata banyak memberikan konstribusi yang begitu besar terhadap lajunya perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada saat Eropa atau peradaban barat tengah mengalami kegelapan atau ketumpulan
ilmu, di daerah Islam telah berada pada kemajuan ilmu pengetahuan yang cukup
pesat seperti pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah.
Terbentuknya
Daulah Abbasiyah ini adalah kelanjutan dari Daulah Bani Umaiyyah. Dinamakan
Khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah
keturunan Al-Abbas, paman Nabi Muhammad saw. Daulah Abbasiyah ini didirikan
oleh Abdullah Al-Saffah Ibnu Muhammad bin Ali Ibnu Abdullah Ibnu Al-Abbas, dan
berkuasa dalam rentang waktu yang cukup lama yakni dari tahun 132 H. / 750 M –
656 H. / 1258 M.
B. Tujuan
Adapun
pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. untuk
mengetahui sejarah pada masa daulah abbasiyah
2. untuk
mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan pada masa abbasiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemerintahan Daulah Abbasiyah
Pemerintahan Daulah
Abbasiyah merupakan kelanjutan
dari pemerintahan sebelumnya dari Bani Umayyah. Pendiri dari Daulah
Abbasiyah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-Abbas. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang cukup panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).
Berdasarkan
perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa
pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:
a.
Periode Pertama (132 -232 H / 750-847 M),
disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
b.
Periode Kedua (232- 334 H /847-945 M),
disebut periode pengaruh Turki pertama.
c.
Periode Ketiga (334- 447 H / 945-1055 M),
masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah. Periode
ini disebut
d.
juga masa pengaruh Persia kedua.
e.
Periode Keempat (447- 590 H / 1055-l194 M),
masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyah;
biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali)
Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk Agung).
f.
Periode Kelima (590- 656 H / 1194-1258 M),
masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya
efektif di sekitar kota Bagdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Berikut ini adalah silsilah Bani
Abbasiyah sampai khalifah ke-15 dari 37 khalifah secara keseluruhan.
B.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah
Pada masa
Daulah Abbasiyah merupakan masa keemasan (The Golden Age) bagi umat Islam. Pada
masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi,
peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu
pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa
asing ke dalam bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendekiawan-
cendekiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin
ilmu pengetahuan. Adapun cendekiawan-cendekiawan Islam pada masa Daulah
Abasiyah adalah:
a.
Bidang ilmu Filsafat
Tokoh
cendekiawan Islam di bidang ilmu filsafat ini adalah Abu Nasyar Muhammad bin
Muhammad bin Tarhan yang dikenal dengan al-Farabi, Abu Yusuf bin Ishak yang
dikenal dengan al-Kindi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Rusd, Ibnu Bajah dan Ibnu
Tufail.
b.
Bidang ilmu Kedokteran
Tokoh
cendekiawan Islam di bidang kedokteran ini adalah Jabir bin Hayyan yang dikenal
sebagai bapak ilmu kimia, Hunaian bin Ishak yang dikenal sebagai ahli
penerjemah buku-buku asing, Ibnu Sahal, ar-Razi (ahli penyakit campak dan
cacar), dan Thabit Ibnu Qurra.
c.
Bidang ilmu Matematika
Tokoh
cendekiawan Islam di bidang ilmu matematika ini adalah Muhammad bin Musa
al-Khawarizmi (penemu huruf nol) yang dengan bukunya Algebra, Geometri Ilmu
Matematika, Umar bin Farukhan (bukunya Quadripartitum), Banu Musa (ilmu
mengukur permukaan, datar, dan bulat).
d.
Bidang ilmu Falak
Tokoh
cendekiawan Islam dibidang ilmu Falak ini adalah Abu Masyar al- Falaky (bukunya
Isbatul Ulum dan Haiatul Falak), Jabir Batany (membuat teropong bintang),
Raihan Bairuny (bukunya al-Afarul Bagiyah’ainil Khaliyah, Istikhrajul Autad dan
lain-lain).
e.
Bidang ilmu Astronomi
Tokoh
cendekiawan Islam di bidang Astronomi adalah al-Farazi (pencipta Astro Lobe),
al-Gattani/Albetagnius, al-Farghoni atau Alfragenius.
f.
Bidang ilmu Tafsir
Tokoh
cendekiawan Islam di bidang ilmu Tafsir ini adalah Ibnu Jarir at-abary, Ibnu
Atiyah al-Andalusy, as-Suda, Mupatil bin Sulaiman, Muhammad bin Ishak dan
lain-lain.
g.
Bidang ilmu Hadis
Tokoh
cendekiawan Islam di bidang ilmu Hadis ini adalah Imam Bukhari, Imam Muslim,
Ibnu Majah, Abu Daud, at-Tarmidzi, dan lain-lain
h.
Bidang ilmu Kalam (tauhid)
Tokoh
cendekiawan Islam di bidang ilmu Kalam ini adalah Wasil bin Atha’, Abu Huzail
al-Allaf, ad-Dhaam, Abu Hasan al-Asy’ary, Hujjatul Islam Imam al-Gazali.
Pembahasan ilmu tauhid semakin luas dibandingkan dengan zaman sebelumnya.
i.
Bidang ilmu Tasawuf (ilmu mendekatkan diri
pada Allah Swt.)
Tokoh
cendekiawan Islam di bidang ilmu Tasawuf ini adalah al-Qusyairy dengan karyanya
ar-RiÅšalatul Qusyairiyah, Syahabuddin dengan karyanya Awariful Ma’arif, Imam al-Gazali
dengan karyanya al-Bashut, al-Wajiz, dan lain-lain.
j.
Para imam Fuqaha (ahli fiqh)
Tokoh
cendekiawan Islam para iman Fuqaha ini adalah Imam Abu Hanifah, Imam Maliki,
Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambali, dan para Imam Syi’ah.
Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya sampai Masa Abbasiyah
Dari umat Islam munculah beberapa
tokoh yang ahli di beberapa bidanga ilmu pengetahuan, seperti di bidang
kedokteran, matematika, biologi, dan sejarah.
a. Kedokteran
(1)
Ibnu Sina
Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu
Ali Al-Husaini bin Abdullah bin Sina. Beliau dibesarkan di lembah Sungai Dajlat
dan Furat, di tepi selatan Laut Kaspia. Ketika masih kecil beliau telah hafal
Al-Qur’an, menguasai bahasa Arab, serta mendalami ilmu fikih. Ia belajar ilmu
Mantik pada seorang guru filsafat, bahkan gurunya terkejut karena
kecerdasannya. Pada usia 17 tahun ia telah memahami ilmu kedokteran melebihi
siapa pun. Oleh karena itu, beliau diangkat manjadi penasihat para dokter pada
masa itu.
(2)
Ibnu Rusyd
Nama asli Ibnu Rusyd adalah Abdul
Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd. Beliau lahir diujung barat negeri Islam,
yaitu Kordoba, Spanyol. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang teguh menegakkan
agama dan berpengetahuan luas. Ketika beliau muda, beliau belajar matematika,
astronomi, filsafat, dan kedokteran. Di Barat beliau dikenal sebagai ahli dan
tokoh dibnidang kedokteran dengan karyanya Al-Kulliyyat
yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Atas kepandaiannya inilah maka
pada tahun1182 ia diangkat sebagai dokter pribadi khalifah di Maroko.
(3)
Ar-Razi
Ar-Razi bernama lengkap abu Bakar
Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Didunia Barat dikenal dengan nama Rhazes. Beliau
Lahir di Ray, dekat Teheran pada tahun 251 H dan wafat apada tahun 320 H.
Beliau terkenal sebagai dokter pertama dalam pengobatan secara ilmu jiwa, yakni
pengobatan yang dilakukan dengan memberi sugesti bagi para penderita
psikomatis.
b. Matematika/Geometri
(1)
Al-Khawarizmi
Al-Khawarizmi hidup dari tahun 780 –
850 M. Beliau adalah peletak dasar ilmu matematika dengan karyanya yang
terkenal Al-Jabru wal Muqabbala. Dari buku itu kita mengenal ilmu aljabar yang
dikenalkan diseluruh dunia, yang kini diubah menjadi matematika.
(2)
Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyi
Jamsyid hidup pada abad ke-7 di kota
Samarkand, salah satu provinsi di Uzbekistan. Jamsyid adalah ulama yang sangat
pandai dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan. Beliau seorang profesor dalam
bidang matematika dan astronomi di Universitas Samarkand. Beliaulah peletak
dasar aritmatik yang dilakukan atas dasar slide rule yang dianggap sebagai
penemuan ilmiah paling penting dalam matematika.
(3)
Sabit bin Qurrah Al-Hirany
Kitab
karangannya yang terkenal adalah:
- Hisabul Ahillah
- Kitabul ‘Adad
(4)
Ibnu Haitsam
Kitab
karangannya yang terkenal adalah:
- Qaulun fi Halli Masalatil ‘Adadiah
- Muqaddimah Dalilul Musaba
- Ta’liqun fil Jabr
c. Biologi
(1)
As-Simay adalah seoranmg ahli bologi. Salah satu buku hasil karya beliau yang
terkenal adalah Kitabun Nabati wasy Syujjar. Buku ini mengupas masalah biologi,
terutama bidang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan.
(2)
Ibnul Awwan adalah seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang
pertanian. Bukunya yang terkenal adalah Al-Fallah.
(3)
Al-Jahiz seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang ilmu hewan.
Karyanya yang terkenal adalah Al-Hayawan.
d. Sejarah/Sosiologi
(1)
Abu Abdillah Al-Qazwaini dilahirkan pada abad ke-7 hijriah. Beliau terkenal
sebagai seorang ulama dan ahli dalam bidang sejarah. Kitab yang dikarangnya
merupakan kitab terbaik pada masanya dengan judul, Asarul Bilad wa Akhbarul
Ibad. Beliau meniliti sesuai dengan judul kitabnya, yaitu tabiat Negara atau
daerah dan apa yang terkenal, disamping menyelidiki keadaan penduduk dan
kehidupannya. Al-Qazwaini juga telah mendahului ilmu modern dalam rincian
ilomiahnya dalam kitabnya itu.
(2)
Abu Ar-Raihan Al-Bairuni. Al-Bairuni dilahirkan pada tahun 364 m dan hidup 75
tahun. Beliau telah menyusun kitab Al-Atsar Al-Baqiah yang merupakan kitab
pertama didunia yang meniliti tentang sejarah, perbedaan bulan, tahun,
penanggalan, sebab, dan cara mengistinbatkannya.
C.
Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Abbasiyah
Pusat peradaban Islam pada masa
Daulah Abbasiyah adalah:
a.
Kota Bagdad, merupakan ibu kota negara
Kerajaan Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah Abu Ja’far al-Mansur (754 – 775
M) pada tahun 762 M. Kota ini terletak di tepian Sungai Tigris. Masa keemasan
Kota Bagdad terjadi pada pemerintahan Khalifah Harun ar-Rasyid (786 – 809 M)
dan anaknya al-Ma’mun (813 – 833M).
b.
Kota Samarra, letaknya di sebelah timur
Sungai Tigris yang berjarak kurang lebih 60 km dari Kota Bagdad. Di kota ini
terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan Islam di kota-kota
lain. Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja,
tetapi juga peradaban di semua aspek kehidupan, seperti:
administrasipemerintahan dengan biro-bironya, sistem organisasi militer,
administrasi wilayah pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industri,
Islamisasi pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika,
geografi, historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika
Islam, sastra, seni, dan penerjemahan serta pendidikan, kesenian, arsitektur,
meliputi pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan tinggi,
perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.
Ilmu
pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah tumbuh dan berkembang dengan suburnya
disebabkan oleh empat faktor :
1). Terjadinya
asimilasi budaya antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain seperti Persia,
Yunani, India, yang sudah maju Iptek-nya. Di masa ini banyak bangsa non Arab
yang masuk Islam dan sangat besar sahamnya dalam perkembangan Iptek. Bangsa
Persia berjasa dalam ilmu pemerintahan, filsafat dan sastra. Pengaruh bangsa
India terlihat pada ilmu kedokteran, matematika dan astronomi. Pengaruh Yunani
masuk melalui terjemahan-terjemahan berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.
2). Gerakan
penterjemahan
berjalan
melalui 3 fase:
Fase
pertama, pada
masa Al-Manshur sampai Harun Al-Rasyid, penterjemahan
terfokus pada ilmu astronomi dan logika (mantiq).
Fase
kedua, pada
masa Al-Makmun hingga tahun 300 H, terfokus pada ilmu kedokteran dan
filsafat. Dan
Fase
ketiga, setelah tahun 300 H, bidang
ilmu yang diterjemahkan semakin luas.
3). Perkembangan Bidang
Ilmu Naqli :
1). Ilmu Hadis
Diantara tokoh yang terkenal di bidang ini adalah:
a.
Imam
Bukhari (810-870 M). Nama : Abu Abdullah Muhammad bin Ismail
bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardzibah al-Bukhari. Karyanya : kitab
“al-Jami’ al-Shahih al-Bukhari”, “at-Tarikh as-Sagir”, “at-Tarikh al-Ausat”,
“Tafsir al-Musnad al-Kabir”, dll.
b.
Imam
Muslim (817 – 875 M). Nama : Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj
al-Qusyairi an-Nisaburi. Dalam rawi hadits, Imam Bukhari dan Imam Muslim sering
disebut Syaikhoni (Dua Syekh). Karyanya : kitab “al-Jami’ al-shahih al-muslim”.
Para ulama’ menempatkan kitab Sahih Muslim pada peringkat kedua
sesudah Sahih Bukhari.
c.
Ibnu
Majah (823-887 M). Nama : Abu Abdillah Muhammad bin Yazid ar-Raba’I
al-Qazwani. Karyanya: kitab “Sunan Ibnu Majah”.
d.
Abu
Daud (817-888 M). Nama : Abu Dawud Sulaiman bin al-asy’as bin Ishaq bin
Basyir bin Syidad bin Amr bin Amran al-Azdi as-Sijistani. Karyanya: kitab
“Sunan Abu Dawud”.
e.
At-Tirmidzi
(209-279 H). Nama : Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Da
Dahlat as-Sulami al-Bugi. Dalam bidang hadits, at_Tirmizi adalah murid Imam
Bukhari. Pendapat Imam Bukhari tentang nilai hadits sering ditampilkan dalam
karyanya, “Sunan at-Tirmizi”.
f.
An-Nasa’i
(830-915 M). Nama : Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Bahr bin sinan. An-Nasa’i
menulis beberapa kitab : as-Sunan al-Kubra, as-Sunan al-Mujtaba’, Kitab
Tamyiz, Kitab ad-Du’afa’, Khasa’is Amirul Mu’minin Ali bin Abi thalib, Musnad
Ali, dan Musnad Malik.
2). Ilmu Tafsir
Dalam
bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode penafsiran:
Pertama, tafsir bil-ma’tsur yaitu, interpretasi tradisional dengan
mengambil interpretasi dari hadis Nabi SAW dan para sahabatnya. Mufassir
masyhur golongan ini antara lain
a.
Ibn
Jarir at-Thabary dengan tafsirnya sebanyak 30 juz
b.
Ibn
Athiyah al-Andalusy (Abu Muhammad bin Athiyah)
c.
al-Sud’a
Muqatil bin Sulaiman yang mendasarkan penafsirannya pada Ibn Abbas, Ibn
Mas’ud, dan para sahabat lainnya.
Kedua, tafsir
bil-ra’yi yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat
dan pikiran dari pada hadis dan pendapat sahabat. Mufassir golongan ini
antara lain :
a.
Abu
Bakar Asma (mu’tazilah),
b.
Abu
Muslim Muhammad bin Nashr al-Isfahany (mu’tazilah) dengan kitab tafsirnya
14 jilid.
3). Ilmu
Fiqih
Dalam bidang fiqih, para fuqaha’ yang ada pada masa Bani
Abbasiyah mampu menyusun kitab-kitab fiqih terkenal hingga saat ini. Ada 4
fuqoha’ yang terkenal dengan sebutan “Imam mazhab empat”
a.
Imam
Abu Hanifah (700-767 M). Nama : Nukman bin Tsabit, dikenal
sebagai pembangun madzhab Hanafi. Pendapat-pendapat hukumnya
dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kuffah, karena itu mazhab ini
lebih banyak menggunakan pemikiran rasional dari pada
hadits. Karyanya: kitab “Musnad al-Imam al-A’dzam” atau fiqih
al-akbar. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qodhi
Al-Qudhal di zaman Harun Al-Rasyid.
b.
Imam
Malik (713-795 M). Nama: Anas bin Malik, terkenal sebagai ahli hadis
dan pembangun Madzhab Maliki. Dia lebih cenderung
menggunakan dalil naqli (nash Qur'an dan hadis) dan tradisi
masyarakat Madinah daripada dalil aqli (rasional). Karyanya :
yang terbesar berjudul Al-Muwattha', yang berisi kumpulan Hadits
Nabi.
c.
Perkembangan
madzhabnya tersebar di negara Tunisia, Libiya, Mesir, Spanyol dan daerah Afrika
lainnya.
d.
Imam
Syafi’i (767-820 M). Nama : Muhammad bin Idris
Asy-Syafi'iy, terkenal sebagai pembangun Madzhab Syafi'iy. Corak pemikiran
Madzhabnya : berusaha memadukan antara madzhab Hanafi yang rasionalis dan
Maliki yang ortodoks (salafi).
e.
Imam
Ahmad ibn Hambal (780-855 M). Nama : Ahmad bin Hanbal. Lahir di Baghdad.
Ia terbilang murid Imam Syafi'iy, dan pembangun Madzhab Hanbali. Karya
tulis terbesarnya berjudul : ”Al-Musnad” yang berisi kumpulan hadis
Nabi, dan kitab ”An-Nasikh wal Mansukh”.
4).
Ilmu Akhlak dan Tasawuf
Kecenderungan pemikiran
yang bersifat filosofi menimbulkan gejolak pemikiran diantara umat islam,
sehingga banyak diantara para pemikir muslim mencoba mencari bentuk gerakan
lain seperti tasawuf. Ilmu tasawuf adalah ilmu hakekat yang pada intinya
mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, meninggalkan kesenangan dunia dan
hidup menyendiri untuk beribadah kepada Allah.
Para
Ulama’ ahli ilmu akhlak :
a.
Imam Mawardi
(975-1058 M). Karya tulisnya antara lain berjudul : Al-Ahkamus
Sulthaniyyah (berisi politik / tatanegara). Di bidang Akhlak, ia
menulis buku yang terkenal sampai saat ini berjudul: Adabud-Dunya
wad-Din.
b.
Imam
Ghazali (1058-1111 M). Ia lahir di Thus (Iran) dengan nama lengkap Abu
Hamid Muhamad bin Muhammad at-Tusi asy-Syafi'iy al-Ghazali. Ia seorang
multidisipliner, dan seorang penulis yang sangat produktif dan
berkualitas. Jumlah karangannya lebih dari 100 judul. Buku yang sangat terkenal
di seluruh dunia dan menjadi puncak karya intelektualnya berjudul : Ihya'
'Ulumuddin (Menghidup-hidupkan ilmu agama), yang berisi pandangannya
tentang ilmu tauhid, syariat, akhlak dan tasawwuf. Di Indonesia,
buku ini menjadi kajian para kiyai, sarjana, dan santri senior di setiap pondok
pesantren.
c.
Imam Ibnu
Miskawaih (932-1030 M). Ia seorang filsuf muslim yang ahli
di bidang etika. Bukunya berjudul : Tadzhibul Akhlaq wa Tat-hirul
A'raq (Pendidikan akhlak dan pencucian jiwa).
Dia
juga ahli filsafat Aristoteles. Karena keahliannya di bidang filsafat, ia
mendapat julukan "Al-Mu'allimus Tsalits" (guru ketiga). Guru
pertamanya adalah Aristoteles, sedang Guru keduanya adalah Al-Farabi.Para
ulama Tasawuf (sufi) antara lain :
a.
Al
Qusyairi. Nama : Abu Qasim Abdul Karim bin Hawazin al Qusyairi. Kitab
tasawuf yang terkenal ”Ar Risalatul Qusyairi”.
b.
Syahabuddin
Suhrawardy (wafat 632 M). Kitab tasawufnya ”Awaritul Ma’arif”.
c.
Imam
Ghazali. Bukunya yang sangat terkenal di bidang ilmu akhlak
tasawuf: Ihya’ Ulumddin.
d.
Dzun-Nun Al-Mishri
(190-245 M). Lahir dan wafat di Mesir. Dzunnun al-Mishri
dikenal sebagai orang pertama yang mengenalkan maqamat dalam dunia sufi.
e.
Sirri al-Saqathi
(wafat 253 H). Dia mengenalkan uzlah-uzlah yang sebelumnya hanya dikenal
sebagai tindakan menyendiri secara personal, dikembangkan oleh al-Saqathi
menjadi “uzlah kolektif”, uzlah yang ditujukan untuk menghindari kehidupan
duniawi yang melenakan.
f.
Abu
Yazid al-Bustami (wafat di Bistam Iran tahun 873
M). Nama: Abu Yazid (Bayazid)
g.
Al-Junaid
al-Baghdadi (909 M). Dia mencoba mengkompromikan tasawuf dengan syariat,
hal ini ia lakukan setelah melihat banyaknya pro-kontra antara sufi dan ahlu
al-hadis di masanya Lagi pula al-Junaid juga mempunyai basic sebagai
seorang ahli hadis dan fiqh.
h.
Al-Hallaj,
(858-922 M). Nama : Husein bin Mansur al-Hallaj.Dia murid Al-Junaid
al-Baghdadi yang lebih berani dan radikal dengan konsep Hulul yaitu
konsep wahdatul wujud dalam versi lain, yang berangkat dari dua sifat yang
dipunyai manusia yaitu nasut dan lahut]
5). Ilmu
Kalam (Teologi Islam)
a.
Abu
Hasan Al-Asy'ari (872-913
M). Ia pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah di
bidang ilmu kalam. Ia terkenal dengan rumusannya bahwa sifat wajib bagi Alloh
ada 13 sifat, mulai dari wujud, qidam baqo', sampai kalam.
a.
Karya-karya
tulisnya yang dijadikan rujukan para ulama ilmu
kalam sampai sekarang, diantaranya berjudul : a). Maqolatul
Islamiyyin (pendapat golongan Islam); b) Al-Ibanah 'an
Ushuliddiniyyah (penjelasan tentang dasar-dasar
agama); c) Al-Luma' (sorotan) yang berisi penjelasan
tentang ketuhanan, dosa besar dan persoalan ’aqidah.
b.
Abu
Manshur Al-Maturidi (875-944 M). Seperti halnya Al-Asy'ari, Ia
pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah bidang ilmu kalam. Dalam membahas
sifat-sifat Allah, ia merumuskan bahwa sifat Allah berjumlah 20 sifat yang
dikelompokkan menjadi 4 sifat, yaitu sifat nafsiyyah, salbiyah,
ma'aniy dan ma'nawiyah.
BAB III
KESIMPULAN
Kemajuan
Islam pada Masa Bani Abbasiyah Daulah Abbasiyah didirikan oleh Abdullah
Al-Saffah pada tahun132 H / 750 M. Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari
pemerintahan Daulah Umayyah yang telah hancur di Damaskus. Kemajuan dan
perkembangan pada periode Bani Abbasiyah dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal (dari ajaran agama Islam) dan faktor eksternal (proses sejarah
umat Islam dalam kehidupannya).
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah Pada masa Daulah Abbasiyah adalah
masa keemasan bagi umat Islam atau yang sering disebut dengan istilah ‘’The
Golden Age’’.
Pusat
peradapan Islam pada masa Daulah Abasiyah adalah: di Kota Bagdad dan Kota
Samarra. Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja,
tetapi juga aspek peradaban dalam semua aspek kehidupan, seperti: administrasi
pemerintahan dengan biro-bironya, sistem organisasi militer, administrasi
wilayah pemerintahan, pertanian, perdagangan, dan industry, Islamisasi
pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi,
historiografi, filsafat Islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika Islam, sastra,
seni, dan penerjemahan serta pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi
pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan dan
toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.
Hikmah
mempelajari sejarah pertumbuhan Ilmu pada masa Daulah Abbasiyah: meningkatkan
keimanan kepada Allah Swt., dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya, menumbuhkan semangat menuntut ilmu baik ilmu agama
maupun ilmu dunia seperti yang telah dicontohkan oleh para cendekiawan Islam
mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam, membina
rasa kesatuan dan persatuan umat Islam dan kerukunan beragama di seluruh dunia
yang tidak membeda-bedakan suku, bangsa, negara, warna kulit, dan lain
sebagainya.