BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mempengaruhi merupakan inti
dari kepimimpinan.Agar seseorang menjadi
pemimpin yang efektif ,dia harus mampu mempengaruhi orang lain agar mau
menjalankan permintaan ,mendukung proposal dan mengimpletasikan kejakan.Dalam organisasi yang besar efektifitas menejer tergantung pada kekuatan pengaruhnya terhadap atasan dan
rekan sejawat dan juga pengaruhmya terhadap bawahan .Pengaruh pada satub arah
meningkatkan pengaruh pada arah lainya.
Untuk memahami apa yang
membuat manajer menjadi efektif
membutuhkan analisis kaomplek terhahadap
jaringan hubungam kekuasan dan
proses mempengaruhi yang di temukan dalam semua organisasi. Bagian pertama
dalam bab ini akan menjelaskan konsep penting.menjelaskan perbedaan sumber
kekuasan,menguji revalansi kekuasaan untuk kepemimpinan yang efektif,dan menjelaskan bagaimana proses
kekuasan di dapatkan dan hilang.dan menjelaskan bagaimana proses kekuasaan di
dapatkan hilang.Bagaian kedua bab ini menguji bagaimana kekuasan dalam
bentuk berbeda dari pengaruh prilaku,dan
menjelaskan bagaimana kekuasan dan
pngaruh prilaku bersama sama menentukan efektifitas kepemimpinan.
B.
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembangunan Politik serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis untuk
lebih memahami materi tentang Kekuasaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsepsi Kekuasaan Dan Otoritas
1. Kekuasaan.
Konsep kekuasaan sangat penting untuk
memahami bagaimana orang mampu saling mempengaruhi dalam organisasi (Mitzberg,
1983; feffer, 1981, 1992), kekuasaan melibatkan kapasitas dari satu pihak(agen)
untuk mempengaruhi pihak lain(target). Konsep ini lebih fleksibel untuk
digunakan dengan berbagai cara . istilah ini sangat perpewngaruh agen terhadap
seseorang sebagai satu target , atau terhadap berbagai orang yang menjadi
target.terkadang istilah ini menunjukan potensi pengaruh atas hal-hal atau
peristiwa dan juga sikap dan prilaku. Terkadang agen merupakan kelompok atasu
organisasi bukannya individual .
Terkadang kekuasaan didefenisikan dalam
konteks relatif bukanya absolut yang berarti batasan dimana agen tersebut
mempunyai pengaruh lebih besar terhadap target dibandingkan dengan yang
dimiliki target terhadapagen.akhirnya
terdapat berbagai jenis kekuasaan dan satu agen bisa mempunyai lebih banyak
.
2. Otoritas
Otoritas
melibatkan hak , prerogatif, keewajiban dan tugas yang berkaitan dengan posisi
khusus dalam organisasi atau sistem sosial. Otoritas pemimpin biasahnya
meliputi hak untuk membuat keputusan khusus untuk organisasi. Pemimpin yang
memiliki wewenang langsung terhadap seorang target mempunyai hak yang sah untuk
memberikan membuat permintaan yang
konsisten dengan otoritasnya, seorang yang menjadi target itu memiliki kewajiban untuk mematuhinya.
Sebagai contoh menejer umumnya mempunyai hak yang sah untuk memberikan aturan
kerja dan memberikan tugas kepada bawahan . otoritas juga melibatkan hak agen
untuk menerapkan engendalian untuk
berbagai hal , seperti keuwangan,
sumber daya, peralatan dan material
dan pengendalian ini merupakan
sumber-sumber kekuasan yang
lainnya.
a. Hasil dari upaya pengaruh
Tiga
hasil yang dimaksud and alah komitmen, kepatuhan dan perlawanan.
Komitmen,
Istilah komitmen menjelaskan hasil dimana seorang target secara internal menyetujui
keputusan atau permintaan agen dan memberikan dukungan penuh untuk melaksanakan
apa yang menjadi permintaan atau mengimplementasikan keputusan secara efektif.
Untuk tugas yang kompleks dan sulit , komitmen umumnya merupakan hasi.l yang
paling berhasil dari perspektif agen yang melakukan usaha untuk mempengaruhi .
Kepatuhan,
istilah kepatuhan menjelaskan hasil dimana Target tersedia melakukan apa yang
agen iginkan tetapi lebih didasarkan pada rasa apatis dari pada rasa
antusiaisme dan hanya memberikan sedikit dukungan. Agen telah mempengaruhi
rilaku seorang target tetapi tidak terhadap sikapnya.
Perlawanan,istilah
perlawanan menjelaskan hasil Dimana seorang target menentang proposal atau
permintaan , bukan hanya tidak tertarik saja, dan secara aktif berusaha untuk
menghindari untuk tidak menjalankannya. Seorang target akan memberikan respon
dalam cara berikut: (1) . membuat alasan mengapa permintaan tidak dapat
dilaksanakan, (2). Berusaha melakukan
pendekatan kepada agen untuk membatalkan atau mengubah permintaanya, (3).
Meminta orang yang memiliki otoritas lebih tinggi utuk mengemsampingkan
permintaan agen, (4). Menunda tindakan dengan harapan agen akan melupakan
permintaan itu, (5). Berpura-pura menuruti tetapi berusaha melakukan sabotase
tugas itu, atau(6). Menolak melaksanakan permintaan.
v Proses mempengaruhi
Kepatuhan
instrumental . seorang target melaksanakan tindakan yang diminta untuk tujuan
mendapatkan imbalan yang pasti atau menghindari hukuman yang dikendalikan oleh
agen . motivasi perilku itu murni instrumental : satu –satunya alasan kepatuhan
adalah untuk mendapatkan manfaat nyata dari agen. Level dukungan yang diberikan
mungkin sangat kecil yang diperlukan untuk mendapatkan penghargaan atau untuk
menghindari hukuman.
Internalisasi.
Seorang target memiliki komitmen untuk mendukung dan menerapkan proposal yang
diajukan oleh agen terlihat seperti yang diharapkan secara instrinsik dan
sesuai dalam hubungannya dngan nilai , keyakinan dan citra pribadi dari target.
Pengaruhnya, proposal agen (seperti tujuan , rencana , strategi , kebijakan dan
prosedur). Akan menyatu dengan nilai dan keyakinditerima.
identifikasi
personal . seorang target meniru prilaku agen atau mengambil sikap yang sama
agar disukai oleh agen dan menjadi agen seperti agen itu. Motivasi target
mungkin berkaitan dengan kebutuhan seorang target untuk diterima atau dihargai
dengan melakukan sesuatu untuk mendapat persetujuan dari agen , target dapat
menjaga hubungan yang memuwaskan kebutuhan untuk di trima.
B. Tipe Dan Sumber Kekuasaan
Upaya untuk memahami kekuasaan
biasaanya dengan menbedakan berbagai tipe kekuasaan.Frenccha dan
Raven(1959)membuat taksonomi untuk mengklafikasikan berbagai tipe kekuasaan
menurut sumbernya.Taksonomi ini memiliki lima tipe kekuasaan yang berbeda(lihat
tabel (6-1).
Konseptualisasi lain dari sumber
kekuasaan yang secara luas di rerima adalah dikotomi antara ‘kekuasaan posisi’ dan
’kekuasaan personol (Bass, 1960’ Etzioni 1961).Berdasarkan konseptualisasi dua
faktor ini, kekuasaan sebagian berasal dari suatu kesempatan yang mekekat pada
posisi seseorang dalam organisasi ,dan sebagian merupakan bagian dari atribut
hubungan agen dan hubungan agen target.
Ø Kekuasaan
Yang Memiliki Legitimasi
Kekuasaan
yang berasal dari wewenang formal dalam aktivitas pekerjaan terkadang disebut
“kekuasaan yang memilikiu legitimasi” (frenc & raven 1959). Proses mempengaruhi
yang terjadi dalam kekuasaan yang memiliki legitimasi sangatlah kompleks. Besarnya
kekuasaan yang memiliki legitimasi juga berkaitan dengan cakupan weweang yang
dimiliki seseorang . manajer pada level yang lebih tinggi biasanya mempunyai
wewenang lebih banyak dibandingkan dengan manajer dengan level yang lebih
rendah, dan wewenang seorang manajer jauh lebih kuat dalam hubungannya dengan
bawahan dari pada hubungannya dengan rekan sejawat, atasan atau pihak luar
organisasi . meskipun demikian, terhadap target yang berada diluar rentang
kendali (seperti rekan sejawat atau orang lain), agen masih mempunyai hal yang
memiliki legitimasi dalam memberikan perintah yang diperlukan untuk melaksankan
tanggung jawab pekerjaan, seperti permintaan informasi,pasokan pelayanan
dukungan, saran teknis dan bantuan untuk menyelesaikan tugas yang saling
berhubungan .
Ø Kekuasaan
memberi penghargaan
Kekuasaan
memberi penghargaan adalah persepsi dari seorang target bahwa agen mempunyai
kendali terhadap sumber daya yang penting dan penghargaan yang diinginkan oleh
target . kekusaan memberi penghargaan itu berasal dari bentuk wewenag
formal untuk mengalokasikan sumber daya
dan imbalan. Wewenang ini memiliki banyak variasi diantara organisasi dan antara satu tipe posisi manajemen dengan
posisi lainnya dalam organisasi yang sama . pengendalian yang lebih banyak atas
sumber daya yang langkah biasanya
wewenangnya lebih banyak dipegang oleh
level eksekutif tinggi dari pada oleh manajer level rendah. Eksekutif memiliki
wewenang untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan pengalokasian sumber daya untuk berbagai subunit dan
aktivitas , dan mereka juga memiliki hak untuk meninjau dan menngubah
keputusan pengalokasian sumber daya yang
dibuat pada level yang lebih rendah.
Ø Kekusaan memaksa
Pemimpin
yang menerapkan kekuasaan memaksa kepada bawahan membuat dasar pada wewenang
memberi hokum, yang memiliki variasi amat banyak pada berbagai organisasi
berada. Kekuasaan memaksa oleh pemimpin militer dan politik biasanyan lebih
besar daripada kekuasaan manajer suatu perusahan. Dalam dua abad terakhir,
secara umum terjadi penurunan penerpan legimitasi yang memaksa pada semua tipe
pemimpin (katz&khan,1978). Sebagi contoh manajer
pernah mempunyai hak untuk memecat
karyawan karenan berbagi alasan yang mereka pikir benar. Seorang kapten kapal
dapat memukul kelasinya yang tidak patuh atau dianggap tiidak rajin dalam
menjalankan tugasnya. Perwira militer dapt menghukum prajurit karena dsisersi atau tidak mematuhi perintah
dalam pertempuran. Sekrang ini, buentuk kekuasaan memaksa telah dilarang atau dengan
tegas dibatasi pada sebagian besar Negara.
Dalam hubungan yang sejajar, terdapat
beberapa kesempatan untuk menerapkan kekuasaan memaksa. Jika rekan sejawat
tergantung pada bantuan manajer dalam melaksanakan tugas pentingnya, manajer
mungkin akan mengancam permintaannya. Akam tetapi karena saling ketergantungan
juga terdapat diantara meningkat , menjadi konflik yang tidak akan menguntungkan pihak manapun.
Ø Kekuasaan berdasarkan Referensi
Kekuasaan
referensi biasanya lebih besar
bagi seorang yang bersahabat , menarik mempunyai
daya tarik dan dapat dipercaya . Cara spesifik untuk memperoleh dan
menjaga kekuasaan berdasarkan referensi diringkas
dalam Tabel 6-6. Kekuasaan berdasarkan referensi akan meningkat dengan memperlihatkan perhatian terhadap kebutuhan dan perasaan
orang lain. Memperlihatkan kepercayaan dan penghargaan, serta memperlakukan
orang secara adil. Akan tetapi, untuk mencapai
menjaga kekuatan keuasaan berdasarkan
referensi biasanya membutuhkan lebih dari sekedar pujian yang berlebihan,
kebaikan dn daya tarik. Kekuasaan berdasarkan referensi akhirnya tergantung pada karakter dan
integritas agen. Dari waktu ke waktu, tindakan akan lebih dari sekedar kata-kata, dan
mengeksploitasi orang lain akan
kehilangan kekuasaan berdasarkan referensi. Integritas dapat diperlihatkan dengan kejujuran,
memperlihatkan konsistensi terhadap nilai-nilai.
·
Kekuasaan
Berdasarkan Keahlian (Expert
Power)
Pengetahuan khusus dan ketrampilan teknis akan tetapi menjadi
sumber kekuasaan hanya selama ada ketergantungan terhadap mereka yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan tersebut. Jika masalah diselesaikan dengan tuntas
atau orang lain belajar bagaimana menyelesaikan
masalah tersebut sendiri, keahlian agen tidak lagi bernilai tinggi.
Jadi, orang terkadang berusaha melindungi kekuasaan berdasarkan
keahlian dengan mempertahankan produser
dan teknik tetap sebagai rahasia yang terselubung, dengan
menggunakan bahasa teknis sehingga
pekerjaan kelihatan lebih sulit dan misterius, dan menghilangkan sumber informasi alternative tentang produser kerja seperti kerja seperti panduan tertulis, diagram,
cetak biru dan program computer (Hickson el al, 1971)
Ø Kekuasaan Terhadap Informasi (Informastion Power)
Pemimpin
yang mengendalikan arus informasi vital mengenai pristiwa diluar organisasi memiliki
sempatan untuk menginterprestasikan pristiwa ini untuk bawahan dan mempengaruhi
persepsi dan sikap mereka (Kuhn 1963). Contoh informasi yang diubah adalah
mengedit laporan dan dokumen secara selektif, membiaskan inter prestasi data
dan menyampaikan informasi yang salah. Beberapa manajer menggunakn kendali
mereka atas distribusi informasi sebagai sebuah cara memperkuat kekuasaan
mereka berdasrkan keahlian dan menigkatkan ketergantungan. Jika pemimpin
merupakan satu-satunya orang yang “mengetahui apa yang sedang terji.” Bawan
akan kekurangan bukti untuk membantah hak pimpinannya bahwa sebuah keputusan
yang tidak populer itu dibenarkan karena alasan tertentu. Selain itu, kendali
atas informasi akan memudahkan pemimpin
untuk menutupi kekeliruan dan kesalahan yang sebaliknya akan merendahkan citra
keahlian yang decara hati-hati telah diperihara. (Pfeffer, 1977a)
Ø Kekuasaan Terhadap Ekologi
(Ekologikal Power)
Kontrol
terhadap lingkungan fisik, teknologi dan organisasi kerja memberikan memberikan
kesempatan tidak langsung untuk mempengaruhi orang lain. Karena perilaku
sebagian ditentuka oleh persepsi tentang kesempatan dan keterbatasan, perilaku
tersebut dapat diubah dengan membangun kembali situasinya (Cartwright, 1965).
Bentuk pengaruh seperti ini sering disebut “rekayasa situasi” atau
“pengendalian secara ekologis.”
Salah
satu bentuk rekayasa situasi adalah dengan memodifikasi rancangan pekerjaan
bawahan untuk meningkatkan motivasi bawahan (Oldham, 1980; Lawler, 1986).
Pengelolaan aktivitas pekerjaan dan rancangan struktur formal adalah
bentuk lain dari rekayasa situasi.
C. Bagaimana Kekuasaan Dapat
Diperoleh Atau Hilang
Kekuasaan
bukanlah kondisi yang statis, selalu berubah seiring waktu yang disebabkan oleh
kondisi dan tindakan individu dan kelompok. Dua teori yang menjelaskan
bagaimana kekuasaan diperoleh ataun hilang adalah “teori pertukaran sosial” dan
“teori kontingengsi strategis.” Teori pertukaran sosial menjelaskan bagaimana
kekuasaan diperoleh dan hilang saat terjadi proses saling mempengaruhi seiring
waktu antara pemimpin dan bawahan dalam kelompok kecil. Teori kontingengsi
strategis menjelaskan bagaimana diperolah dan hilangnya kekuasaan berbagai
subunit dalam organisasi (misalnya, departemen fungsional atau devisi
produkasi) dan implikasi dari distribusi kekuasaan tersubut untuk efektivitas
organisasi dalam lingkungan yang berubah.
v Teori Pertukaran Sosial
Harapan
dari anggota mengenai peran kepemimpinan apa yang harus dimiliki seseorang
dalam kelompok terpengaruh oleh loyalitas orang itu dan kompetensi yang
dipelihatkannya. Besarnya status dan kekuasaan yang sesuai bagi seseorang
adalah proporsional terhadap evaluasi kelompok atas potensi kontribusi relatif
orang tersebut dengan anggota lainnya. Kontribusi tersebut melibatkan
pengendalian atas sumber daya yang langka, akses kepada informasi vital, atau
ketrampilan dalam menghadapi masalah tugas yang kritis. Selain meningkatnya
status dan pengaruh, seseorang yang telah memperlihatkan penilaian yang baik
telah mengumpulkan “nilai istimewa” dan diberikan ruang gerak yang lebih besar
daripada anggota lain untuk menyimpan dari norma kelompok yang tidak penting.
Para anggota kelompok biasanya akan bersedia menunda penilaiannya dan mengikuti
proposal inovatif orang tersebut untuk mencapai tujuan kelompok itu terhadap
keahlian pemimpinnya akan semakin kuat, sehingga makin besar status dan
pengaruh yang dimiliki oleh orang tersebut.
v Teori Kontingengsi Strategis
Teori
kontingengsi strategis menjelaskan bagaimana sebuah organisasi memperoleh atau
kehilangan kekuasaan mempengaruhi keputusan yang penting seperti memilih
pimpinan yang eksekutif, menentukan strategi kompetitif organisasi, dan
mengalokasikan sumber daya diantara subunit dan aktifitas (Hickson et al,
1971). Teorinya mengendalikan bahwa kekuasaan dari sebuah subunit tergantung
pada tiga faktor: (1) keahlian dalam menanggulangi masalah yang penting, (2)
sentralitas dari subunit dalam alur pekerjaan, dan (3) tingkat dimana keahlian dari subunit
tersebut adalah unik, tidak dapat digantikan dengan yang lainnya.
D. Konsekuensi Posisi Dan Kekuasaan Personal
Bagian ini membahas penelitian mengenai
implikasi dari memiliki atau menggunakan berbagai tipe kekuasaan. Sebagian
besar penelitian ini menggunakan berbagai tipe kekuasaan. Sebagian besar
penelitian ini menggunakan taksonomi kekuasaan dari French dan raven (1959)
atau variasinya. Dalam beberapa studi, kuesioner yang dilakukan terhadap
bawahan untuk mengukur bagaimana setiap tipe kekuasaan mempunyai hubungan
dengan kepuasan atau kinerja bawahan (seperti, Hinkin dan Schriesheim, 1989;
Rahim 1989; Schreisheim, Hinkin & Podsakof, 1991). Sebagian besar studi
kekuasaan menemukan bahwa kekuasaan berdasarkan keahlian dan refernsi mempunyai
korelasi positif dengan kepuasan dan kinerja bawahan. Untuk kekuasaan yang
memiliki legitimasi, memberi penghargaan dan kekuasaan memaksa hasilnya tidak
konsisten, dan korelasinya dengan kriteria biasanya negatif atau tidak
signifikan dibandinkan hasil positif. Secara keseluruhan, hasil studi itu
menyatakan bahwa pemimpin yang efektif lebih mengandalkan diri pada kekuasaan berdasarkan
keahlian dan refensi untuk mempengaruhi bawahannya.
Sebagian besar studi awal kekuasaan
meminta responden untuk membuat peringkat atau penilaian berbagai tipe
kekuasaan yang penting sebagai alasan untuk memenuhi permintaan pemimpin.
Keterbatasan metedologi dalam studi ini mengakibatkan keraguan serius terhadap
hasil temuannya (Podsakoff & Schriesheim, 1985). Dalam sebagian besar studi
selanjutnya, responden diminta untuk memberi nilai pada berbagai posisi atau
atribut personal yang menjadi sumber kekuasaan (Hinkin & Schriesheim, 1989;
Rahim, 1989; Yukl & Falbe, 1991). Akan tetapi, hasil dari sumua studi
kekuasaan mungkin bias terhadap atribusi, sifat yang disukai oleh masyarakat
dan streotip. Sebagai contoh, bawahan yang berada di dalam kelompok yang
memilki kinerja tinggi akan lebih menghubungkan kekuasaan berdasarkan keahlian
kepada atasan mereka daripada kepada bawahan dari kelompok yang mempunyai
kinerja yang rendah. Karena bias ini, pentingnya bentuk kekuasaan yang tidak
terlalu diinginkan secara sosial mungkin tidak diperhitungkan.
Penelitian survei lapangan mungkin
tidak memperhitungkan penggunaan bentuk kekuasaan lainnya, khususnya ketika
kepatuhan merupakan sebuah hasil yang diharapkan. Hanya sedikit studi yang
mengaitkan kekuasaan dengan hasil pengaruh yang segera seperti perubahan dalam
sikap dan perilaku bawahan. Warren (1968) menemukan bahwa kekuasaan
beradasarkan keahlian, kekuasaan berdasarkan referensi, dan kekuasaan yang
memiliki legitimasi memiliki korelasi positif dengan komitmen secara sifat dari
bawahan, sedangkan kekuasaan memberi penghargaan dan kekuasaaan memaksa
memiliki korelasi dengan kepatuhan perilaku. Dari studi yang dilakukan oleh
Thambain dan Gemmil (1974), alasan utama untuk patuh adalah pemimpin dengan
kekuasaan yang meiliki legitimasi, dan kekuasaan memberi penghargaan juga
menjadi alasan penting untuk patuh, meskipun tipe-tipe ini tidak berhubungan
dengan komitmen. Yukl dan Falbe (1991) menemukan bahwa kekuasaan yang memiliki
legitimasi merupakan alasan yang paling umum untuk memenuhi permintaan atasan,
meskipun hal ini tidak mempunyai korelasi dengan komitmen tugas. Untuk sebagian
besar permintaan atau perintah yang rutin, penggunaan kekuasaan yang memiliki
legitimasi dengan bentuk permintaan atau perintah yang sederhana akan
menghasilkan kepatuhan target.
Kekuasaan memberi penghargaan dan
kekuasaan memaksa akan relevan bila digunakan dengan cara yang tepat dan
didukung oleh penelitian mengenai pemimpin yang menggunakan perilaku
penghargaan kontingensi. Dalam tinjauan terhadap penelitian ini, Podsakof et
al., (1984) berkesimpulam bahwa membuat penghargaan yang diinginkan tergantung
pada kinerja bawahan mengarah pada kepuasan dan kinerja yang tinggi bawahan
tersebut. Penelitian ini juga berpendapat bahwa hukuman kontingensi akan
memiliki pengaruh positif terhadap kinerja bawahan ketika pengunaannya
dikombinasikan dengan penghargaan (Arvey & Ivancevich, 1980; Podsakof,
Todor & Skov, 1982).
Keterbatasan lainnya dari sebagian
besar studi kekuasaan adalah kegagalan mereka untuk menghadapi hubungan diantara berbagai sumber kekuasaan.
French dan Raven (1959) berpendapat bahwa tipe berbagai kekuasaan saling
berkaitan dengan cara yang kompleks. Sebagai contoh, pemimpin yang memiliki
wewenang cukup besar akan memiliki kekuasaan akan memberi penghargaan dan
kekuasaan memaksa yang juga lebih besar, dan menggunakan bentuk kekuasaan
seperti ini mungkin akan berpengaruh pada pemimpin yang kekuasaannya
berdasarkan referensi. Studi kekuasaan tidak berusaha untuk memisahkan perbedaan
pengaruh tipe kekuasaan, dan juga tidak menguji interaksi antara berbagai tipe
kekuasaan.
E. Tipe
Perilaku Mempengaruhi
Pada beberapa tahun terakhir, peneliti
mulai menguji tipe spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi,
bukannya memfokuskan diri secara eksklusif pada kekuasaan sebagai sumber
potensial untuk mempengaruhi. Bentuk perilaku mempengaruhi yang paling umum
dalam organisasi adalah “permintaan yang sederhana” yang didasarkan pada
kekuasaan yang memiliki legitimasi. Kepatuhan untuk pekerjaan, dan sesuatu
dimana seorang target tahu bagaimana cara untuk mengerjakannya. Akan tetapi,
jika tindakannya yang diminta tersebut tidak menyenangkan, menyulitkan, tidak
relevan, atau sulit untuk dikerjakan, reaksi target akan berupa perlawanan.
Komitmen target akan menjadi hasil yang tidak diinginkan untuk permintaan yang
sederhana, kecuali dalam kondisi yang menguntukan. Uuntuk memperbaiki tipe upaya
mempengaruhi perlu menggunakan bentuk lain perilaku mempengaruhi yang disebut
“tidak mempengaruhi proaktif”.
Penjelasan Taktik
Mempengaruhi Proaktif
Persuasi Rasional : Agen
menggunakan argumen yang logis dan bukti yang faktual dalam menunjukan proposal
atau permintaan itu memungkinkan dan relevan untuk mencapai tujuan tugas.
Memberi Penilaian :
Agen menjelaskan bagaimana melaksanakan permintaan atau mendukung usulannya
yang akan memberikan keuntungan kepada target secara pribadi atau membantu
meningkatkan karier target.
Memberi Inspirasi :
Agen memberikan pertimbangan nilai dan idealisme atau berusaha menimbulkan
emosi dari target untuk mendapatkan komitmen terhadap permintaan atau proposal.
Konsultasi :
Agen mendorong target untuk menyarankan perbaikan dalam proposal, atau membantu
merencanakan aktivitas atau perubahan di mana dukungan dan bantuan dari target
itu dibutuhkan.
Pertukaran :
Agen menawarkan insentif, menyarankan pertuakaran yang baik atau menunjukan
kesediannya untuk saling timbal balik nantinya jika target mau melakuakan apa
yang diminta oleh agen.
Kolaborasi :
Agen menawarkan untuk memberikan sumber yang relevan dan bantuan jika target
mau melaksanakan permintaan atau menerima perubahan yang diusulkan.
Daya Tarik Personal :
Agen meminta kepada target untuk melaksanakan permintaan atau mendukung
proposal berdasarkan persahabatan atau meminta kebaikan personal sebelum
mengatakan apapun.
Mengambil Hati :
Agen memberikan pujian dan bujukan sebelum atau selama memberikan pengaruh atau
keyakinan terhadap kemampuan target untuk melaksanakan permintaan yang sulit.
Taktik Legitimasi :
Agen berusaha untuk membangun legitimasi dari permintaan atau memferifikasi
wewenang dengan mengacu kepada aturan, kebijakan forml atau dokumen resmi.
Tekanan :
Agen memberikan tuntutan, ancaman, sering, melakukan pemeriksaan, atau
terus-menerus mengingatkan pengaruhnya terhadapa target.
Taktik Kualisi :
Agen mencari bantuan orang lain untuk mendesak target untuk melakukan sesuatu
atau menggunakan dukungan dari orang lain sebagai alasan agar target menyetujuinya.
Persuasi Rasional
Persuasi rasional harusmenggunakan
penjelasan, argumen yang logis dan bukti yang faktual untuk menunjukan bahwa
sebuah permintaan atau proposal memungkinkan dan relevan untuk mencapai tujuan
pekerjaan. Bentuk lemah dari persuasi rasional bisa meliputi penjelasan singkat
tentang alasan permintaan itu, atau penegasan yang tidak terdokumentasi bahwa
usulan perubahan itu dinginkan dan memungkinkan .
Memberi Penilaian
Dengan taktik ini agen menjelaskan mengapa
permintaan atau proposal akan memberikan keuntungan kepada target secara
individual. Salah satu tipe keuntungan yang di tawarkan adalah karir target,
yang membantu memberikan kesempatan mempelajari keterampilan baru, bertemu
dengan orang penting, atau meningkatkan kemampuan dan reputasi yang lebih
tinggi.
Memberi Inspirasi
Taktik ini melibatkan emosi atau nilai
yang didasarkan daya tarik, berbeda dengan argumen logis yang digunakan dalam
persuasi rasional. Memberi inspirasi adalah upaya untuk membangun antusiasme
dan komitmen dengan membentuk emosi yang kuat dan menghubungkan sebuah
permintaan atau proposal dengan kebutuhan, nilai, harapan, dan idealisme bagi
seseorang.
Memberi inspirasi sangatlah
kompleks, dari penjelasan singkat tentang keuntungan ideologis pada proposal
proyek atau perubahan, hingga menyampaikan pidato yang berisi tentang apa yang
dapat dicapai dalam organisasi atau menjadi sesuatu. Tingkat kompleksitas yamg
tepat tergantung pada besarnya tugas yang dijalani, besarnya upaya dan resiko
yang teerllibat, serta batas dimana orang diminta untuk menyimpang dari cara
yang telah dibuat dan tradisional dalam melaksanakan sesuatu. Untuk
memformulasi pemberian inspirasi yang efektif, agen harus memiliki wawasan
terhadap nilai, harapan, dan ketakutan dari seseorang atau kelompok yang akan
dipengaruhi.
Konsultasi
Konsultasi
terjadi ketika target diajak berpartisipasi dalam merencanakan bagaimana
melaksanaan permintaan atau menerapkan perubahan yang dusulkan. Ada beberapa
alasan menggunakan konsultasi sebagai prosedur pengambilan keputusan. Tetapi ketika digunakan sebagai titik
mempengaruhi proaktif, tujuan utama konsultan adalah untuk mempengaruhi target
agar mendukung keputusan yang telah dibuat agen.
Pertukaran
Tipe ini merupakan taktik
mempengaruhi yang secara eksplisit dan implisit menawarkan untuk memberikan
sesuatu yang target inginkan sebagai imbalan bila mau melakukan sebuah
permintaan. Taktik ini sangatlah berguna ketika target tidak tertarik atau
enggan memenuhi permintaan karena tidak memberikan keuntungan yang di harapkan
dan membutuhkan dukungan yang besar dan kesulitan.
Kolaborasi
Ini adalah taktik mempengaruhi yang
menawararkan sumber yang diperlukan atau bantuan jika target mau melaksanakan
permintaan atau menyetujui proposal. Kolaborasi tampak mempunyai persamaan
dengan pertukaran dalam taktik menawarkan untuk melakukan sesuatu kepada
target.
Daya Tarik Personal
Daya tarik personal melibatkan meminta kepada
seseorang agar mau melakukan kebaikan demi persahabatan atau kesetiaan terhadap
agen. Taktik mempengaruhi ini tidak dapat melakukan bila target tidak menyukai
agen atau tidak tertarik dengan yang terjadi pada agen. Makin kuat rasa
persahabatan atau loyalitasnya, maka makin banyak yang dapat diminta orang itu
dari target.
Mengambil Hati
Mengambil hati adalah perilaku yang
membuat target merasa lebih baik terhadap agen. Contohnya adalah memberikan
pujian, melakukan kebaikan yang tidak diminta, berperilaku menghormati dan
menghargai, dan berperilaku amat bersahabat. Ketika tindakan mengmbil hati itu
di rasakan tulus maka hal ini akan cenderung menguatkan pendatangan positif dan
membuat target lebih bersedia memenuhi keinginan agen.
Taktik Legitimasi
Taktik legitimasi adalah usaha untuk
membangun legitimasi wewenang atau hak seseorang untuk melakukan suatu tipe
permintaan yang penting. Permintaan akan terpenuhi jika permintaan mempunyai
legitimasi dan tepat.
Ada beberapa tipe taktik legitimasi
yang berbeda, sebagian dari tipe itu cocok satu sama lain. Contohnya meliputi
memberi teladan sebelumnya, memperlihatkan konsistensi terhadap kebijakan dan
aturan organisasi, memperlihatkan konsistensi peran profesionalisme yang
diharapkan dan memperlihatkan bahwa permintaan disetujui oleh seseorang yang
memiliki wewenang yang tepat.
Tekanan
Taktik dengan tekanan berupa ancaman,
peringatan, dan tindakan tagas seperti mengulang permintaan atau sering
melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah orang lain menyelesaikan permintaan
itu. Taktik dengan tekanan terkadang
dapat berhasil memenuhi permintaan, khususnya bila target malas atau apatis bukan
menentangnya dengan kuat.
Taktik koalisi
target. Pasangan koalisi bisa saja rekan
sejawat, bawahan, atasan atau orang luar. Ketika bantuan diberikan oleh atasan
dari target, taktik seperti ini biasanya disebut “pendekatan ke atas”. Tipe
taktik koalisi lain adalah menggunakan persetujuan sebelumnya dari orang lain
yang akan membantu mempengaruhi target agar mau mendukung proposal anda.
Tipe Lain Perilaku
Mempengaruhi
Sebelas taktik mempengaruhi yang baru
dijelaskan digunakan dalam upaya mempengaruhi proaktif untuk memotifasi orang
lain untuk memenuhi permintaan, melaksanakan tugas, dan mendukung proposal.
Beberapa tipe perilaku mempengaruhi
lainnya lebih reaktif daripaa proaktif. Perilaku ini khususnya digunakan
setelah target siap untuk melaksanakan permintaan atau gagal unyuk mematuhi
aturan dan regulasi. Perilaku manajerial masih mempengaruhi perilaku target
terutama dengan lebih banyak memberi panduan atau memudahkannya daripada
memberikan energi kepadanya. Hanya sedikit penelitian yang meneliti bagaimana
taktik mempengaruhi proaktif mempunyai hubungan dengan aspek lain dari perilaku
kepemimpinan.
F. Kekuasaan Dan Perilaku Mempengaruhi
Studi yang menggunakan koesioner (Hinkin dan
Scrieresheim,1990; Kapoor dan Ansari 1988) atau peristiwa mempengaruhi ( Yukl,
Kim & Falbe, 1996 ) menemukan bahwa keuasaan dan perilaku mempengaruhi
memiliki bentuk yang berbeda. Akan
tetapi, hubungan antara bentuk kekuasaan yang spesifik, perilaku mempengaruhi
terdapat 5 tipe efek yang memungkinkan dan kelimanya tidak mempunyai hubungan
imbal balik.
Efek
dari Kekuasaan dan Perilaku Mempengaruhi dari Agen pada Hasil Mempengaruhi Kekuasaan agen dapat secara langsung mempengaruhi pilihan agen dalam
memilih taktik mempengaruhi. Beberapa taktik membutuhkan tipe kekuasaan yang
khusus agar efektif, dan pemimpin
kekuasaan yang relevan akan lebih mungkin menggunakan taktik ini.
Bebrapa taktik mempengaruhi mungkin
mempunyai efek terhadap sikap atau perilaku target, tanpa melihat kekuasaan
agen. Akan tetapi, sebagian besar usaha mempengaruhi, akan tampak bahwa
kekuasaan bertindak sebagai fariabel penengah untuk menungkatkan atau
menurunkan efektivitas taktik yang digunakan oleh agen. Efek penengah kekuasaan
ini kebanyakan terjadi pada tipe kekuasaan yang secara langsung relevan dengan
taktik yang digunakan dalam usaha mempengaruhi. Efek menengahi yang serupa
barangkali terjadi pada kekuasaan memberi penghargaan dan taktik pertukaran.
Seorang agen yang memiliki kekuasaan tinggi dalam memberi penghargaan akan
mendapatkan lebih banyak keberhasilan menawarkan sebuah pertukaran daripada
agen yang memiliki kekuasaan yang rendah dalam memberi penghargaan. Perhatikan
bahwa persepsi target terhadap kekuasaan agen dalam memberi penghargaan lebih
penting daripada kendali agen yang sebenarnya terhadap penghargaan itu.
Juga dimungkinkan bahwa kekuasaan
agen dapat memperkuat keberhasilan dari taktik mempengaruhi dimana kekuasaan
tidak relevan secara langsung. Agen yang memiliki kekuasaan yang kuat
berdasarkan referensi mungkin akan lebih berhasil menggunakan persuasi rasional
untuk mendapatkan dukungan atas proposalnya. Agen yang memiliki kekuasaan memaksa yang kuat mungkin akan lebih berhasil
dalam memperoleh kepatuhan dari permintaan yang sederhana, meskipun tidak
menggunakan taktik tekanan atau pertukaran. Kekuasaan berdasarkan keahlian akan
meningkatkan kredibilas sebuah
permintaan yang tidak berhubungan dengan keahlian agen.
Kemungkinan lain adalah kekuasaan
agen dapat mempengaruhi target, tidak masalah apakah agen itu melakukan upaya
mempengaruhi yang jelas. Sebagai contoh, orang akan lebih bekerja sama dengan
agen yang memiliki kekuasaan yang besar dalam memberi penghargaan dengan
harapan akan mendapatkan penghargaan dimasa depan.
Hanya ada sedikit penelitian yang
menyelidiki hubungan antara kekuasaan dan pengaruh. Ditemukan hanya ada sedikt
bukti tentang usulan bahwa kekuasaan berpengaruh terhadap cara nenilih taktik
mempengaruhi. Tidak ada bukti yang mendukung bahwa kekuasaan menjadi penengah
efektivitasdalam suatu taktik mempengaruhi yang spesifik. Hanya ada bukti
berupa anekdot bahwa kekuasaan akan meningkatkan kepatuhan atau mengubah
perilaku target secara independen dari Penggunaan
taktik yang didasarkan pada kekuasaan ini.
BAB III
KESIMPULAN
Kekuasaan, wewenang, dan kepemimpinan merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dan sangat penting dalam kehidupan kelompok social di
masyarakat. Kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya
di dalam suatu hubungan social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa
mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
Wewenang merupaka hak jabatan yang sah untuk memerintahkan
orang lain bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya. Dengan wewenang,
seseorang dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku perorangan dan grup. Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang dilaksanakan dan diarahkan melalui proses
komunikasi, ke arah pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.
Penggunaan kekuasaan dan politik untuk mengelola suatu
organisasi sangat menentukan arah dari organisasi yang bersangkutan. Kekuasaan
dapat bersumber pada kedudukan, kepribadian dan bersumber pada politik.
Kekuasaan diperlukan untuk menyelesaikan konflik tetapi dengan cara yang
bersifat persuasif atau bahkan memaksa agar permasalahan dapat terselesaikan.
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kekuasaan”.
Adapun makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan Politik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah pengetahuan
serta membuka wawasan baru bagi para pembaca.
Kami memohon
maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Selain itu kami
juga memohon maaf bila ada kata-kata yang menyakiti hati para pembaca baik
disengaja ataupun yang tidak disengaja.
Ciamis, 09 Desember
2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………….................. i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………................. ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan Penyusunan........................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
A.
Konsepsi Kekuasaan Dan Otoritas................................................................ 2
B.
Tipe Dan Sumber Kekuasaan......................................................................... 3
C.
Bagaimana Kekuasaan Dapat
Diperoleh Atau Hilang................................... 6
D.
Konsekuensi Posisi Dan Kekuasaan Personal................................................ 6
E.
Tipe Perilaku Mempengaruhi ........................................................................ 8
F.
Kekuasaan Dan Perilaku Mempengaruhi....................................................... 11
BAB
III KESIMPULAN.......................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................... 14