BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra berbentuk
prosa dengan kisahan yang pendek dengan kesan tunggal dan terpusat pada satu
tokoh dalam suatu situasi. Cerpen terbangun dari dua unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik cerpen meliputi, tema, amanat, latar (setting). Sudut pandang
(point of view), tokoh dan penokohan, diksi / pilihan kata / gaya bahasa, dsb.
Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen meliputi nilai sosial, politik, biografi
pengarang dsb.
Banyak hal yang terkandung dalam cerpen, di dalam cerpen
terdapat watak tokoh cerpen, amanat, serta sejumlah permasalahan yang
dihadapi tokoh cerpen merupakan potret kehidupan nyata disajikan oleh pengarang
melalui cerita. Itu berarti, dengan mengapresiasi cerpen, kita akan mendapat
banyak pengalaman hidup, termasuk nilai positif watak di dalamnya.
Mengapresiasikan cerpern ada banyak sekali macamnya,
salah satunya yaitu dengan cara menganalisis unsur pembangunnya, baik itu unsur
intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Berdasarkan uraian diatas, kami akan
menyusun makalah yang berjudul “ Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Peristiwa Pagi
Hari “.
B. Identifikasi
Masalah
Unsur intrinsik cerpen sangat luas ruang lingkupnya,
unsru intrinsik cerpen meliputi : tema, tokoh, dan penokohan, amanat, sudut
pandang ( point of view ), latar (setting), alur (plot), diksi / pilihan
kata (termasuk gaya bahasa).
C. Batasan Masalah
Unsur intrinsik cerpen begitu ruang lingkupnya. Karena
terbatasnya waktu dan biaya, maka kami membatasi makalah ini. Dalam hal ini
kami hanya akan manganalisis lima unrus intrinsik cerpen yang meliputi tokoh
dan penokohan, majas dan amanat.
D. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dirumuskan dalam rumusn masalah
berikut :
1. Bagaimana tokoh dan penokohan tokoh utama cerpen, “
Peristiwa Pagi Hari “
2. Bagaimana pengunaan gaya bahasa perbandingan dalam cerpen
“ Peristiwa Pagi Hari “.
3. Apa amanat yang terkandung dalam cerpen “ Peristiwa Pagi
Hari “
BAB II
ANALISIS CERPEN “BANGKIT”
A.
Cerpen
Bangkit
Cerpen Karangan: Alfred Pandie
Kategori: Cerpen Inspiratif, Cerpen
Kehidupan, Cerpen Motivasi
Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.
Hari ini benar-benar hari yang
melelahkan?
Konflik dengan orang tua karena tidak
lulus sekolah.
Hari ulang tahun yang gagal di rayakan?
Dan hadiah sepeda motor yang terpaksa di
kubur dalam-dalam karena tak lulus, belum lagi si adik yang menyebalkan?
Teman-teman yang konvoi merayakan
kemenangan, sedang aku?
Hari-hari yang keras kisah cinta yang
pedas
Angin malam berhembus menebarkan
senyumku walau sakit dalam hati mulai mengiris. Sesekali aku menghapus air
mataku yang jatuh tanpa permisi.
Sakit memang putus cinta.
Rasanya beberapa saat lalu, aku masih
bisa mendengar kata-kata terakhirnya yang tergiang-ngiang merobek otak ku.
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!,
kamu kira aku tak laku, jadi begini sajakah caramu, oke aku ikuti.. Semoga kamu
tidak menyesal menghianati cinta suci ini.” beberapa kata yang sempat masuk ke
hpku, di ikuti telpon yang sengaja ku matikan karena kesal atau muak.
Aku termenung di pinggir jalan, memegang
kepalaku yang sakit.
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi
sedih banget boleh aku minta duitnya..” seorang pemabuk dengan botol bir di
tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan,
Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan
mengancamku. Aku hanya terdiam tak berkata, membuatnya sedikit binggung. Aku
meraih tas di sampingku dan menyerahkan padanya.
“ini ambil semua.. Aku tak butuh semua
ini. Aku hanya ingin mati…!”
Aku melemparkan tas ke hadapannya yang
di sambut dengan senyum picik dan iapun menghilang di gelapnya malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan
menyusuri malam, berdiri menatap air suangai yang mengalir airnya deras. Sini
di atas jembatan tua ini.
Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku.
Aku berdiri menatap langit yang bertabur bintang, rasanya tak ada yang penting
bagiku sekarang. Perlahan-lahan aku berjalan menaiki jembatan dan berdiri
bebas. Menutup mata dan tinggal beberpa senti lagi aku akan terjatuh.
Aku perlahan mengangkat kaki kananku
dan…?
Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong
pisau padaku ku tadi, menarik baju ku dan menampar pipiku kuat, keras sekali
tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..!
Aku lebih baik mati kelaparan dari pada melihat wanita lemah sepertimu” ia
menarik ku turun dan melemparkan tasku di atas tanah
Dan ia berlalu pergi.
Aku bangkit dan meraih tas ku kembali
menyusuri tangga turun.
Sosok yang tadi, pria mabok yang
ternyata seumuran denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan tubuhnya kurus
sekali. Ia berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan
menghapus air matanya.
“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku
menyapanya tapi ia hanya terdiam membisu”.
Aku berdiri di sampingnya menunggu
sampai kapan ia akan berdiri pergi dari sini.
“kenapa kamu menamparku..?
Kenapa kamu menolongku?
Aku sudah tak berarti lagi.. Pria yang
aku cintai bertahun-tahun mencapakanku dengan tuduhan yang tak jelas, aku
memulai pembicaraan”.
Dengan sesekali menghapus air mata
akibat dari gejolak di hatiku.
“apa kamu akan terdiam atau aku telah
mengusikmu?”.
Aku melihatnya dan ia balik menatapku
tajam.
Aroma alkohol dari mulutnya jelas
tercium saat ia bicara
“maafkan aku..? Sungguh aku minta maaf,
menurut ku kamu terlalu lemah, masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit,
bukankah setiap hari kita merasakan hal yang sama? Ia berkata sembari
mengulurkan tangannya yang ternyata cuma 2 jari yang utuh,
Aku mulai merinding karena sedikit
takut.
Sehingga aku tak membalas uluran tangannya.
“kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di
potong oleh preman karena persaingan. Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya
sangat dingin dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit,
Harus rela kedinginan,
Di gigit nyamuk dan tempat ku tertidur
hanya di emperan toko,
Dan kalau sudah penuh oleh gembel lain,
terpaksa aku harus mencari tempat lain yang menurutku layak. Maaf bila aku
mengambil tas mu. Aku butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan
di tong sampah sudah membusuk karena hujan kemarin,
Biasanya aku mencari secerca kenikmatan
disana yang masih bisa layak ku telan, rasa lapar tak akan bisa membuatmu
jijik.
Setiap hari saat membuka mata yang anda
ingat hanya perut dan perut.”
Ia terdiam dan mengalihkan pandanganya
luas menembus angkasa, langit malam ini.
Aku hanya terdiam terpaku dengan mulut
terbuka, betapa aku tak percaya setengah mati. Bagaimna mungkin seandainya
sekarang aku berada di posisis ini?
Aku yang terlahir dari keluar sederhana
namun penuh kehangatan, uang bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu
bagaimana orang tuaku mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan
kebahagian, itu nafsu sesaat,
Aku memang memiliki segalanya tapi tidak
dengan cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpa kebersaman kita mati.
Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada.
Aku menarik tangan dan menjabat
tangannya kuat-kuat yang tinggal dua jari meski sedikit risih karena aneh
menurutku. Aku memberinya sedikit pelukan hangat.
Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang
bau alkohol dan bau wc umum. Aku menyerahkan tas ku padanya. “ambil lah.. Aku
tak mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan hari ini, kenapa aku harus
kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti, bukankah hidup harus tetap di
jalani
Aku sadar masih punya segalanya, bodoh
sekali cuma karena cinta semangatku hilang, belum tentu ia jodohku, belum tentu
ia juga memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”.
Aku berlari menuruni tangga meninggalkan
ia sendiri yang masih terdiam menatap kembali langit yang menampakan
bintang-bintang kecil yang berkelip dengan jenaka, seakan hari ini tak akan
berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan.
Kekasihku sedang berdiri di depanku dengan bunga mawar banyak sekali di
tangannya, sementara di belakangnya orang tua dan adikku yang berdiri di
samping mobil, kami saling terdiam untuk beberapa saat ia memulai
“maafkan aku sayang, ternyata aku yang
salah menilaimu, makasih ya?, sudah membuat hidupku lebih berharga karena ini.
Ia menyerahkan bunga dengan sebuah diary usang punyaku, yang entah dari mana ia
mendapatkannya. Tapi disinilah aku bisa menulis menitikan setiap masalah, rasa
banggaku atas kekasihku ini.
Aku memeluk erat tubuhnya lama kami
terdiam di iringi tangis dan canda menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku
tersenyum senang.
Aku mengajak kekasihku menaiki tangga
untuk mengenalkan pada orang yang mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti
bersyukur
Kami menapaki jalan tangga dan melirik
sekeliling dan mencari namun sosok itu hilang tak berbekas?
Kami turun dan kami pergi ke mall
bersama orang tua dan adik ku untuk merayakan ulang tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda
motor karena tak lulus tapi bukan berarti kehangatan ini harus berakhir
Tamat
B. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
Cerpen Bangkit1.Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan
2.Latar: -Waktu : Malam hari
Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.
-Tempat : di pinggir jalan dan di atas jembatan
Bukti :..Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit. „Di sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku‟.
-Suasana : Sunyi sepi
Bukti : „Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap.‟
3. Alur : Maju
-Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latardan masalah sampai ke konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4.Penokohan :
1. Aku : mudah putus asa, kurang bersyukur dan selalu mengeluh
Bukti :
„Kenapa kamu menolongku? Aku sudah tak berarti lagi.‟
„Aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku mendapatkannya.‟
2. Pria pemabuk : pemabuk dan kuat menghadapi beratnya hidup
Bukti :
„seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan‟
„Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh
nyali besar, bahkan
untuk tertidur saja itu sulit.‟
5.Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama.
-Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh utama dan
mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6. Nilai :
-Nilai Moral : Saat tokoh „aku‟ menyadari selama ini
hanya meminta tanpa pernahtahu bagaimana orang tuanya mendapatkannya.Kita seharusnya bersyukur denganapa yang telah kita miliki tidak hanya menuntut sesuatu karna diluar sana masih banyak orang yang kekurangan.
-Nilai Perjuangan = Pria pemabuk berjuang bertahan hidup di jalanan yang keras. Dikehidupan nyata banyak orang yang melakukan apapun untuk berjung hidup. Kitaharus berjuang mempertahankan hidup di dunia yang keras ini.
-Nilai Kepedulian = Saat Pria pemabuk menyelamatkan tokoh „aku‟ yang akan terjun dari jembatan. Banyak orang yang membutuhakan bantuan kita saat menghadapimasalah kita seharusnya membantu mereka tidak membiarkannya.
7.Amanat :
a.
Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya hidup.
b.
Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki.
c.
Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas dan
kadang dibawah.
d.
Jangan lari dari permasalahan.
e.
Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
f.
Masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit
BAB III
PENUTUP
Demikianlah pembahasan tentang analisis cerpen bangkit, yang
bisa dijadikan inspirasi bagi kita semua karena cerpen ini memiliki inspirasi
kehidupan yang bisa membuat kita terus berjuang untuk menghadapi kehidupan yang
sulit ini.
Semoga dengan adanya makalah analisis cerpen ini bisa
bermanfaat untuk kita semua.
Gaya bahasa nya apa kak
BalasHapusGaya bahasa
BalasHapus