Minggu, 22 Oktober 2017

cerpen singkat beserta unsur instrinsik dan ekstrinsiknya



Dia Sahabatku

Pada suatu hari hiduplah dua orang sahabat mereka bernama shelly dan yenni. Mereka bersahabat selama 3 tahun lamanya. Shelly dan yenni saling menyayangi bahkan banyak orang-orang yang menyangka bahwa mereka saudara kandung. Setiap pagi sebelum berangkat kesekolah shelly selalu pergi kerumah Yenni untuk bersama berangkat ke sekolah.

Pada siang harinya sesuai dengan rencana yang mereka telah sepakati sebelumnya, merka akan pergi ke swalayan yang tidak berada jauh dari sekolah mereka. Mereka pergi ke swalayan untuk membeli sebuah kado  dan kue yang akan mereka belikan untuk nenek shelly. Nenek Shelly adalah orang yang baik. Ia selalu baik dan ramah kepada Yenni walaupun Yenni bukan cucu dari sang Nenek. Bukan hanya itu Nenek shelly juga terkadang memberikan nasihat dan  uang saku Cuma-Cuma  kepada mereka.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore tetapi belum juga ada kabar yang pasti dari Yenni. Sembari menunggu kedatangan Yenni , Shelly membaca novel yang sebelumnya di beli di Toko Buku langganan mereka bersama Yenni. Membaca novel adalah hobi yang dimiliki shelly, berbeda dengan Yenni yang lebih memilih untuk bermain basket. Meskipun hobi mreka yang berbeda  tetapi mereka tetap dapat bersama. Bila ada latihan basket di sekolah maka shelly selalu setia menunggu Yenni sembari mengerjakan tugas atau sekedar untuk melanjutkan membaca novel.

“Aduh Yenni kemana ya?, Tanya shelly dalam hati” Shelly yang merasa panik terhadap Yenni karena sudah 3 jam setelah dirinya menunggu tidak ada kabar yang pasti dari Yenni.  “ Shelly “ Teriak seorang remaja yang berada tidak jauh dari keberadaannya. “ maaf, tadi aku harus membersihkan lapangan sebelum pulang, karena aku lupa mengerjakan tugas Matematika “ Jawab Yenni. Dengan wajah kesal sekaligus kasihan setelah mendengarkan alasan yang diberikan Yenni akhirnya Shelly memutuskan untuk pergi ke Swalayan. “ kan aku udah pernah bilang, kalo ada tugas itu langsung dikerjain malemnya “ Shelly member nasihat kepada Yenni dengan sedikit marah.

Setelah sampai di tempat yang mereka tuju yaitu swalayan, mereka langsung segera membeli kue dan memilih kira-kira kado yang mana yang pantas untuk Nenek Shelly. Shelly dan Yenni memutuskan untuk membeli baju sebagai hadiah yang akan mereka belikan kepada Nenek. Baju berwarna kuning yang cocok dengan kuli Nenek yang berwarna cukup cerah membuat mereka merasa itulah hadiah yang pas dan cocok untuk mereka berikan kepada Nenek. Bagi Yenni, Nenek Shelly adalah neneknya juga karena, Nenek Shelly juga selalu menyamakan kasih sayang yang ia berikan kepada Shelly dan Yenni. Maka dari itu, Yenni selalu menyayangi semua keluarga Shelly. Bagi Yenni mengeluarkan uang itu tak masalah asalkan Nenek atau keluarga Shelly yang lain bahagia. Setelah selesai membelanjakan kebutuhan apa saja yang mereka inginkan, mereka memutuskan untuk pulang karena mereka sudah ditunggu di Rumah Nenek oleh keluarga Shelly. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk cepat-cepat pulang.

Sesampainya di Rumah, mereka segera disambut oleh keluarga Shelly. Keluarga Shelly sudah mengganggap Yenni sebagai keluarga. Kebersamaan yang tidak bisa di dapatkan di dalam keluarga Yenni dapat Ia dapatkan di saat bersama dengan keluarga Shelly. Selain itu baik keluarga Shelly juga selalu memperhatikan Yenni.

Yenni hanya tinggal berdua dengan ayahnya selain itu, ayah Yenni  sering pergi meninggalkan Yenni untuk mencari uang berdagang di luar kota. Dengan kata lain, Yenni selalu merasa kesepian  bahkan kadang enggan untuk pulang kerumah. Ibu Yenni telah lama bercerai dengan Ayahnya kurang lebih semenjak Yenni berumur 11 tahun. Semenjak Ayah dan Ibunya bercerai Yenni tidak pernah bertemu Ibunya. Ia tidak pernah merasakan perhatian dari seorang Ibu semenjak kedua orang tuanya telah resmi bercerai. Oleh karena hal itu, Shelly selalu berada di dekat Yenni karena ia tidak ingin sahabatnya merasa kesepian karena baginya persahabatan itu bukan hanya dapat dikatakan dimulut saja tetapi dibuktikan dengan nyata.
Analisis Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik

1. Unsur Instrinsik

a. Tokoh
 -Shelly
 -Yenni
 -Nenek

b. Penokohan
 -Shelly : Baik, Rajin, Pintar
 -Yenni : Baik, Malas
 -Nenek: Baik

c. Latar
 - Sekolah
 - Swalayan
 - Rumah Nenek

d. Sudut Pandang
Dalam penulisan cerpen ini penulis menuliskan cerpen dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga karena dalam penulisan cerpen menceritakan kisah orang lain.

e. Tema
Persahabatan

f. Amanat
Amanat yang di sampaikan dari cerpen di atas adalah kita harus menyayangi orang lain walaupun kita tidak ada berhubungan darah dan saling mengerti satu sama lain.

2. Unsur Ekstrinsik

Latar Belakang Masyarakat
Latar belakang yang dituliskan dari cerpen diatas yang telah disampaikan penulis adalah adanya kasih sayang dari lingkungan sekitar yang membuat menguatnya persahabatan yang diceritakan oleh penulis. 

Nilai-nilai yang terkandung dalam Cerpen

a. Nilai Budaya
Nilai Budaya yang dapat kita pelajari dari cerpen diatas adalah kuatnya persahabatan yang masih terjalin diantara mereka walaupun perbedaan sifat yang mereka miliki.

b. Nilai Moral
Nilai Moral yang dapat kita ambil dari cerpen diatas adalah kita harus senantiasa meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik itu kepada sahabat terdekat sekalipun.











KETIKA SEBUAH MIMPI DIPAHAMI
Tidak kusangka, siang yang tadinya ingin kujadikan waktu bersantai untuk melepas lelah. Setelah seharian berolahraga seperti minggu biasanya, malah berubah menjadi momen paling mengasyikan daripada hanya sekedar melepas rasa letih di tubuhku hari ini.Pukul 13:00 tengah hari tadi, sewaktu mataku yang terjaga ini mulai kehilangan arah dalam persiagaannya di tempat tidurku, kemudian ia (baca: mata) menutup dirinya dan membawaku ke alam lain. Dalam khayalnya aku hanya mengikuti kemana alam bawah sadar mengalir, karena aku berharap bisa bermimpi indah.
Di suatu tempat yang belum jelas asal usulnya, cahaya matahari menyilaukan mataku yang masih berkedip-kedip mulai memperhatikan keadaan di sekitarnya. Terlihat bangunan batu bata besar memanjang ke arah pegunungan tinggi berkebut ini seperti sebuah benteng raksasa tak berujung. Dengan lebar sisinya sekitar 10 meter. Aku berada di atasnya dan mulai tahu dimana aku berdiri. Betul sekali, TEMBOK BESAR CINA biasa orang-orang menyebutnya.
“Senangnya bisa berada di tempat indah dan bersejarah seperti ini.” ujarku dalam hati.
Menikmati indahnya monumen paling terkenal, yang bahkan masuk dalam kategori 7 Keajaiban Dunia, membuatku LUPA bahwa dunia yang kutempati saat ini hanya sebuah fantasi belaka.
“Andai aku membawa sebuah kamera, pasti sudah ku jepret setiap sudut yang kulihat ini.” pikirku.Sejuknya angin membuatku penasaran untuk melihat setiap sudut di tembok ini. Ketika hendak melihat bagian bawah tembok dari atas, tiba-tiba terdengar suara. Gedebuk gedebuk… Bunyi mulai terngiang di telingaku, disaat indra penghlihatan mengarah ke kanan jalur perjalanan tembok. Aku melihat dari jarak ku berdiri sekitar 200 meter disana segerombolan singa besar berlari ke arahku.Perasaanku yang saat itu bingung bercampur kesal, langsung berlari dengan kencang lurus ke dapan. Betapa tidak, jika aku melompat ke sisi luar pun, mungkin nyawaku juga akan hilang karena tingginya benteng ini setara sebuah bukit dan lebih parahnya lagi di belakangku singa-singa ganas mulai menyerbuku.
Berlari dan terus berlari walau kaki terasa sangat lelah, tapi itulah yang sedang aku lakukan karena tak ada cara lain kecuali berlari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri.
Beberapa saat kemudian aku terhenti ketika melihat nyawaku sudah tidak punya harapan lagi ditambah kaki yang sudah tak mampu melangkah dalam peristiwa berbahaya ini, karena seekor singa buas berada di depanku dengan jarak 50 meter. “Astaga kalau begini, aku hanya bisa pasrah kepadamu tuhan.” ucapku. Dalam keadaan yang mungkin tidak bisa dibayangkan. Aku mencoba menenangkan hati, dan berdamai dengan diriku sendiri. Aku bertanya “Tunggu-tunggu, kenapa aku berada di tempat ini?” “Sedangkan aku tidak tahu jalan ke negeri ini.” lanjutku dalam hati yang agak tenang. Terbesit kesadaranku yang memahami tentang kejadian semua ini. Aku membuka mata melihat tubuhku masih berada di antara segerombolan singa dari belakang dan seekor singa paling besar dari depan yang mendekat ke arah se’onggok daging segar, yah daging itu adalah diriku. Singa-singa yang berlari langsung melompat ke arahku dengan cakar dan taring-taringnya yang tajam wuuz… seketika terhanti begitu saja, saat mereka melihatku tertawa. “Hahahaha… Hey kalian mau makan apa dariku?” tubuhku dan kalian hanya ilusi dalam keadaan sekarang ini, aku ini sedang bermimpi.” “Kalian diciptakan oleh pikiranku sendiri, bahkan bukan kalian saja, semua yang kulihat cuma ada di halusinasiku.” lanjutku pada binatang-binatang itu yang sepertinya mengerti ucapanku.
Sekarang singa-singa itu menunduk padaku kemudian lenyap tak tahu kemana. Aku pun kembali menikmati pemandangan indah dari atas tembok besar, beberapa saat juga semuanya yang ku lihat sirna seperti singa singa tadi. Mataku yang mulai terbuka membuatku sadar, kalau aku sudah kembali ke kamarku lagi, dan dalam kelelahan kaki yang kurasakan karena sudah berlarian dalam pikiranku sendiri, aku pun tersenyum puas telah melewati mimpi yang mengasyikan hari ini. Kejadian ini memberiku pesan bahwa ketakutan, keindahan, rasa senang atau derita semuanya hanya ada di dalam pikiranku, bukan hanya di dunia mimpi, tapi juga dunia nyata.
END.
Unsur Intrinsik Cerpen :
1.Tema
– Khayalan.
2. Latar
-Waktu : Siang Hari.
-Tempat : Di Kamar Tidur.
-Suasana : Mengasyikan.
3. Alur
-Maju.
-Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latar dan    masalah sampai ke konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4. Penokohan :
– Aku : pemimpi, pemberani, periang.
5.Sudut pandang :
-orang pertama sebagai pelaku utama.
-Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh utama dan mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6. Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan menarik, dan dapat di mengerti oleh pembaca.
7. Amanat
Kejadian ini memberikan pesan bahwa ketakutan, keindahan, rasa senang atau derita semuanya hanya ada di dalam pikiran, bukan hanya di dunia mimpi, tapi juga dunia nyata.


Unsur Ekstrinsik Cerpen :
1. Nilai Sosial
“Sekarang singa-singa itu menunduk padaku kemudian lenyap tak tahu kemana.”
2. Nilai Budaya
“Terlihat bangunan batu bata besar memanjang ke arah pegunungan tinggi berkebut ini seperti sebuah benteng raksasa tak berujung. Dengan lebar sisinya sekitar 10 meter. Aku berada di atasnya dan mulai tahu dimana aku berdiri. Betul sekali, TEMBOK BESAR CINA biasa orang-orang menyebutnya.”
3. Nilai Moral
“Singa-singa yang berlari langsung melompat ke arahku dengan cakar dan taring-taringnya yang tajam wuuz…”






















Untuk Sahabatku

Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jikalau ada sahabat disisi. Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat.

Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan. Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah berasrama, kupikir itu akan memudahkanku mencari sahabat. Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku mendapatkan sahabat.

Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku membutuhkannya. “May, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat, Ria pada sahabatku yang lain saat kami di perpustakaan. “Yuk, yuk, yuk!” balas Maya, ‘sahabatku’. Tanpa mengajakku Kugaris bawahi, dia tak mengajakku. Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama sering dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu merasa tak punya teman. “Vy, gue numpang ya, ke kasur lo,” ujarku pada seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat. Silvy membiarkanku berbaring di kasurnya. Aku menutup wajahku dengan bantal.

Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi lagi-lagi mereka menjauhiku. “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku begitu aku menyelesaikan tangisku. “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai. “Faiy, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai.

Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku. Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan oleh ‘sahabat-sahabatku’ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah mereka selesai, aku dicampakkan kembali. “Faiy, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yang dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang Lara yang begitu dekat dengannya, dulu. Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu. “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku. Sesaat aku tersadar. Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh, Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal Dia selalu bersamaku. Tetapi aku masih sering merasa sendiri.
Sedangkan Allah setia bersama kita sepanjang waktu. Bodohnya aku. Aku ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu menemaniku. Dan seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah absen menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu mendengarkan ‘curhatanku’. Dijamin aman. Malah mendapat solusi. Silvy tiba-tiba memelukku. “Sorry banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue. Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak kuasa menahan tangisnya. Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak. Akhirnya, setelah aku sadar bahwa aku ngga pernah sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang mengatakan ‘ingin menjadi sahabat’ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang membutuhkan kita sebagai sahabatnya. Aku melepaskan pelukan kami. “ Makasih ya, Vy. Ngga papa koki kita pisah. Emang kalau pisah, persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan persahabatan,” kataku tersenyum.
Akhir sisa-sisa air mataku. Kami tersenyum bersama. Persahabatan yang indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah. Sahabat itu, terkadang tak perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa sepi. La takhof, wala tahzan, innallaha ma’ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan pula tinggalkannya.  TAMAT –
Unsur Instrinsik :
• Tema : Persahabatan
• Tokoh : Faiy, Maya, Ria, Silvy, Lara
• Watak :
  • Faiy : Kurang percaya diri
  • Maya : Tidak peduli
  • Ria: Tidak peduli
  • Lara : Acuh
  • Silvy: Peduli
• Alur : Maju mundur
• Latar :
Tempat
  • Asrama
  • Perpustakaan
  • Di kamar silvy
Waktu
Siang Hari
Suasana : Mengharukan
Sudut pandang : Orang Pertama
Amanat : Sebagai makluk hidup kita harus percaya adanya tuhan yang selalu menemani umatnya dimana pun berada.


Unsur Ekstrinsik:
-Nilai Agama
Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang bersumber dari agama tertentu.
-Nilai Moral
Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika. Nilai moral dalam cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk/jelek.

-Nilai Budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-istiadat yang berlaku pada suatu daerah.

-Nilai Sosial
Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat.



49 komentar:

  1. Tolong carikan cerpen singkat tema pendidikan beserta unsur instrinsik dan ekstrinsik

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. lupa, itu karya salahsatu siswa dulu.... cantumin aja nama saya :D alur, kaidah, dll emg gak lengkap soalnya klo gak salah dulu gak dimintai sedetail itu tugasnya...

      Hapus
    2. Nama nya ropi komala?

      Hapus
    3. woi iam Guyuppppppp

      Hapus
  3. Apa saja gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen tersebut

    BalasHapus
  4. Unsur ekstrinsik nya kurang lengkap , nama penulis nya siapa? /biodata pengarang??

    BalasHapus
  5. Nilai nilai kehidupannya kurang lengkap

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. Kalo mau pake yang disini pake, kalo ngga gausah ngatain. Lo itu cuma pengen enaknya aja, nyuruh orang seenak jidat.

      Hapus
  7. Tolong artiin ke bahasa jawa dong

    BalasHapus
    Balasan
    1. haduh ngarti ge henteu bahasa jawa mah,,,,,wkwkwkwk

      Hapus
    2. Terjemahin sendiri ngab, emangnya writer blog ini babu lo?! Hah?!
      Tolong tau diri!

      Hapus
  8. Makasih banyak, ini sangat membantu bagi saya

    BalasHapus
  9. kaidah kebahasaannya tolong yang cerpen pertama sahabat

    BalasHapus
  10. Pengarang dr dia sahabat ku itu sapa??

    BalasHapus
  11. Kak minta dong sama stukturnya

    BalasHapus
  12. GK jelas yang buat blog nya....bisa coding GK sih...ngatur tulisannya aja masih berantakan 😤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo lu pengen ini webnya rapih, kenapa bukan lo aja yang benerinnya? Writer blog ini cuma mau ngasih ilmu aja, bukan mau ngoding

      Hapus
  13. Kisama,udah nulis ampe 2 paragraf baru liat komennya gini,jadi ragu

    BalasHapus
  14. wah makasih banyak kak , sangat bermanfaat :-)

    BalasHapus
  15. Cuma mau bilang kalau gw ganteng

    BalasHapus
  16. Guys pengarangnya topi Komala yah liatt paling bawah

    BalasHapus
  17. alur maju mundurnya nya ada ga?

    BalasHapus

MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM

  MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Eko...