BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dongeng
telah menjadi bagian dalam proses pendidikan yang diperkenalkan sejak masih
usia dini. Dongeng digunakan sebagai media komunikasi dari orang tua kepada
anak-anaknya untuk mendidik dan menghibur. Dongeng-dongeng yang diceritakan
atau dibacakan itu memberikan pesan-pesan moral bagi perkembangan perilaku
anak. Berbicara tentang dongeng, maka tidak dapat melepaskannya dari folklor.
Yadnya (dalam Endraswara, 2009: 27) menjelaskan bahwa folkor merupakan bagian
kebudayaan yang bersifat tradisional, tidak resmi (unofficial), dan nasional. Folklor mencakup semua pengetahuan,
tingkah laku, dan kebiasaan.
Dongeng Putri Salju sendiri adalah cerita rakyat (folklore) yang telah ada dalam
masyarakat Eropa dengan berbagai versi yang berbeda. Namun versi terbaik dan paling
terkenal berasal dari olahan Grimm Bersaudara di tahun 1812 (wikipedia). Pada tahun 1937, Disney
mengadaptasi dongeng tersebut ke dalam film animasi. Snow White and Seven Dwarfs merupakan film animasi pertama
terpanjang yang dibuat oleh Disney. Film animasi tersebut meledak di pasaran
dan seterusnya anak-anak di seluruh dunia pun mengenal dongeng Putri Salju
versi Disney dibanding versi Grimm Bersaudara.
Dongeng Putri Salju bercerita mengenai seorang putri
bernama Putri Salju yang ditindas oleh ibu tirinya, seorang Ratu yang kejam
yang selalu ingin menjadi yang tercantik di dunia. Sayangnya, kecantikan Putri Salju mengalahkan kecantikan sang Ratu
sehingga membuatnya iri dan berniat untuk membunuh Putri Salju. Untuk
melaksanakan niat jahatnya itu, sang Ratu menyuruh seorang pemburu untuk
membunuh Putri Salju namun karena kasihan sang Pemburu tak membunuh Putri Salju
melainkan menyuruhnya untuk kabur.
Dalam pelariannya itu, Putri Salju bertemu dengan
tujuh kurcaci yang akhirnya menolong sang putri. Sang ratu yang mengira Putri
Salju telah mati mengetahui yang sebenarnya. Ia pun mengambil tindakan untuk
membunuh Putri Salju dengan menyamar sebagai seorang nenek yang memberinya apel
beracun. Putri Salju yang tak tahu bahwa apel itu beracun tersedak saat memakannya
dan akhirnya mati. Hanya dengan ciuman dari cinta yang tulus yang dapat
membangkitkan sang Putri.
Suatu hari lewatlah Pangeran dan berhenti untuk
menolong Putri Salju. Setelah diciuminya, secara ajaib Putri Salju pun bangun.
Pangeran berhasil meloloskan Putri Salju dari kutukannya. Pangeran dan Putri
Salju hidup bahagia dan sang Ratu pun meninggal.
Walaupun banyak dongeng anak-anak populer lainnya
seperti Cinderella, Putri Tidur (Sleeping
Beauty), Rapunzel, Si Cantik dan Si Buruk Rupa (Beauty and The Beast), Putri Salju memiliki perbedaan yang
mencolok dibandingkan yang lain. Putri Salju dekat dengan kehidupan nyata
manusia. Hal ini dapat dibuktikan bahwa Putri Salju berjuang tanpa ada bantuan
sihir seperti ibu peri bagi Cinderella.
Kisah tentang Putri Salju telah banyak diangkat ke
dalam bentuk film, serial TV, pentas drama, bahkan penampilan musik. Kisah yang
terkenal ini banyak pula disadur kedalam bentuk cerita lain yang diproduksi di
berbagai negara. Beberapa film tentang Putri Salju yang terkenal dibuat dalam
jangka waktu tahun 2000-2012, antara lain Snow
Whiite: The Fairest of Them All (2001), Mirror
Mirror (2012), dan Snow White and The
Huntsman (2012). Dua film tentang Putri Salju yang diproduksi di tahun yang
sama Mirror Mirror dan Snow White and The Huntsman memiliki
perubahan cerita yang drastis. Putri Salju tidak lagi tampil dalam posisi
pasrah dan lemah tetapi hadir dalam sosok gagah berani yang bahkan
menyelamatkan sendiri Pangerannya. Penulis melihat telah adanya pergeseran isi
dongeng yang mencolok dalam dongeng Putri Salju yaitu sebelum adanya gerakan
feminisme, dalam masa perjuangan kaum feminis, dan setelah perjuangan tersebut
yang kemudian melahirkan perubahan-perubahan yang signifikan. Hal ini membuat
penulis menggunakan perspektif feminisme untuk
mendeskripsikan penggambaran tokoh perempuan khususnya dalam teks
dongeng Putri Salju.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dongeng
Putri Salju
“Mirror
mirror on the wall, who’s the fairest of them all.”
Dongeng Putri Salju atau dalam
terjemahan bahasa Inggris disebut Snow White and the Seven Dwarfs adalah
sebuah cerita rakyat dari Jerman (Bavaria) yang tersebar sampai ke penjuru
Eropa. Pada tahun 1812, Jacob dan Wilhem Grimm atau dikenal dengan nama Grimm
Bersaudara mengumpulkan cerita-cerita rakyat dari Eropa dan menerbitkannya
untuk pertama kali dalam sebuah buku,
termasuk di dalamnnya terdapat dongeng Putri Salju yang dalam bahasa Jerman
berjudul Schneewittchen und die sieben
Zwerge (Snow White and the Seven
Dwarfs). Dalam buku kumpulan dongeng Grimm Bersaudara terdapat pula cerita
lain berjudul Snow White and Rose Red
(Putri Salju dan Mawar Merah). Meskipun memiliki nama yang sama, namun kedua
tokoh maupun isi cerita dari kedua dongeng tersebut sama sekali berbeda dan
tidak saling berkaitan.
Dongeng Putri Salju yang telah populer
dari generasi ke generasi ini sering dimainkan ke dalam pertunjukkan teater dan
musik. Pada tahun 1912, pementasan Broadway di Amerika ikut pula mementaskan
cerita Putri Salju ini dan memberikan pula nama bagi ketujuh kurcaci yang ada
dalam cerita. Popularitas dongeng Putri Salju kemudian menginspirasi Walt
Disney pemilik The Walt Disney Company yang pada saat itu sedang mengembangkan
perusahaannya. Pada tahun 1937, Disney pun mengadaptasi dongeng Putri Salju dan
7 Kurcaci ke dalam bentuk film animasi. Pada tanggal 28 Juni 1987, film Snow White and Seven dwarfs buatan
Disney mendapatkan penghargaan Hollywood Walk of Fame sebagai film animasi
pertama dan terpanjang yang dibuat oleh Disney.
Lewat kesuksesan film animasi Snow White and Seven Dwarfs, maka
seluruh dunia pun mulai mengenal cerita dan tokoh dari dongeng Putri Salju ini.
Setelah masa perang dunia berakhir hingga saat ini, dongeng Putri Salju tetap
populer di kalangan anak-anak di dunia. Beberapa film yang mengadaptasi dongeng
Putri Salju pun terus diproduksi sampai pada tahun 2012.
B.
Sinopsis
Dongeng Putri Salju
Dongeng Putri Salju (Snow White and Seven Dwarfs)
bercerita tentang seorang putri bernama Putri Salju. Awalnya kehidupan
Putri Salju sangat bahagia namun ketika ibunya meninggal dunia karena sakit,
ayahnya pun menikah lagi. Sang Ratu baru yang dinikahi ayahnya memiliki wajah
yang sangat cantik. Sayangnya tidak diikuti dengan sifatnya. Putri Salju pun
ditindas oleh ibu tirinya yang kejam dan selalu ingin menjadi yang tercantik di
dunia. Setiap saat ia selalu bertanya kepada cermin ajaibnya yang selalu
mengatakan kejujuran tentang siapa yang tercantik di dunia. Dan cermin ajaib
itu selalu menjawab bahwa sang Ratu-lah yang tercantik.
Waktu pun berlalu, kecantikan Putri Salju ternyata
mengalahkan kecantikan sang Ratu. Hal ini membuatnya iri dan berniat untuk
menyingkirkan Putri Salju. Untuk melaksanakan niat jahatnya itu, sang Ratu
menyuruh seorang pemburu untuk membunuh Putri Salju namun karena kasihan sang
Pemburu tak membunuh Putri Salju melainkan menyuruhnya untuk kabur ke dalam
hutan. Pemburu pun membunuh seekor babi hutan, mengambil paru-paru dan hatinya
dan menyerahkan kepada Ratu dan mengatakan bahwa itu adalah paru-paru dan hati
Putri Salju. Ratu pun menjadi senang bahwa ia akan menjadi yang tercantik kembali.
Dalam pelariannya itu, Putri Salju bertemu dengan
tujuh kurcaci yang akhirnya menolong sang putri. Sang ratu yang mengira Putri
Salju telah mati mengetahui yang sebenarnya. Ia murka dan mengambil tindakan
untuk membunuh Putri Salju dengan tangannya sendiri. Pada bagian ini terdapat
versi yang berbeda antara versi Grimm bersaudara dan versi Disney. Dalam versi
Grimm bersaudara, sang Ratu beberapa kali menyamar sebagai seorang nenek yang
berusaha membunuhnya dengan sisir beracun dan pita yang membelitnya. Namun
usaha sang Ratu berkali-kali digagalkan oleh tujuh kurcaci. Pada usahanya yang
ketiga, ia pun kembali menyamar dan memberinya apel beracun. Di bagian itulah
terdapat kesamaan dengan versi Disney.
Putri Salju yang tak tahu bahwa apel itu beracun tersedak saat
memakannya dan akhirnya mati. Versi Disney menceritakan bahwa dengan ciuman
dari cinta yang tulus yang dapat membangkitkan sang Putri.
Suatu hari lewatlah Pangeran dan berhenti untuk
menolong Putri Salju. Setelah diciuminya, secara ajaib Putri Salju pun bangun.
Pangeran berhasil meloloskan Putri Salju dari kutukannya. Namun, dalam versi
Grimm bersaudara, Pangeran tidak mencium sang Putri, ia hanya memerintahkan
para pengawalnya untuk mengangkat peti mati Putri Salju. Karena salah satu
pengawal Pangeran tersandung, maka secara tidak sengaja, potongan apel yang
tersangkut di tenggorokan Putti Salju pun keluar. Pangeran yang telah jatuh
cinta dengan Putri Salju pun mengajaknya ke istana untuk menikah. Akhir cerita,
Pangeran dan Putri Salju hidup bahagia dan sang Ratu pun menerima ganjaran atas
perbuatannya, kematian.
C. Tokoh-Tokoh dalam Dongeng Putri
Salju
1.
Putri Salju
(Snow White) : Putri Salju memiliki ciri-ciri fisik berkulit
seputih salju, memiliki rambut sehitam kayu ebony, dan bibir semerah darah. Ia
juga memiliki karakter yang baik, lembut hati, dan selalu ceria.
2.
Ratu (The
Queen) : Sang Ratu dikisahkan memiliki wajah yang sangat
cantik bahkan paling cantik di dunia. Ia diceritakan memiliki sifat iri hati,
sifat yang membuatnya membenci Putri Salju dan ingin menyingkirkannya. Dalam
cerita, sang Ratu memiliki kekuatan sihir yang membantunya menghalalkan apa
yang ia inginkan.
3.
Pemburu
(Huntsman) : Pemburu dalam dongeng Putri Salju dikisahkan tidak
tega membunuh Putri Salju yang tidak bersalah. Ia-lah yang pertama kali
menyelamatkan Putri Salju.
4.
Ketujuh
Kurcaci : Dalam dongeng versi Grimm Bersaudara tidak ada nama
khusus yang diberikan kepada 7 kurcaci ini. Namun, dalam versi Disney, terdapat
7 nama yang diberikan kepada 7 kurcaci ini. Nama-nama itu antara lain:
a. Doc: Doc adalah
yang paling bijaksana diantara ketujuh kurcaci, ia juga dianggap sebagai
pemimpin oleh para kurcaci. Ciri-ciri yang paling mudah dikenali dari Doc
adalah kacamata dan janggut tebal dan panjang yang dimilikinya. Ia berpakaian
tunik oranye-cokelat dan kacamata.
b. Happy : seperti
namanya Happy memiliki karakteristik yang selalu gembira.
c. Sneezy: Sneezy
adalah kurcaci yang suka bersin pada situasi tertentu. Mungkin itulah sebabnya
ia dipanggil Sneezy. Pakaiannya kuning-cokelat tunik.
d. Grumpy: Grumpy
seperti namanya, Grumpy memiliki karakter suka marah dan menggerutu. Ia-lah
yang pada awalnya menolak kehadiran Putri Salju untuk tinggal bersama ketujuh
kurcaci. Namun meskipun begitu, hati Grumpy sebenarnya baik, pada akhirnya ia
jatuh sayang pada Putri Salju dan memimpin para kurcaci untuk menolongnya dari
serangan Ratu. Ciri-cirinya ia memakai pakaian tunik merah, rambut putih, dan
janggut.
e. Bashful: Bashful
adalah si kurcaci pemalu. Namun meskipun pemalu ia adalah seorang yang
pemberani. Bashful-lah yang paling berani ketika teman-temannya ketakutan
melihat Putri Salju. Pakaiannya mirip Sneezy dan Sleepy namun memiliki
perbedaan pada warna dan topi magenta.
f. Sleepy : Sleepy
digambarkan sebagai kurcaci yang suka sekali tidur. Namun meskipun begitu ia
tetap rajin bekerja.
g. Dopey : Meskipun
dipanggil Dopey oleh para kurcaci bukan berarti ia bodoh. Dopey memiliki
karakter yang lugu dan kekanakan. Ia digambarkan tidak pernah berbicara. Dopey
adalah kurcaci termuda dari 7 kurcaci. Ciri-cirinya botak dan tidak berjanggut.
Ia mengenakan tunik hijau-limau yang kebesaran untuk tubuhnya yang kecil serta
topi ungu.
h. Pangeran (The Prince) : Pangeran
adalah sosok yang menyelamatkan Putri Salju dari kutukan ibu tirinya, sang
Ratu. Ia juga dikisahkan telah jatuh cinta pada Putri Salju saat pertama kali
melihatnya. Lewat kehadiran Pangeran, Putri Salju memperoleh kebahagiannya.
BAB III
KESIMPULAN
Demikianlah pembahasan mengenai Putri
Salju, dengan adanya pembahasan diatas semoga dapat memperkaya wawasan serta
pengetahuan kita. Hadirnya dongeng di tangan pembacanya saat ini merupakan
hasil olahan dari media massa. Surat kabar, buku-buku, radio, televisi, film,
internet, majalah, tabloid, dan lain sebagainya disebut sebagai media massa
(Nurudin,2007:5). Selanjutnya Joshua Meyrowitz (dalam Littlejohn 2009; 407)
menggambarkan tiga metafora yang mewakili berbagai sudut pandang tentang media.
Metafora yang pertama adalah “media sebagai vessel” yaitu gagasan bahwa media
adalah pembawa pesan (content) yang netral. Metafora yang kedua adalah “media
sebagai bahasa” yaitu masing-masing media memiliki unsur-unsur struktural atau
tata kalimat, seperti sebuah bahasa. Metafora yang ketiga adalah “media sebagai
lingkungan”. Metafora ini ada oleh gagasan bahwa kita hidup dalam lingkungan
yang penuh dengan berbagai informasi yang disebarkan oleh keberadaan media.
Dongeng-dongeng tersebut dikemas kedalam
bentuk buku cerita bergambar, film-film animasi, dan dalam bentuk
pernah-pernik. Lewat tokoh-tokoh dongeng itu hadirlah peran-peran yang menjadi
sosok panutan bagi anak-anak. Dongeng yang disebarluaskan lewat media massa
telah memberikan pengaruh pada tataran kognitif, afektif, bahkan behavioral.
Dongeng-dongeng yang dibacakan tersebut rupanya telah tinggal dan menetap dalam pikiran anak-anak yang dapat dibawanya hingga
dewasa. Penulis dapat melihat antusiasme
anak-anak dengan beberapa tokoh dongeng populer dunia seperti Putri Salju (Snow
White), Putri Tidur (Sleeping Beauty), Cinderella, Si Cantik dan Si Buruk Rupa
(Beauty and The Beast), serta Rapunzell yang dapat dijumpai dalam bentuk kaset
dvd, peralatan alat tulis, pernah-pernik, bahkan lukisan-lukisan para tokoh
tersebut di dinding taman kanak-kanak.
Dongeng sebenarnya menanamkan banyak
hal, mulai dari benar-salah, pantas-tidak pantas, baik-buruk dan sebagainya.
Nilai yang ditanamkan melalui dongeng saat kita masih kanak-kanak sangat
mungkin terbawa hingga dewasa. Nilai ini kemudian menjadi dasar bagi peran kita
dalam masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa
dongeng adalah salah satu alat untuk mempengaruhi pembaca lewat proses
ketidaksadaran yang kemudian dianggap sebagai kewajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar