ANALISIS LAGU MANUK DADALI
(JAWA BARAT)
A.
Pengertian
Lagu Manuk Dadali
Lagu Manuk Dadali adalah lagu daerah Sunda yang mengusung
semangat kebangsaan dan nasionalisme. Bila kembali ke zaman penjajahan
terdahulu, lagu tersebut sangat tepat dan sangat cocok untuk dijadikan
penyemangat. Di zaman penjajahan kala itu, seorang pahlawan memerlukan
penyemangat baik melalui lagu maupun puisi syair. Karena itulah lagu Manuk
Dadali terlahir. Lagu yang tumbuh karena cintanya kepada Tanah Air Indonesia.
Cinta yang berpohonkan harapan-harapan akan hadirnya negara kuat dan hebat.
Negara yang tak pernah menyerah mengusir segala bentuk penjajahan di Negara
Indonesia terlebih di seluruh muka bumi.
Lahirnya lagu Manuk Dadali juga tidak lain karena semangat
nasionalisme yang menembus batas-batas etnosentris. Dalam buku Yudi Latif,
bertajuk Negara Paripurna Menjelaskan
bahwa negara ini mempunyai beribu macam perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu
dikumpulkan dalam satu musyawarah besar untuk mencari satu makna yang sama
yakni Bhineka Tunggal Ika. Ya, berbeda-beda namun tetap satu juga. Oleh karena
itu, tak ada alasan lagi anak bangsa ini untuk melakukan tindak kriminal baik
berupa saling menganiaya, saling mencaci apalgi sampai tawuran berbentur dan
mengorbankan nyawa. Kita adalah satu bangsa yang besar bernama Indonesia. Bila
Bukan kita yang menjaga Indonesia, siapa lagi?
B.
Sambas
Mangundikarta adalah Pencipta Lagu Manuk Dadali
Penyiar
dan pencipta lagu, lahir di Bandung 21 September 1926 dan meninggal di Jakarta,
30 Maret 1999. Ia memulai karirnya sebagai penyiar di RRI Bandung pada bulan
Agustus 1952. Bahkan jauh sebelum itu, pada tahun 1946 s/d 1949 sebagai anak
buah Jenderal Dr. Mustopo ia sudah bertugas pada "Radio Perjuangan Jawa
Barat" yang berkedudukan di Subang (Jawa Barat), kemudian pindah ke Madiun
dan Blitar (Jawa Timur).
Pada tahun 1950 dan 1951, walau saat itu ia belum bekerja pada Jawatan
Radio (istilah dulu demikian), ia sudah sering membantu RRI Studio Jakarta
dalam bidang seni suara. Bersama Ping Astono dan Hamid Arif ia menyanyi dalam
"Orkes Dupa Nirmala" pimpinan Ping Astono di RRI. Yang merupakan
kebanggaan baginya adalah, bahwa ketika RRl mengadakan Pemilihan Bintang Radio
yang pertama (1951) ia berhasil memasuki babak final. Setelah itu ia berulang
kali mengikuti pemilihan Bintang Radio sebagai wakil dari RRI Bandung,
Samarinda (dua tahun di RRI Samarinda) dan Cirebon (3 tahun), ia mulai tertarik
pada penciptaan lagu, baik lagu Indonesia maupun Sunda. Tapi ternyata,
lagu-lagu daerah ciptaannya lebih berhasil dan banyak dinyanyikan oleh penyanyi
terkenal pada zamannya, seperti Upit Sarimanah, Fenty Effendy, Etty Kusumah,
dll. Lagu-lagu tersebut adalah: Manuk Dadali, Sapunyere, Pegat Simpay, Ka Huma,
Pepeling, Peunyem Bandung, dll.
Pada tahun 1962, dalam pemilihan tangga lagu-lagu baru, lagu Manuk Dadali
selama 6 bulan menempati urutan teratas pada RRI Bandung, bahkan kesebelasan
Persib menjadikan lagu pengiring setiap memasuki lapangan sepak bola di Stadion
Siliwangi Bandung. Sebagai penyiar yang gemar olah raga, tahun 1953/1954 ia
mulai menaruh minat pada bidang reportase olah raga yang saat itu masih
terbatas pada cabang olah raga sepak bola dan bulu tangkis. Pada saat stadion
Ikada masih ada, sering kali ia bertugas di sana sebagai reporter. Pengalaman
yang paling berkesan baginya ia peroleh ketika meliput perebutan Piala Thomas
yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia (1961), sebagai Juara
Bertahan setelah merebut Piala itu dari Malaya (sekarang Malaysia).
Setelah lulus dari Akademi Penerangan di Jakarta (1962) ia dipindahkan ke
RRl ke TVRI, dan menjabat Kepala Seksi Hiburan dan Olah raga sejak 1963 s/d
1967. Kemudian dia diserahi tugas sebagai Koordinator Penyiar selama lebih
kurang Lima tahun. Selain sebagai reporter, ia juga pernah tampil sebagai
pembaca Warta Berita. Beberapa peristiwa olah raga Internasional yang telah
diliputnya selama ini, antara lain Thomas Cup di Kuala Lumpur (1970), All
England (1976, 1977 dan 1981), Pre World Cup di Singapura (1977) dan Uber Cup
di Tokyo (1981). Sejak penyiaran iklan di TVRI dihapuskan (1981) ia bertugas
sebagai Koordinator acara "Dari Desa Ke Desa" di samping reporter
olah raga, dengan catatan tidak lagi membaca berita.
C.
Informasi
Lagu Manuk Dadali
Judul : Manuk Dadali
Pencipta : Sambas Mangundikarta
Daerah : Provinsi Jawa Barat
Golongan : Lagu Daerah / Lagu Wajib Daerah
Pencipta : Sambas Mangundikarta
Daerah : Provinsi Jawa Barat
Golongan : Lagu Daerah / Lagu Wajib Daerah
D.
Lirik Lagu
Manuk Dadali
Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang
Meberkeun jangjangna bangun taya karingrang
Kukuna ranggoas reujeung pamatukna ngeluk
Ngapak mega bari hiberna tarik nyuruwuk
Saha anu bisa nyusul kana tandangna
Tandang jeung pertentang taya bandinganana
Dipikagimir dipikaserab ku sasama
Taya karempan kasieun leber wawanenna
Refrain :
Manuk dadali manuk panggagahna
Perlambang sakti Indonesia Jaya
Manuk dadali pangkakoncarana
Resep ngahiji rukun sakabehna
Hirup sauyunan tara pahiri-hiri
Silih pikanyaah teu inggis bela pati
Manuk dadali ngandung siloka sinatria
Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia
Meberkeun jangjangna bangun taya karingrang
Kukuna ranggoas reujeung pamatukna ngeluk
Ngapak mega bari hiberna tarik nyuruwuk
Saha anu bisa nyusul kana tandangna
Tandang jeung pertentang taya bandinganana
Dipikagimir dipikaserab ku sasama
Taya karempan kasieun leber wawanenna
Refrain :
Manuk dadali manuk panggagahna
Perlambang sakti Indonesia Jaya
Manuk dadali pangkakoncarana
Resep ngahiji rukun sakabehna
Hirup sauyunan tara pahiri-hiri
Silih pikanyaah teu inggis bela pati
Manuk dadali ngandung siloka sinatria
Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia
Arti Lagu Manuk Dadali
Terbang melesat tinggi, jauh di
awang-awang
Merentang sayapnya, tegak tanpa ragu
Kukunya panjang dan paruhnya melengkung
Menyongsong langit dengan cergas terbangnya
Siapa yang bisa menyaingi keberaniannya
Gagah dan perkasa tak ada tandingannya
Dihormati dan disegani oleh sesama
Tanpa ragu tanpa takut, besar nyalinya
Refrain :
Burung garuda, burung paling gagah
Lambang sakti Indonesia jaya
Burung garuda, yang paling tersohor
Senang bersatu, rukun semuanya
Hidup berhimpun tanpa saling iri
Saling menyayangi, tak sungkan membela
Burung garuda adalah lambang kesatriaan
Untuk seluruh bangsa di negara Indonesia
Merentang sayapnya, tegak tanpa ragu
Kukunya panjang dan paruhnya melengkung
Menyongsong langit dengan cergas terbangnya
Siapa yang bisa menyaingi keberaniannya
Gagah dan perkasa tak ada tandingannya
Dihormati dan disegani oleh sesama
Tanpa ragu tanpa takut, besar nyalinya
Refrain :
Burung garuda, burung paling gagah
Lambang sakti Indonesia jaya
Burung garuda, yang paling tersohor
Senang bersatu, rukun semuanya
Hidup berhimpun tanpa saling iri
Saling menyayangi, tak sungkan membela
Burung garuda adalah lambang kesatriaan
Untuk seluruh bangsa di negara Indonesia
Manuk Dadali berarti Burung Garuda, lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lirik Lagu Manuk Dadali ini mengisahkan tingginya martabat NKRI yang diumpamakan seperti Burung Garuda. Burung yang kuat, paling disegani, gagah dan memiliki daya juang tinggi. Selain itu, lagu daerah Jawa Barat Lirik Lagu Manuk Dadali ini juga menggambarkan persatuan Indonesia dalam bingkai Kebhinekaan Tunggal Ika. Selain menggambarkan kebesaran nyali sebuah negara, lirik lagu manuk dadali ini juga menceritakan kehidupan dalam bingkai Kebhinekaan Tunggal Ika. Kehidupan harmonis sebuah negara yang disangga tiang-tiang kebudayaan, ras, suku, agama dan elemen-elemen kebangsaan lainnya. Semoga dengan mendengarkan, menghayati dan meresapi arti lirik lagu Manuk Dadali ini bisa mengembalikan semangat nasionalisme kita untuk tetap mencintai Indonesia. Seberapapun banyak orang yang ingin memecah-belah negeri ini, pasti akan selalu ada punggawa-punggawa yang tak kalah banyaknya demi memperkuat kesatuan dan persatuan Tanah Air Indonesia.
E.
Not Lagu
Manuk Dadali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar