Analisis Makna Lagu Bugis Awwi
(Sulawesi Selatan) Sajang Rennu
Lagu Awwi atau Sajang
Rennu pasti dibuat oleh penciptanya karena suatu hal yang berkesan. Hal
yang sama pun ikut dirasakan bagi para pendengar lagu tersebut. Mereka yang
mengalami masa-masa remaja di tahun 90-an tentu memiliki jejak kenangan bersama
Lagu Awwi atau Sajang Rennu. Apalagi bagi mereka yang tenggelam
dalam dunia asmara yang tidak kesampaian atau patah hati karena impian cinta
tidak menjadi kenyataan. Dijamin! ketika mendengar lagu Sajang Rennu,
memori itu pasti akan kembali bersemayam di dalam sanubari.
Lagu Sajang Rennu sempat
booming dan mewarnai belantika musik Sulawesi Selatan, khususnya di radio-radio
lokal yang dipancarkan dengan frekuensi AM (Amplitude Modulation) saat
itu. Bahkan lagu bernuansa romantika tersebut selalu menjadi lagu favorit yang
dinyanyikan di acara-acara hajatan seperti pesta pernikahan. Lantas mengapa
lagu tesebut banyak disukai orang, padahal mencitrakan arti kesedihan.
Apa sesungguhnya yang spesial
dalam lagu yang diciptakan oleh Alm. Yusuf Alamudi dan H. Jafar Abu tersebut?
Mari kita bedah dan mengungkap maknanya di bawah ini!
Lirik lagu Awwi - Sajang Rennu dan Terjemahan Bahasa Indonesia
Awwi... (aduh...) REF
Terri peddi atikku (Menangis perih hatiku)
Ucapu campa aroku (Kuusap dan kuelus dadaku)
Uitamu tudang botting (Saat kulihat dirimu duduk di pelaminan)
teppasemmu tekkareba (Tanpa pesan dan kabar sebelumnya)
Mallere wae matangku (Bercucuran air mataku)
Naulleku teppakua (Begitu tega dirimu padaku)
Magi mulesse ri janci (Mengapa engkau mengingkari janji)
Mutaroa sajang rennu (Membuat diriku sedih; karena rindu yang tidak kesampaian)
Kegani maka utiwi sajang rennu atikku (Kemana akan kubawa perasaan sedih ini)
Terri peddi atikku (Menangis perih hatiku)
Ucapu campa aroku (Kuusap dan kuelus dadaku)
Uitamu tudang botting (Saat kulihat dirimu duduk di pelaminan)
teppasemmu tekkareba (Tanpa pesan dan kabar sebelumnya)
Mallere wae matangku (Bercucuran air mataku)
Naulleku teppakua (Begitu tega dirimu padaku)
Magi mulesse ri janci (Mengapa engkau mengingkari janji)
Mutaroa sajang rennu (Membuat diriku sedih; karena rindu yang tidak kesampaian)
Kegani maka utiwi sajang rennu atikku (Kemana akan kubawa perasaan sedih ini)
Eloku sedding ro mate (Ingin
rasanya kumati saja)
Natea lao nyawaku (Tetapi nyawa tidak juga mau terlepas)
Nataroa sajang rennu (Menyisakan diriku bersama kesedihan)
Naulleku tapakkua (Begitu tega dirimu padaku)
.................................................................................................
Ko baja sangadie engka cera baru (Jika esok lusa ada pusara baru)
kuburu tenri bungai (Makam yang tidak ditaburi bunga)
iya'na tu rilalenna (Maka dirikulah terpatri di dalamnya)
utiwi lao peddiku (Kubawa pergi bersama kepedihanku)
utiwi limbang ri majeng (Melintasi dunia baru di alam baqa)
Natea lao nyawaku (Tetapi nyawa tidak juga mau terlepas)
Nataroa sajang rennu (Menyisakan diriku bersama kesedihan)
Naulleku tapakkua (Begitu tega dirimu padaku)
.................................................................................................
Ko baja sangadie engka cera baru (Jika esok lusa ada pusara baru)
kuburu tenri bungai (Makam yang tidak ditaburi bunga)
iya'na tu rilalenna (Maka dirikulah terpatri di dalamnya)
utiwi lao peddiku (Kubawa pergi bersama kepedihanku)
utiwi limbang ri majeng (Melintasi dunia baru di alam baqa)
Awwi...Awwi...Awwi...
Makna Lagu Awwi - Sajang Rennu
Nah, setelah
memahami terjemahan lagu Sajang Rennu dalam bahasa Indonesia, mari kita
menelisik dan mengungkap makna yang terkandung di lagu bugis tersebut melalui
proses analisis wacana bait per bait!
Dimulai dengan kata awwi yang
berarti aduh, lagu Sajang Rennu memberikan isyarat keluh kesah
atas sesuatu. Ungkapan tersebut digunakan pengujar untuk mengungkapkan rasa
sakit, entah itu ringan maupun berat. Jika mendengar kelirihan suara penyanyi
ketika melafalkan kata awwi di lagu ini, tidak sulit meyakini bahwa rasa
sakit yang dialami sang pencipta lagu/penyanyi termasuk kriteria berat. Apalagi
dibarengi dengan tangisan, semakin memperjelas bahwa ada sesuatu yang mengusik,
mengganggu, dan mencabik-cabik kestabilan emosinya.
Diikuti dengan tambahan gesture
(yaitu mengelus dada), kian memberikan signal bahwa rasa sakit yang dirasakan
pencipta lagu/penyanyi terjadi tiba-tiba sehingga menimbulkan efek kejutan yang
masih sulit dipercaya. Perpaduan kata aduh, menangis, dan mengelus
dada merupakan cerminan kekesalan luar biasa sang penyanyi karena
harapannya tidak sejalan dengan kenyataan.
Selanjutnya diketahui bahwa
pemicu terjadinya rintihan rasa sakit itu adalah kenyataan bahwa lelaki
idaman yang menikahi wanita lain masih sulit diterima hati. Tanpa kabar
dan berita sang pujaan melangkah ke jenjang sakral. Lalu, mengapa sang penyanyi
merasa mesti dikabari terlebih dahulu sebelum lelaki yang diidam-idamkannya itu
menikahi wanita lain? Apakah mereka sebelumnya telah menjalin hubungan sebagai
kekasih atau sang lelaki pernah menjanjikan sesuatu kepada sang penyanyi?
Melihat kegusaran dahsyat yang dipikul sang penyanyi, tampaknya ada sesuatu
yang perlu diungkap lebih lanjut.
Di bait selanjutnya, juga tidak
sukar untuk mengungkap titik persoalan yang sebenarnya. Sang penyanyi yang tak
kuasa menahan cucuran air mata yang membasahi pipinya, hanya mampu mengerang
dalam kebisuan. Meratapi nasib yang benar-benar terjadi pada dirinya. Sang
lelaki idaman yang dianggapnya kekasih benar-benar telah mengkhianatinya.
Begitu tega mengingkari janji sehidup semati yang pernah diikrarkan sebelumnya.
Kini, sang penyanyi hanya bisa mendekam di dalam pesakitan rindu yang tak
kunjung mereda.
Sakit yang disimbolkan kata sajang
rennu bukan sembarang sakit. Dalam bahasa bugis sakit diartikan mapeddi.
Lalu mengapa sang pencipta lagu memilih kata sajang rennu? Sakit yang
disebabkan oleh rindu yang tidak kesampaian idealnya memang disematkan pada
kata majemuk sajang rennu. Begitulah sang pencipta menuangkan
nilai-nilai kecendekiaan diksi dalam lirik lagunya tersebut.
Akibat sakit yang amat sangat
dirasakan, sang penyanyi tampaknya mulai kehilangan rasio dalam berpikir dan
mengatasi masalahnya. Bagaimana tidak, mendengar dan melihat sang kekasih lebih
memilih wanita lain untuk diperistri padahal dirinya telah lebih dulu mengikat
janji dengan lelaki pujaannya tersebut adalah fakta yang sulit dipercaya. Kabar
tersebut bagai sebuah badai yang menerjang tiba-tiba dan meluluhlantakkan
dunianya hingga tiada tersisa. Sang penyanyi lalu berontak dan memilih untuk
mati saja. Kasih sayang yang menyatu dengan nyawanya telah direnggut lelaki
penghianat yang mengaku kekasih. Untungnya, nyawa ada ditahan Tuhan.
Namun tetap saja, dirinya bagai
mayat hidup. Raganya masih bergerak, tetapi batinnya seolah-olah mati.
Sepertinya rasa cinta yang telah diserahkankannya kepada sang pujaan hati tak
kuasa diambilnya kembali. Harga dirinya direnggut sehingga bersemayam di dalam
pusara dianggapnya sebagai satu-satunya pilihan. Kesedihan itu ingin dibawanya
ke alam baqa sebagaimana jiwanya yang telah lebih dulu mati.
Ditutup dengan kata awwi
sebanyak tiga kali di akhir lagu mengindikasikan bahwa rasa sakit yang
dirasakan oleh sang pencipta lagu (diwakili penyanyi) belum juga memperoleh
penawar kesembuhan. Entah apa yang terjadi di kehidupan sebenarnya. Semoga
tidak menjadi pemicu untuk melawan takdir dengan mengakhiri hidup selamanya.
Pesan dan Hikmah Lagu Bugis Awwi - Sajang Rennu
Sebagai lelaki dan pria sejati,
jangan pernah sekali-kali berikrar untuk menikahi seorang wanita andai tidak
benar-benar yakin. Apalagi sampai melakukan hal tidak-tidak, merenggut kesucian
dan kehormatan seorang wanita dengan iming-iming cinta sehidup semati atau atas
nama suka sama suka. Selain merupakan dosa besar, hal tersebut merupakan
kehinaan luar biasa dan tidak pantas dimiliki lelaki Bugis.
Untuk kaum hawa, renungi
baik-baik pemaknaan lagu Awwi - Sajang Rennu di atas agar kalian bisa
memetik pelajaran. Jangan mudah percaya kepada lelaki. Meskipun ada perasaan
suka kepadanya, jangan coba-coba untuk keluar dari jalur perkasihsayangan yang
telah ditetapkan Ilahi. Cinta lelaki hanya patut diterima jika diawali dengan
lamaran suci bukan hanya dengan ikrar kata-kata. Jangan mau dibohongi oleh
spesies lelaki yang mengajakmu berdua-duaan, berkasih-kasihan,
bertatap-tatapan, hingga kemudian menjalin relationship (sebut saja pacaran
pranikah) karena sesungguhnya cara itu salah dan hanya memperturutkan nafsu
semata. Lagipula, hubungan pacaran selain tidak sejalan dengan norma-norma dan
nilai-nilai kearifan Tana' Bugis, juga bertentangan dengan syariah.
Jangan mau tertipu dan
ikut-ikutan dengan gaya hidup wanita-wanita yang disesatkan zaman dan
peradaban. Ingatlah bahwa kehormatan wanita hanya satu dan satu-satunya. Jika
telah dibiarkan direnggut oleh lelaki, meski bergelar kekasih maka tidak ada
lagi jalan untuk mengembalikannya seperti sedia kala. Kesucian yang telah
ternoda mustahil untuk dipintal dan dirajut kembali menjadi utuh. Oleh karena
itu, jagalah baik-baik.
Wanita bugis di masa lalu, meski
belum mengenal Islam seutuhnya, mereka menjaga kesuciannya. Jadi, wanita bugis
beragama Islam di masa sekarang harusnya lebih baik lagi, yaitu tunduk dan
patuh pada aturan Tuhannya. Jagalah kehormatan. Jika sang pencipta mewajibkan
menutup aurat, janganlah menolak dengan alasan keduniawian. Pakailah hijab
syar'i serta jangan izinkan lelaki mencintaimu sebelum prosesi khitbah dan
walimah.
Renungkanlah, betapa sakitnya
seorang wanita yang ditinggal menikah oleh kekasih. Apalagi jika telah
didahului dengan perlakuan kasih sayang melebih batas kewajaran. Maka tidak
salah, di lagu Awwi - Sajang Rennu sang wanita memilih mati saja.
Tanpa kehormatan/kesucian, wanita memang tiada bedanya dengan mayat hidup, kehilangan
nilai dan derajat terbaiknya. Sebaliknya, jika seorang wanita berhasil menjaga
kehormatan/kesuciannya, maka dirinya bagai seorang bidadari surga atau malah
lebih tinggi derajatnya.
Dengan harapan, setelah Mengungkap Makna Lagu Bugis Awwi
- Sajang Rennu, marilah
kita memetik hikmah dan pelajaran hidup berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar