BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara
lain rempah-rempah seperti vanili,
lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan sebagai pengawet makanan,
bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku
di pasaran dan harganya pun menjadi mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia
Barat datang dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Setelah memonopoli hasil
rempah-rempah bangsa Indonesia, mereka menjual kembali kepada orang-orang di
Eropa dengan harga yang lebih tinggi.
Selain memonopoli hasil
rempah-rempah bangsa Indonesia, mereka juga mengdu domba penduduk bangsa
Indonesia dan memihak salah satu dari yang diadu dombakan. Kemudian, setelah
salah satu dari pihak yang diadu dombakan kalah (bukan pihak yang didukung),
mereka kemudian menghianati dan menyerang pihak yang sebelumnya didukung.
Setelah pihak tersebut kalah, para kaum bangsa barat membuat perjanjian yang
tentu saja merugikan pihak yang terkait atau pihak yang dikalahkan serta
mewajibkan setiap penduduk untuk membayar pajak dan kerja rodi. Kurang lebih
seperti itulah yang terjadi ketika masa kolonialisme.
1.2.Rumusan Masalah
1.
Apa Latar Belakang Atau Faktor
Pendorong Bangsa Barat Datang Ke
Indonesia?
2.
Apa Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat Di Indonesia?
3.
Bagaimana Kedatangan Bangsa Barat Ke Indonesia?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah selain untuk menyelesaikan tugas sekolah yang
diberikan oleh guru, makalah ini akan menguraikan sedikit tentang kolonialisasi
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia selama 3,5 abad, yaitu dimulai dari latar
belakang mengapa bangsa barat datang ke Indonesia dan merampas rempah-rempah
atau hasil bumi lainnya smpai dengan perjalanan bangsa-bangsa barat datang ke
Indonesia. Setelah pembaca membaca makalah ini, tentu pengetahuan kita tentang
penjajahan yang dialami oleh bangsa Indonesia akan sedikit bertambah dan makin
jelas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Latar BelakangAtau Faktor
Pendorong Bangsa Barat Di Indonesia
Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil
rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan
untuk mengawet makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya,
rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini
mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan
rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan menjualnya
kepada para pedagang Eropa.
Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani
mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini
dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang
Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki bahan
rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam perkembangannya,
mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempah-rempah di
negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia .
2.2. Sebab dan Tujuan
Kedatangan Bangsa Barat
Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke
Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah,
dan menyebarkan agama. Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur
adalah sebagai berikut :
· Mencari kekayaan termasuk berdagang
· Menyalurkan jiwa penjelajah
· Meyakini
Keberadaan Prester John
·
Menyebarkan
agama
· Mencari
kemuliaan bangsa
Sejak
abad ke -13, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat
menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta
kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan
adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah,
terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan
Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali
ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol
yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama
Kristen).
Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh. Mereka
yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.
Di luar faktor yang disebutkan di atas,
orang-orang Eropa yang sebagian besar beragama Kristen terdorong pula untuk
pergi ke mana pun guna mewartakan Injil (Gospel). Mereka percaya bahwa
mewartakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan adalah salah satu
panggilan hidupnya. Selain menyebarkan Injil, mereka juga berusaha mencari
kekayaan (Gold)
dan kebanggaan serta kejayaan (Glory) bagi negaranya.
Pada
awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli
rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya
kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim
daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di
tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan
mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan
rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini.
Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk
memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan
pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui
suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain
itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa
tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung
salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi
penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
2.3.
Kedatangan Bangsa Barat Ke Indonesia
Sejarah datangnya bangsa Eropa ke
Indonesia atau dahulu disebut dengan Hindia Timur tidak lepas dari niat mereka
menemukan Negeri penghasil rempah-rempah.
2.3.1.
Kedatangan Bangsa Portugis Di
Indonesia
2.3.1.1. Awal Proses Kedatangan
Bangsa Portugis Ke Indonesia
Tahun 1487, Bartolomeus Dias mengitari
Tanjung Harapan dan memasuki perairan Samudra Hindia. Selanjutnya pada tahun
1498, Vasco da Gama sampai di India. Namun, orang-orang Portugis ini segera
mengetahui bahwda barang-barang dagangan yang hendak mereka jual tidak dapat
bersaing di pasaran India yang canggih dengan barang-barang yang mengalir
melalui jaringan perdagangan Asia. Karena itu, mereka saar harus melakukan
peperangan di laut untuk mengukuhkan diri.
Alfonso de Albuquerque merupakan panglima
angkatan laut terbesar pada masa itu. Pada tahun 1503 Albuquerque berangkat
menuju India, dan pada tahun 1510, dia menaklukan Goa di Pantai Barat yang
kemudian menjadi pangkalan tetap Portugis. Pada waktu itu telah dibangun
pangkalan-pangkalan di tempat-tempat yang agak ke barat, yaitu di Ormuzdan
Sokotra. Rencananya ialah untuk mendominasi perdagangan laut di Asia dengan
cara membangun pangkalan tetap di tempat-tempat krusial yang dapat digunakan
untuk mengarahkan teknologi yang paling militer Portugis yang tinggi. Pada
tahun 1510, setelah mengalami banyak pertempuran, penderitaan, dan kekacauan
internal, tampaknya Portugis hampir mencapai tujuannya. Sasaran penting adalah
menyerang ujung timur perdagangan Asia di Maluku.
Setelah mendengar laporan-laporan pertama
dari para pedagang Asia mengenai kekayaan Malaka yang sangat besar, Raja
Portugis mengutus Diogo Lopez de Sequiera untuk menekan Malaka, menjalin
hubungan persahabatan dengan penguasanya, dan menetap disana sebagai wakil
Portugis di sebelah timur India. Tugas Sequiera tersebut tidak mungkin
terlaksana seluruhnya saat dia tiba di Maluku pada tahun 1509. Pada mulanya dia
disambut dengan baik oleh Sultan Mahmud Syah (1488-1528), tetapi kemudian
komunitas dagang internasional yang ada di kota itu meyakinkan Mahmud bahwa
Portugis merupakan ancaman besar baginya. Akhirnya, Sultan Mahmud melawan
Sequiera, menawan beberapa orang anak buahnya, dan membunuh beberapa yang lain.
Ia juga mencoba menyerang empat kapal Portugis, tetapi keempat kapal tersebut
berhasil berlayar ke laut lepas. Seperti yang telah terjadi di tempat-tempat
yang lebih ke barat, tampak jelas bahwa penaklukan adalah satu-satunya cara
yang tersedia bagi Portugis untuk memperkokoh diri.
Pada bulan April 1511, Albuquerque
melakukan pelayaran dari Goa menuju Malaka dengan kekuatan kira-kira 1200 orang
dan 17 buah kapal. Peperangan pecah segera setelah kedatangannya dan
berlangsung terus secara sporadis sepanjang bulan Juli hingga awal Agustus.
Pihak Malaka terhambat oleh pertikaian antara Sultan Mahmud dan putranya,
Sultan Ahmad yang baru saja diserahi kekuasaan atas Negara namun dibunuh atas
perintah ayahnya.
Malaka akhirnya berhasil ditaklukan oleh Portugis. Albuquerque menetap di Malaka sampai bulan November 1511, dan selama itu dia mempersiapkan pertahanan Malaka untuk menahan setiap serangan balasan orang-orang Melayu. Dia juga memerintahkan kapal-kapal yang pertama untuk mencari Kepulauan Rempah. Sesudah itu dia berangkat ke India dengan kapal besar, dia berhasil meloloskan diri ketika kapal itu karam di lepas pantai Sumatera beserta semua barang rampasan yang dijarah di Malaka.
Setelah satu kapal layar lagi tenggelam,
sisa armada itu tiba di Ternate pada tahun itu juga. Dengan susah payah,
ekspedisi pertama itu tiba di Ternate dan berhasil mengadakan hubungan dengan
Sultan Aby Lais. Sultan Ternate itu berjanji akan menyediakan cengkeh bagi
Portugis setiap tahun dengan syarat dibangunnya sebuah benteng di pulau
Ternate.
Hubungan dagang yang tetap dirintis
oleh Antonio de Abrito. Hubungannya dengan Sultan Ternate yang masih anak-anak,
Kacili Abu Hayat, dan pengasuhnya yaitu Kacili Darwis berlangsung sangat baik.
Pihak Ternate tanpa ragu mengizinkan De Brito membangun benteng pertama
Portugis di Pulau Ternate (Sao Joao Bautista atau Nossa Seighora de Rossario)
pada tahun 1522. Penduduk Ternate menggunakan istilah Kastela untuk benteng
itu, bahkan kemudian benteng itu lebih dikenal dengan nama benteng Gamalama.
Sejak tahun 1522 hingga tahun 1570 terjalin suatu hubungan dagang (cengkih)
antara Portugis dan Ternate.
Portugis yang sedang menguasai Malaka,
terbukti bahwa mereka tidak menguasai perdagangan Asia yang berpusat disana.
Portugis tidak pernah dapat mencukupi kebutuhannya sendiri dan sangat
tergantung kepada para pemasok bahan makanan dari Asia seperti halnya para
penguasa Melayu sebelum mereka di Malaka. Mereka kekurangan dana dan sumber
daya manusia. Organisasi mereka ditandai dengan perintah-perintah yang saling
tumpang tindih dan membingungkan, ketidakefisienan, dan korupsi. Bahkan
gubernur-gubernur mereka di Malaka turut berdagang demi keuntungan pribadi di
pelabuhan Malaya, Johor, pajak dan harga barang-barangnya lebih rendah, dan hal
tersebut telah merusak monopoli yang seharusnya mereka jaga. Para pedagang Asia
mengalihkan sebagian besar perdagangan mereka ke pelabuhan-pelabuhan lain dan
menghindari monopoli Portugis yang mudah.
Begitu cepat Portugis tidak lagi
menjadi suatu kekuatan yang revolusioner. Keunggulan teknologi mereka yang
terdiri atas teknik-teknik pelayaran dan militer berhasil dipelajari dengan
cepat oleh saingan-saingan mereka dari Indonesia. Seperti meriam Portugis yang
dengan cepat berhasil direbut oleh orang-orang Indonesia. Portugis menjadi
suatu bagian dari jaringan konflik di selat Malaka, dimana Johor dan Aceh
berlomba-lomba untuk saling mengalahkan Portugis
pernah
dapat melakukan suatu monopoli yang efektif dalam perdagangan rempah-rempah.
agar bisa menguasai Malaka.
Kota Malaka mulai sekarat sebagai pelabuhan dagang selama
berada dibawah cengkeraman Portugis. Mereka tidak pernah berhasil memonopoli
perdagangan Asia. Portugis hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap kebudayaan
orang-orang Indonesia yang tinggal di nusantara bagian barat, dan segera
menjadi bagian yang aneh di dalam lingkungan Indonesia. Portugis telah
mengacaukan secara mendasar organisasi sistem perdagangan Asia. Tidak ada lagi
satu pelabuhan pusat dimana kekayaan Asia dapat saling dipertukarkan, tidak ada
lagi negara Malaya yang menjaga ketertiban selat Malaka dan membuatnya aman
bagi lalu lintas perdagangan. Sebaliknya komunitas dagang telah menyebar ke
beberapa pelabuhan dan pertempuran sengit meletus di Selat.
Segera setelah Malaka ditaklukan,
dikirimlah misi penyelidikan yang pertama ke arah timur dibawah pimpinan
Francisco Serrao. Pada tahun 1512, kapalnya mengalami kerusakan, tetapi dia
berhasil mencapai Hitu (Ambon sebelah utara). Disana dia mempertunjukkan
keterampilan perang melawan suatu pasukan penyerang yang membuat dirinya
disukai oleh penguasa setempat. Hal ini mendorong kedua penguasa setempat yang
bersaing (Ternate dan Tidore) untuk menjajaki kemungkinan memperoleh bantuan
Portugis. Portugis disambut baik di daerah itu karena mereka juga dapat membawa
bahan pangan dan membeli rempah-rempah. Akan tetapi perdagangan Asia segera
bangkit kembali, sehingga Portugis tidak
Sultan Ternate, Abu Lais (1522) membujuk
orang Portugis untuk mendukungnya dan pada tahun 1522, mereka mulai membangun
sebuah benteng disana. Sultan Mansur dari Tidore mengambil keuntungan dari
kedatangan sisa-sisa ekspedisi pelayaran keliling dunia Magellan di tahun 1521
untuk membentuk suatu persekutuan dengan bangsa Spanyol yang tidak memberikan banyak
hasil dalam periode ini.
Hubungan Ternate dan Portugis berubah
menjadi tegang karena upaya yang lemah Portugis melakukan kristenisasi dan
karena perilaku orang-orang Portugis yang tidak sopan. Pada tahun 1535,
orang-orang Portugis di Ternate menurunkan Raja Tabariji (1523-1535) dari
singgasananya dan mengirimnya ke Goa yang dikuasai Portugis. Disana dia masuk
Kristen dan memakai nama Dom Manuel, dan setelah dinyatakan tidak terbukti
melakukan hal-hal yang dituduhkan kepadanya, dia dikirim kembali ke Ternate
untuk menduduki singgasananya lagi. Akan tetapi dalam perjalanannya dia wafat
di Malaka pada tahun 1545. Namun sebelum wafat, dia menyerahkan Pulau Ambon
kepada orang Portugis yang menjadi ayah baptisnya, Jordao de Freitas.
Akhirnya orang-orang Portugis yang membunuh
Sultan Ternate, Hairun (1535-1570) pada tahun 1570, diusir dari Ternate pada
tahun 1575 setelah terjadi pengepungan selama 5 tahun. Mereka kemudian pindah
ke Tidore dan membangun benteng baru pada tahun 1578. Akan tetapi Ambon-lah
yang kemudian menjadi pusat utama kegiatan-kegiatan Portugis di Maluku sesudah
itu. Ternate sementara itu menjadi sebuah negara yang gigih menganut Islam dan
anti Portugis dibawah pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583) dan putranya
Sultan Said ad-Din Berkat Syah (1584-1606).
Pada waktu itu juga Portugis terlibat
perang di Solor. Pada tahun 1562, para pendeta Dominik membangun benteng dari
batang kelapa disana. Pada tahun berikutnnya dibakar para penyerang beragama
Islam dari Jawa. Namun orang-orang Dominik tetap bertahan dan segera membangun
ulang benteng dari bahan yang lebih kuat dan mulai melakukan kristenisasi pada
penduduk lokal.
Pada tahun sesudahnya, muncul
serangan-serangan dari Jawa. Masyarakat Solor sendiri pun tidak secara
keseluruhan senang terhadap orang-orang Portugis dan agama mereka, sehingga
seringkali muncul perlawanan. Pada tahun 1598-1599, pemberontakan besar-besaran
dari orang Solor memaksa pihak Portugis mengirimkan sebuah armada yang terdiri
dari 90 kapal untuk menundukkan para pemberontak itu. Namun Portugis tetap
menduduki benteng-benteng mereka di Solor sampai diusir oleh Belanda pada tahun
1613 dan setelah itu Portugis melakukan pendudukan kembali pada tahun 1636.
Diantara para petualang Portugis tersebut
ada seorang Eropa yang tugasnya memprakarsai suatu perubahan yang tetap di
Indonesia Timur. Orang ini bernama Francis Xavier (1506-1552) dan Santo Ignaius
Loyola yang mendirikan orde Jesuit. Pada tahun 1546-1547, Xavier bekerja di
tengah-tengah orang Ambon, Ternate, dan Moro untuk meletakkan dasar-dasar bagi
suatu misi yang tetap disana. Pada tahun 1560-an terdapat sekitar 10.000 orang
katolik di wilayah itu dan pada tahun 1590-an terdapat 50.000-an orang.
Orang-orang Dominik juga cukup sukses mengkristenkan Solor. Pada tahun 1590-an
orang-orang Portugis dan penduduk lokal yang beragama Kristen di sana
diperkirakan mencapai 25.000 orang.
2.3.1.2. Pengaruh Bangsa Portugis Di Indonesia
Selama berada di Maluku, orang-orang Portugis meninggalkan
beberapa pengaruh kebudayaan mereka seperti balada-balada keroncong romantis
yang dinyanyikan dengan iringan gitar berasal dari kebudayaan Portugis. Kosa
kata Bahasa Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa Portugis yaitu pesta,
sabun, bendera, meja, Minggu, dll. Hal ini mencerminkan peranan bahasa Portugis
disamping bahasa Melayu sebagai lingua
franca di seluruh pelosok nusantara sampai awal abad XIX. Bahkan di
Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasal dari Portugis seperti
da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodriguez, da Silva, dll.
Pengaruh besar lain dari orang-orang Portugis di Indonesia yaitu penanaman
agama Katolik di beberapa daerah timur di Indonesia.
2.3.2 Kedatangan Bangsa Spanyol Di Indonesia
Kedatangan Persekutuan dengan Cebu ini harus dibayar mahal Spanyol sebab
dalam peperangan ini Magelhaen terbunuh.Pelopor berkebangsaan Spanyol yang mencari jalan langsung
ke Indonesia adalah Christopher Columbus, ia berlayar ke arah barat. Setelah
dua bulan, ia sampai di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador.
Columbus gagal mencapai India.
Setelah Columbus gagal menemukan
India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah rempah-rempah dipelopori oleh
Ferdinand Magelhaens. Berbeda dengan armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat
melalui Samudera Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia
tiba di Filipina pada tahun 1521.
bangsa Portugis sampai di Indonesia (Maluku) segera diikuti oleh bangsa Spanyol.
Ekspedisi bangsa Spanyol di bawah pimpinan Magelhaen, pada tanggal 7 April 1521
telah sampai di Pulau Cebu. Rombongan Magelhaen diterima baik oleh Raja Cebu
sebab pada waktu itu Cebu sedang bermusuhan dengan Mactan. Ketika mencoba mengatasi perang antarsuku di
Cebu, Magelhaens terbunuh. Posisinya kemudian digantikan oleh Del Cano.
Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak saat itu,
terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu tidak hanya dalam
hal perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya benteng Spanyol di
Tidore. Sementara itu, Portugis yang membuka kantor dagangnya di Ternate merasa
terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan
kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan alasan
tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore. Berhasil merebut Benteng
Spanyol di Tidore. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol
akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Saragosa. Berdasarkan
perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis sedangkan Philipina dikuasai Spanyol.
Isi Perjanjian Saragosa:
1.
Daerah kekuasaan dan pelayaran
Portugis adalah dari Brazilia ke Timur sampai Halmahera (Maluku).
2.
Spanyol berkuasa atas Mexico ke
Barat terus sampai Phillipina.
2.3.3 Kedatangan Bangsa
Inggris Di Indonesia
Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris
sudah berdagang sampai di daerah India. Di India timur, para pedagang Inggris mendirikan
kongsi dagang yakni East India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan daerah
operasinya adalah India. Pusat kekuatan EIC adalah Kalkuta (India), dan dari
kota inilah Inggris meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara.
Kedatangan
bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish.
Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579 Francis Drake
berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa rempah-rempah dari Ternate dan
kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada
tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I meningkatkan
pelayaran internasioalnya.
Hal ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan
Spanyol, dan mencari rempah-rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak
istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan
Asia. EIC kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin
James Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka
gagal mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di
selat Malaka Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus
berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia.
Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut catatan
sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan
kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar,
Japara, dan Makassar.
Di bawah Gubernur Jenderal Lord Minto
yang berkedudukan di Kalkuta dibentuk ekspedisi Inggris untuk merebut
daerah-daerah kekuasaan Belanda yang ada di wilayah Indonesia. Pada tahun 1811,
Thomas Stamford Raffes telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda
di Indonesia.
pada tahun 1811, inggris mampu menguasai
daerah jajahan belanda, maka belanda harus
menandatangani kapitulasi tuntang tanggal 18 september 1811, yang isinya:
§ daerah jajahan belanda
diserahkan kepada inggris
§ tentara belanda menjadi tawanan
inggris
§ orang-orang belanda dapat
menjadi pegawai inggris
Walaupun
demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada dagang Belanda. dan Berdasarkan
perjanjian London tahun 1815, Inggris diharuskan mengembalikan kekuasaannya di
Indonesia kepada Belanda. Dan pada tahun 1816 Inggris melaksanakan kewajibannya
itu.
Mereka
akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka berhasil
membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.
Tujuan kedatangan
bangsa inggris di Indonesia :
Bangsa
inggris datang ke nusantara pada 1811 dengan kongsi dagang bernama East India
Company (EIC) tujuannya, merebut seluruh kekuasaan belanda yang saat itu sudah
menguasai sebagian besar Nusantara (tidak hanya ternate)
Dampak kedatangan bangsa inggris di Indonesia :
Dengan datangnya bangsa inggris, inggris
membuat kebijakan kebijakan, seperti :
1. memperbaiki
dalam bidang pemerintahan. Caranya :
a. Indonesia
(pulau jawa) dibagi menjadi 16 karesidenan
b. Para
bupati diangkat menjadi pegawai negri
c. Daerah
keratin jogjakarta dan surakarta dipersempit
d. Mengurangi
kekuasaan raja
2. memperbaiki
dalam bidang keuangan. Caranya :
a. Melaksanakan
system perdagangan bebas
b. Melaksanakan
system sewa tanah / land-rente
c. Melanjutkan
system perdagangan perkebunan kopi
d. Memonopoli
perdagangan garam
3. memperbaiki
dalam bidang social. Caranya :
a. Menghapuskan
system perbudakan
b. Mengurangi
pengaruh kekuasaan tradisional serta jasa2 yang di berikan Raffles selama
memerintah Indonesia
c. Mendukung
lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang bernama Bataviaasch Genootschop di
harmoni
d. Menulis
buku –the history of java-
e. Menemukan
bunga –rafflesia arnoldi-
f. Istrinya,
Olivia Marianne, -merintis kebun raya bogor-
g. Mengembalikan
sultan sepuh menjadi sultan yogyakarta
2.3.4. Kedatangan
Bangsa Belanda Di Indonesia
Larangan
terhadap bangsa Belanda mengambil rempah-rempah di Lisabon, mendorong bangsa
tersebut datang sendiri ke Indonesia. Pelayaran pertama dipimpin oleh Cornelis
de Houtman dan Pieter Keyzer. Pada tahun 1596 mereka sampai di Banten, tetapi
belum mendapat keuntungan . Pelayaran kedua dipimpin Van Neck dan Warwijk
(1598) dengan membawa keuntungan yang besar. Keberhasilan ini memacu
perusahaan-perusahaan Belanda untuk melakukan pelayaran ke Indonesia. Untuk
menghindari terjadinya persaingan di antara mereka, atas anjuran Johan Olden
Barneveld dibentuklah VOC (1602) dengan tujuan sebagai
berikut:
a.
Menghindari persaingan antarpedagang
Belanda
b.
Memperkuat diri menghadapi persaingan
dengan pedagang asing yang lain
c.
Monopoli perdagangan untuk
mendapatkan keuntungan yang besar
d.
Membantu pemerintah Belanda yang sedang perang
menghadapi Spanyol
Modal pertama VOC sebesar 6,5 miliar
gulden. VOC dipimpin oleh 17 direktur yang dikenal dengan sebutan Heren
Zeventien. VOC memiliki hak-hak khusus, antara lain:
a) Hak monopoli.
b)
Hak memiliki tentara, pengadilan,
dan pengumuman perang.
c)
Hak mencetak mata uang sendiri.
d)
Hak mengadakan perjanjian dengan
pengusaha setempat atas nama pemarintah Belanda.
Dengan hak khusus tersebut, VOC menjadi
lembaga pemerintahan sekaligus perdagangan yang otonom di wilayah jajahan,
dipimpin oleh seorang gubernur jenderal, yang sekaligus termasuk Heren
Zeventien. Gubernur jenderal menjalankan dua peran sekaligus, yaitu sebagai
direktur perusahaan dan pimpinan pemerintahan.
Setelah berjalan kurang lebih 200 tahun,
VOC mulai mengalaami kebangkrutan. Hingga pada tanggal 31 Desember 1799, VOC
dibubarkan. Beberapa faktor yang mendorong kebangkrutan VOC, antara lain:
a) Pegawai VOC banyak yang
melakukan korupsi.
b)
VOC banyak menanggung utang karena
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perang.
c)
Kemerosotan moral di kalangan para
pengusaha akibat sistem monopoli perdagangan.
d)
Tidak berjalannya
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh VOC akibat banyaknya korupsi.
Setelah VOC bubar, Indonesia dikuasai oleh
kolonial Belanda. Sejalan dengan perubahan kekuasaan di Indonesia, terjadi pula
di negari Belanda. Untuk mengelola wilayah Indonesia, maka diangkatlah Daendels
sebagai gubernur jenderal. Tugas yang diberikan kepadanya sebagaai berikut:
a)
Mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan Inggris.
b) Mengatur pemerintahan di Indonesia termasuk membereskan
keuangan
Untuk menjalankan tugas tersebut,
Daendels mengambil langkah-langkah antara lain:
1) Bidang
politik pemerintah
a.
Membagi pulau Jawa menjadi 9 daerah
prefecture.
b. Membentuk pengadilan keliling.
c.
Membentuk sekretariat Negara.
2) Bidang
ekonomi
a.
Mengeluarkan uang kertas.
b.
Mengadakan penyerahan wajib (upeti).
c.
Mengadakan Prianger Stelsel.
3) Bidang
pertahanan
a.
Menambah jumlah prajurit.
b.
Membangun benteng-benteng baru.
c. Membangunn jalan dari
Anyer sampai Panarukan.
4) Bidang
social
a.
Rakyat dipaksa kerja rodi.
b. Menghapus upacara penghormatan residen kepada Sunan atau
Sultan.
Tindakan yang dilakukan Daendels tersebut tidak berhasil
dalam bidang pertahanan. Hal itu terbukti pada tahun 1811 Inggris dapat
menguasai Pulau Jawa, berdasarkan Kapitulasi Tuntang.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang kami buat ini adalah pada
awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli
rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya
kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim
daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di
tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan
mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan
rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini.
Kemudian mereka sendiri yang menentukan harga dari rempah-rempah yang mereka
beli. Untuk memperoleh hak monopoli
perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan
sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang
umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam
urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai
kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti
ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak
istimewa dalam berdagang.
3.2.Saran
Setelah melihat uraian materi kami
pada bab pembahasan, kiranya kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat
kita jadikan pedoman untuk menghindari hal kolonialisasi oleh bangsa lain.
Menghindari kolonialisas dapat dilakukan dengan cara mengolah dengan baik dan
cerdas hasil bumi ibu pertiwi kita, belajar dengan giat agar kita tidak tidak
mudah dibodohi oleh bangsa lain, dan selalu berfikir rasional serta positif
agar kita tidak mudah diadu dombakan oleh bangsa lain .
DAFTAR PUSTAKA