BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lembaga pendidikan dipandang sebagai
industri yang dapat mencetak jasa yaitu jasa pendidikan. Lewat pendidikan orang
mengharap supaya semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa
dikembangkan secara maksimal, agar orang bisa mandiri dalam proses membangun
pribadinya.
Kesuksesan pendidikan terletak pada
kurikulum. Kurikulum yang diterapkan harus relevan dengan kebutuhan anak didik
dan tuntutan orangtua. Selain sekolah harus menampilkan ciri khas yang dapat
dilirik masyarakat, juga yang paling utama sekolah mampu memastikan bahwa
sekolah tersebut benar-benar mempunyai kelebihan dalam berbagai hal.
Keunggulan sebuah sekolah ditentukan
oleh manajemen sekolah tersebut. Salah satu indikasi bahwa pendidikan si suatu
sekolah sukses adalah apa yang diberikan kepada murid sesuai dengan kebutuhan
siswa dan para orangtua murid, selain itu juga didesain mampu memberikan
harapan pasti terhadap masyarakat juga menciptakan manusia yang berkualitas
sebagaimana termuat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Untuk mewujudkan tujuan itu, banyak
sekali usaha yang dilakukan lembaga pemerintah maupun swasta dengan menerapkan
sistem atau kurikulum yang dirasa pas untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah
satunya adalah dengan membentuk sistem fullday school.
Oleh karena itu, pemakalah akan
membahas sistem full day school yang merupakan sekolah yang dirancang
sedemikian rupa layaknya sekolah formal.
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu full day school ?
2)
Bagaimana
tujuan full day school ?
3)
Apa
latar belakang munculnya full day school?
4)
Apa
Faktor Penunjang Full day school ?
5)
Apa
Faktor Penghambat Full day school
6) Apa Keunggulan dan Kelemahan Sistem Full day school ?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian full day
school ?
2)
Untuk
mengetahui tujuan full day school ?
3)
Untuk
mengetahui latar belakang munculnya full day school?
4)
Faktor
Penunjang Full day school ?
5)
Apa
Faktor Penghambat Full day school
6) Apa Keunggulan dan Kelemahan Sistem Full day school ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Full
day school
Menurut
etimologi, kata full day school berasal dari Bahasa Inggris. Terdiri
dari kata full mengandung arti penuh, dan day artinya hari.
Maka full day mengandung arti sehari penuh. Full day juga berarti
hari sibuk. Sedangkan school artinya sekolah. Jadi, arti dari full
day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang
dilakukan mulai pukul 06.45-15.00. Dengan demikian, sekolah dapat mengatur
jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan
ditambah dengan pendalaman materi.
Jika
dilihat dari makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya
digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku,
menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru. Dalam
hal ini, Salim berrpendapat berdasarkan hasil penelitian bahwa belajar efektif
bagi anak itu hanya 3-4 jam sehari (dalam suasana formal) dan 7-8 jam sehari
(dalam suasana informal).
Metode
pembelajaran full day school tidak melulu dilakukan di dalam kelas,
namun siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat belajar. Artinya siswa bisa
belajar dimana saja seperti halaman, perpustakaan, laboratorium dan lain-lain.
B. Tujuan
Pembelajaran Full day school
Sebagaimana
yang kita ketahui di berbagai media massa yang seringkali memuat
pemberitaan tentang berbagai
penyimpangan yang banyak dilakukan remaja sekarang. Hal ini lah yang memotivasi
para orangtua untuk mencari sekolah formal sekaligus mampu memberikan
kegiatan-kegiatan positif (informal) pada anak mereka.
Dengan
mengikuti full day school, orangtua dapat mencegah dan menetralisir
kemungkinan dari kegiatan-kegiatan anak yang menjurus pada kegiatan yang
negatif. Banyak alasan mengapa full day school menjadi pilihan, antara
lain:
a.
Meningkatnya jumlah orangtua tunggal dan banyaknya aktifitas orangtua yang
kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama yang berhubungan dengan
aktifitas anak setelah pulang sekolah.
b.
Perubahan sosial budaya yang tarjadi di masyarakat, dari masyarakat agraris
menuju ke masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas berpengaruh pada pola
pikir dan cara pandang masyarakat.
c.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika tiddak
dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban teknologi komunikasi.
Dari
kondisi seperti itu, akhirnya para praktisi pendidikan berpikir keras untuk
merumuskan suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan. Untuk memaksimalkan
waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka diterapkan sistem full day school
dengan tujuan: membentuk akhlak dan akidah dalam menanamkan nilai-nilai positif
serta memberikan dasar yang kuat dalam belajar di segala aspek.
Apa
dan bagaimana sesungguhnya nilai keunggulan full day school? Berikut ini
adalah beberapa nilai plus sekolah yang berbasis formal dan informal ini.
Pertama, anak mendapat pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan. Kedua, anak memperoleh pendidikan keislaman secara layak dan
proporsional. Ketiga, anak mendapatkan pendidikan kepribadian yang bersifat
antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai dengan derasnya
arus informasi dan globalisasi yang membutuhkan nilai saring. Keempat, potensi
anak tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan kelima
perkambangan bakat, minat dan kecerdasan anak terantisipasi sejak dini melalui
pantauan program bimbingan dan konseling.
Selain
beberapa keunggulan diatas, full day school juga memiliki kelebihan yang
membuat para orangtua tidak khawatir terhadap keberadaan putra-putrinya, antara
lain: pengaruh negatif kegiatan anak di luar sekolah dapat dikurangi seminimal
mungkin karena waktu pendidikan anak di sekolah lebih lama, terencana dan
terarah, suami-istri yang keduanya harus bekerja tidak akan khawatir tentang
kualitas pendidikan dan kepribadian putra-putrinya karena anak-anaknya dididik
oleh tenaga pendidik yang terlatih dan profesional, adanya perpustakaan di
sekolah yang representatif dengan suasana nyaman dan enjoy sangat membantu
peningkatan prestasi belajar anak, siswa mendapatkan pelajaran dan bimbingan
ibadah praktis.
C. Latar Belakang
Munculnya Full day school
Munculnya
system pendidikan full day school di Indonesia diawali dengan
menjamurnya istilah sekolah unggulan sekitar tahun 1990-an, yang banyak
dipelopori oleh sekolah-sekolah swasta termasuk sekolah-sekolah yang berlabel
Islam. Dalam pengertian yang ideal, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus
pada kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas
proses pembelajaran bergantung pada system pembelajarannya. Namun faktanya
sekolah unggulan biasanya ditandai dengan biaya yang mahal, fasilitas yang
lengkap dan serba mewah, elit, lain daripada yang lain, serta tenaga-tenaga
pengajar yang “professional” walaupun keadaan ini sebenarnya tidak menjamin
kualitas pendidikan yang dihasilkan.
Term
unggulan ini yang kemudian dikembangkan oleh para pengelola di sekolah-sekolah
menjadi bentuk yang lebih beragam dan menjadi trade mark, diantaranya
adalah fullday school.
Program
fullday school yang biasanya diterapkan mulai pukul 06.45-15.00 WIB
membuat anak banyak menghabiskan waktunya dilingkungan sekolah bersama
teman-temannya. Selain waktu yang lebih banyak, biasanya sekolah dengan sistem
ini tidak terlepas dari biaya yang dikeluarkan perbulannya bagi setiap orang
tua yang memasukkan anaknya di sekolah fullday, karena biasanya sekolah yang
menerapkan fullday school biayanya jauh lebih mahaldari sekolah yang
masuk biasa. Hal tersebut disebabkan karena kualitas dan kuantitas yang
dimiliki sekolah dengan sistem fullday schooljauh lebih lengkap dan
lebih baik.
Meskipun
memiliki rentang waktu yang lebih panjang yaitu dari pagi sampai sore, sistem
ini masih bisa diterapkan di Indonesia dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang ada. Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa setiap jenjang pendidikan telah ditentukan
alokasi jam pelajarannya. Dalam fullday school ini waktu yang ada
tidaklah melulu dipakai untuk menerima materi pelajaran namun sebagaian
waktunya dipakai untuk pengayaan.
D. Faktor
Penunjang Full day school
Setiap
sistem pembelajaran tentu memiliki kelebihan (faktor penunjang) dan kelemahan
(faktor penghambat) dalam penerapannya, tak terkecuali sistem full day
school. Adapun faktor penunjang dari pelaksanaan sistem ini adalah setiap
sekolah memiliki tujuan yang ingin dicapai, tentunya pada tingkat kelembagaan.
Untuk menuju kearah tersebut, diperlukan berbagai kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Salah
satunya adalah sistem yang akan digunakan di dalam sebuah lembaga tersebut.
Diantara
faktor-faktor pendukung itu diantaranya adalah kurikulum. Pada dasarnya
kurikulum merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesuksesan
suatu pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang digunakan oleh sekolah.
Faktor pendukung berikutnya adalah manajemen pendidikan. Manajemen sangat
penting dalam suatu organisasi. Tanpa manajemen yang baik, maka sesuatu yang
akan kita gapai tidak akan pernah tercapau dengan baik karena kelembagaan akan
berjalan dengan baik, jika dikelola dengan baik.
Faktor
pendukung yang ketiga adalah sarana dan prasarana. Sarana pembelajaran
merupakan sesuatu yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar
setiap hari tetapi mempengaruhi kondisi belajar. Prasarana sangat berkaitan
dengan materi yang dibahas dan alat yang digunakan. Sekolah yang menerapkan full
day school, diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan
pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.
Faktor pendukung yang terakhir dan yang
paling penting dalam pendidikan dalam SDM. Dalm penerapan full day school,
guru dituntut untuk selalu memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus
memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang sekiranya tidak membuat
siswa bosan karena full day school adalah sekolah yang menuntut siswanya
seharian penuh berada di sekolah.
Faktor
lain yang signifikan untuk diperhatikan adalah masalah pendanaan. Dana
memainkan peran dalam pendidikan. Keuangan merupakan masalah yang cukup
mendasar di sekolah karena dana secara tidak langsung mempengaruhi kualitas
sekolah terutama yang berkaitan dengan sarana dan prasarana serta sumber
belajar yang lain.
E. Faktor
Penghambat Full day school
Faktor
penghambat merupakan hal yang niscaya dalam proses pendidikan, tidak terkecuali
pada penerapan full day school. Faktor yang menghambat penerapan sistem full
day school diantaranya :
Pertama, keterbatasan sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana merupakan bagian dari pendidikan yang vital untuk
menunjang keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan
sarana dan prasarana yang baik untuk dapat dapat mewujudkan keberhasilan
pendidikan. Banyak hambatan yang dihadapi sekolah dalam meningkatkan mutunya
karena keterbatasan sarana dan prasarananya. Keterbatasan sarana dan prasarana
dapat menghambat kemajuan sekolah.
Kedua, guru yang tidak profesional. Guru
merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar. Keberlangsungan
kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh profesionalitas guru. Akan
tetapi pada kenyataannya guru mengahadapi dua yang dapat menurunkan
profesionalitas guru. Pertama, berkaitan dengan faktor dari dalam diri guru,
meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, dan kerukunan kerja.
Kedua berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan denagan pekerjaan,
meliputi manajemen dan cara kerja yang baik, penghematan biaya dan ketepatan
waktu. Kedua faktor tersebut dapat menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah.
F.
Keunggulan dan Kelemahan Sistem Full
day school
Setiap
sistem tidak mungkin ada yang sempurna, tentu memiliki keunggulan dan
kekurangan termasuk sistem full day school. Diantara keunggulan sistem
ini adalah:
·
Anak anak akan mendapatkan metode
pembelajaran yang bervariasi dan lain daripada sekolah dengan program reguler.
·
Orang tua tidak akan takut anak akan
terkena pengaruh negatif karena untuk masuk ke sekolah tersebut biasanya
dilakukan tes (segala macam tes) untuk menyaring anak-anak dengan kriteria
khusus (IQ yang memadai, kepribadian yang baik dan motivasi belajar yang
tinggi)
·
Sistem Full day school
memiliki kuantitas waktu yang lebih panjang daripada sekolah biasa.
·
Guru
dituntut lebih aktif dalam mengolah suasana belajar agar siswa tidak cepat
bosan.
·
meningkatkan
gengsi orang tua yang memiliki orientasi terhadap hal-hal yang sifatnya
prestisius.
·
Orang
tua akan mempercayakan penuh anaknya ada sekolah saat ia berangkat ke kantor
hingga ia pulang dari kantor
·
Sedangkan
kelemahan dari sistem ini adalah:
·
Siswa
akan cepat bosan dengan lingkungan sekolah
·
Lebih
cepat stress
·
Mengurangi
bersosialisasi dengan tetangga dan keluarga
·
Kurangnya
waktu bermain
·
Anak-anak
akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang hidup bersama
keluarganya.
Muhadjir
Effendy selaku Mendikbud baru menggagas sistem belajar full day school untuk
tingkat SD dan SMP. Ide ini diterapkan dengan tujuan agar siswa mendapat
pendidikan karakter dan pengetahuan umum di sekolah. Sesuai dengan pesan dari
Presiden Jokowi bahwa kondisi ideal pendidikan di Indonesia adalah ketika dua
aspek pendidikan bagi siswa terpenuhi. Untuk jenjang SD, 80 persen pendidikan
karakter dan 20 persen untuk pengetahuan umum. Sedangkan SMP, bobot pendidikan
karakter adalah 60 persen dan 40 persen untuk pengetahuan umum. So far, gagasan
ini direspon baik oleh Jokowi maupun Jusuf Kalla.
Semakin
berkembangnya dunia, pendidikan saat ini mulai beramai-ramai meningkatkan
kualitas sumber daya siswa dengan berbagai cara. Hal ini berangkat dari
banyaknya “tuntutan” untuk menjadi manusia yang kaya ilmu serta diseimbangkan
dengan skill yang mumpuni. Salah satu strateginya adalah full day school.
Namun, konsep full day school ini
juga mengundang pro dan kontra dari berbagai pihak.
#1. Menurut mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini,
maksud dari full day school adalah pemberian jam tambahan. Namun, pada
jam tambahan ini siswa tidak akan dihadapkan dengan mata pelajaran yang
membosankan. Kegiatan yang dilakukan seusai jam belajar-mengajar di kelas
selesai adalah ekstrakurikuler (ekskul). Dari kegiatan ekskul ini, diharapkan
dapat melatih 18 karakter, beberapa di antaranya jujur, toleransi, displin,
hingga cinta tanah air. “Usai belajar
setengah hari, hendaknya para peserta didik (siswa) tidak langsung pulang ke
rumah, tetapi dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan dan
membentuk karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi mereka,” kata
Muhadjir. Dengan demikian, kemungkinan siswa ikut arus pergaulan negatif
akan sangat kecil karena berada di bawah pengawasan sekolah. Misalnya,
penyalahgunaan narkoba, tawuran, pergaulan bebas, dan sebagainya.
#2. Pertimbangan lainnya adalah faktor hubungan antara orangtua dan
anak. Biasanya siswa sudah bisa pulang pukul 1. Tidak dipungkiri, di daerah
perkotaan, umumnya para orangtua bekerja hingga pukul 5 sore. “Antara jam
1 sampai jam 5 kita nggak tahu siapa yang bertanggung jawab pada anak, karena
sekolah juga sudah melepas, sementara keluarga belum ada,” pungkas beliau
menambahkan. Kalau siswa tetap berada di sekolah, mereka bisa sambil
menyelesaikan tugas sekolah sampai orangtuanya menjemput sepulang kerja.
Setelahnya, siswa bisa pulang bersama orangtua, dan selanjutnya aman di bawah
pengawasan orangtua.
#3. Program ini dianggap dapat membantu guru untuk mendapatkan durasi
jam mengajar sebanyak 24 jam/minggu. Ini merupakan salah satu syarat untuk
lolos proses sertifikasi guru. “Guru yang mencari tambahan jam belajar di
sekolah nanti akan mendapatkan tambahan jam itu dari program ini,”
tambahnya.Kalau pada akhirnya diterapkan, dalam sepekan sekolah akan libur dua
hari, yakni Sabtu dan Minggu. Sehingga, ini akan memberikan kesempatan bagi
siswa bisa berkumpul lebih lama dengan keluarga. “Peran orangtua juga
tetap penting. Di hari Sabtu dapat menjadi waktu keluarga. Dengan begitu,
komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjaga dan ikatan emosional juga
tetap terjaga,” ujar Muhadjir.
Agar program ini dapat berjalan lancar harus didukung dengan
suasa lingkungan sekolah yang menyenangkan. Jadi, penerapannya adalah belajar
formal sampai setengah hari, selebihnya diisi kegiatan ekstrakurikuler. Namun,
rencana ini juga menuai berbagai respon, baik pro maupun kontra. Sebagian pihak
yang kurang setuju berargumen bahwa tingkat konsentrasi setiap anak
berbeda-beda. Bisa dikatakan, jenjang SD masih tergolong anak-anak yang
mudah bosan. Selain itu, jika dilihat dari segi fisik juga kurang baik untuk
kesehatan. Siswa masih butuh istirahat yang cukup di rumah agar konsentrasi
juga lebih maksimal. Lalu, dari segi sosial dan geografis, daerah pelosok
nampaknya belum cocok menjalankan full day school. Kebanyakan orangtua
siswa bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, buruh, dan sebagainya. Nah,
orangtua pun membutuhkan anaknya untuk membantu mereka menyelesaikan pekerjaan
sepulang sekolah. Misalnya bercocok tanam, menjahit, dan sebagainya. Membantu
ini juga merupakan bagian dari pembentukan karakter dan meningkatkan
kemampuan anak di rumah. Berbeda dengan orangtua di perkotaan yang sebagian
besar adalah pekerja kantoran. Kemungkinan jarang bertemu dan berinteraksi
dengan anak secara langsung akibat kesibukan sangat besar. Salah satu contohnya
adalah Purwakarta. Bupati setempat memiliki peraturan pendidikan berkarakter
yang telah diintegrasikan dengan peraturan Desa Berbudaya. Oleh karena itu,
pelajaran siswa di sekolah harus diaplikasikan oleh siswa di lingkungan tempat
tinggal masing-masing. Jika ada orangtua yang tidak mendorong anak mereka untuk
mengikuti peraturan ini, maka diberikan sanksi lho! Pemerintah daerah akan
mencabut subsidi kesehatan dan pendidikan mereka.
Kak Seto sebagai Ketua Dewan Pembina Komnas Anak turut
mengemukakan pendapatnya. “Saya mendukung rencana tersebut selama tidak
memasung hak anak, seperti hak bermain, hak beristirahat, dan hak berekreasi.
Sebab, pada prinsipnya, sekolah harus ramah anak demi yang terbaik buat
mereka,” ujar pria yang khas dengan tatanan rambut dan kacamatanya itu. Full
day school ini tidak bisa disamaratakan, lanjut Kak Seto. Di beberapa
sekolah yang telah menerapkan hal tersebut, banyak anak didik yang stres karena
cara pengemasannya tidak ramah.
Selain itu, banyak juga yang meresahkan kesejahteraan guru swasta di Indonesia. Gaji masih jauh di bawah upah minimum.
Bahkan karena hal tersebut, banyak yang bekerja sambilan demi memenuhi
kebutuhan hidup. Selain itu, juga mengejar jam pelajaran ke sekolah-sekolah
lain. Kalau full day school, otomatis guru juga ada di sekolah secara
penuh. Berarti, harus ada perhatian khusus juga nih terkait penggajian
untuk guru swasta.
Konsep ini juga bergantung pada sarana dan prasarana pendukung ya,
smart buddies. Seperti fasilitas sekolah dan regulasi lain yang bisa
jadi pengokoh. Coba bayangkan kamu harus berlama-lama di sekolah yang
fasilitasnya kurang memadai. Bukan karakter yang akan berkembang, namun jenuh
bahkan stres yang didapat. Kebijakan ini harus bertahap, serta melibatkan
seluruh pihak.
Sebelumnya, sudah ada beberapa negara yang menerapkan full
day school. Justru konsep ini diusung oleh negara-negara maju lho,
smart buddies! Ada Singapura, Korea Selatan, Cina, Jepang, Taiwan, Inggris,
Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, dan Jerman.
Melihat respon
masyarakat, Muhadjir menanggapi dengan positif. Justru hal ini membuktikan
bahwa masyarakat bersikap kritis. Hingga kini, ide full day school ini
masih dalam proses pengkajian. Juga, disosialisasikan di berbagai sekolah,
mulai pusat hingga ke daerah-daerah sambil melihat respon masyarakat. Sekali
lagi, ini baru gagasan yang dilemparkan ke masyarakat. Masukan dari masyarakat
juga akan menyempurnakan program pendidikan yang akan beliau canangkan. Jika
nanti ditemukan lebih banyak kelemahan, maka program ini tidak akan dijalankan.
Mungkin jika dikemas dengan tepat dan ramah anak, konsep ini dapat berjalan
dengan baik. Sarana menunjang, tenaga pendidik yang berkualitas dan sejahtera,
serta tidak menyamaratakan seluruh jenjang dan geografis. Kemudian, kemajuan
teknologi pendidikan pun dapat memaksimalkan fungsi untuk memajukan sekolah ke
depannya. Kombinasi antara fasilitas dan sistem pendidikan dapat menjalankan
peran dan fungsinya secara efektif. Dengan demikian, label full day
tidak sebatas pada namanya saja. Namun dibuktikan dengan proses pendidikan yang
dikelola sesuai tujuan dan amanah undang-undang.
BAB III
KESIMPULAN
Full
day school adalah
sekolah sepanjang hari atau proses belajar mengajar yang dilakukan mulai pukul
06.45-15.00. sehingga sekolah dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa,
disesuaikan dengan bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi.
Dari makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya
digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku,
menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru.
Sistem
pembelajaran full day school bukanlah hal yang baru. Sistem ini telah
lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem asrama atau pondok,
meskipun dalam bentuknya yang sangat sederhana.
Bahkan jika ditarik ke belakang, sistem asrama telah dipraktikkan sejak
masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam.
Dengan
sistem ini diharapkan anak didik memiliki produktifitas yang tinggi sehingga
mampu meminimalisir hal-hal negatif yang dimungkinkan dilakukan oleh anak
sebagai dampak dari pergaulannya dengan lingkungannya.
DAFTAR
PUSTAKA
blog.ruangguru.com/pro-dan-kontra-konsep-full-day-school-di-indonesia/
http://bangmakalah.blogspot.co.id/2016/10/kebijakan-full-day-school-dalam.html