BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu ragam berbicara yang
sering digunakan dalam penataran, peringatan, seminar, dan perayaan dari dahulu
sampai sekarang adalah pidato. Seorang peminpin, seorang ahli, seorang guru,
dan seorang siswa hendaknya berusaha memiliki keterampilan berbicara umumnya
dan memiliki kemampuan berpidato di hadapan khalayak khususnya karena bagaimana
pun pada suatu saat kita akan dituntut untuk berpidato. Pidato merupakan suatu
hal yang sangat penting baik waktu sekarang maupun pada waktu yang akan datang,
karena pidato merupakan penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau dari
gagasan pembicara kepada khalayak ramai. Seorang yang berpidato baik akan mampu
menyakinkan pendengarnya untuk menerima dan mematuhi pikiran, informasi,
gagasan, atau pesan yang disampaikan. Agar dapat berpidato dengan baik, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan sperti di bawah ini.
1.
Mempunyai
tekad dan keyakinan bahwa pembicara mampu menyakinkan orang lain.
2.
Memiliki
pengetahuan yang luas sehingga pembicara dapat menguasai materi dengan baik.
3.
Memiliki
pembendaharaan kata yang cukup sehingga pembicara mampu mengungkapkan pidato
dengan lancar dan menyakinkan; dan
4.
Melakukan
latihan yang intensif.
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui apa itu berpidato.
2.
Mengetahui apa tujuan pidato
3.
Mengetahui kriteria berpidato yang
baik
4.
Mengetahui bagaimana tata cara dan
etika berpidato
5.
Mengetahui bagaimana menulis naskah
berpidato
6.
Mengetahui bagaimana menyunting
naskah pidato
7. Mengetahui bagaimana menyempurnakan
naskah pidato berdasarkan suntingan
8. Mengetahui bagaimana sistematika
berpidato
9. Mengetahui bagaimana teknik
berpidato yang efektif
10. Mengetahui
bagaimana faktor penunjang keefektifan berpidato
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Berpidato
Berpidato merupakan salah satu wujud
kegiatan berbahasa lisan. Sebagai wujud berbahasa lisan, berpidato mementingkan
ekspresi gagasan dan penalaran dengan menggunakan bahasa lisan yang didukung
oleh aspek-aspek nonkebahasaan (ekspresi wajah, gesture, kontak pandang,dll.).
Dengan demikian berpidato adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan
dengan menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek
nonkebahasaan yang dapat mendukung keefisienan dan keefektifan pengungkapan
gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
Pidato ialah kegiatan berbahasa
lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228: 2009). Pidato adalah berucap
didepan umum untuk tujuan tertentu. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal 455 :
2005). Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi untuk
menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal yang
ditujukan untuk orang banyak. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang
memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting
dan patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa
indonesia. Pidato banyak jenisnya, di antaranya, pidato sambutan yang
disampaikan pada awal sebuah acara atau pidato kenegaraan yang disampaikan oleh
presiden. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi
orang-orang yang mendengar pidato tersebut.
Kemampuan berpidato atau berbicara
yang baik di depan umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karier yang baik.
Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar,
pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain
sebagainya. Dalam berpidato, penampilan, gaya bahasa, dan ekspresi kita
hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya diri menyampaikan isi dari
pidato kita, agar orang yang melihat pidato kita pun tertarik dan terpengaruh
oleh pidato yang kita sampaikan. Pidato adalah semacam cara penyampaian
gagasan, ide-ide, tujuan, pikiran serta informasi dari pihak pembicara kepada
banyak orang (audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai
the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk/mempengaruhi orang lain.
Berpidato sangat erat hubungannya dengan retorika (rhetorica), yaitu seni
menggunakan bahasa dengan efektif.
B. Tujuan
Pidato
1.
Adapun tujuan pidato secara umum
adalah :
1.
Informatif, yaitu bertujuan untuk
memberikan laporan, informasi, pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk
orang lain / pendengar.
2.
Persuasif dan instruktif, bertujuan
untuk mempengaruhi, mendorong, meyakinkan dan mengajak pendengar untuk
melakukan sesuatu hal dengan suka rela.
3.
Edukatif, yaitu berupaya untuk
menekankan pada aspek-aspek pendidikan.
4.
Entertain, bertujuan memberikan
penyegaran kepada pendengar dan membuat pendengar itu senang dan puas dengan
pidato yang disampaikan.
C.
Kriteria
Berpidato yang Baik
Pidato yang baik ditandai oleh
kriteria (a) isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung, (b) isinya
menggugah dan bermanfaat bagi pendengar, (c) isinya tidak menimbulkan
pertentangan sara, (d) isinya jelas, (e) isinya benar dan objektif, (f) bahasa
yang digunakan mudah dipahami pendengarnya, dan (g) disampaikan secara santun,
rendah hati, dan bersahabat.
Seseorang harus menguasai unsur
kebahasaan secara baik dan juga unsur nonkebahasaan, misalnya keberanian,
ketenangan, kesanggupan melakukan reaksi yang cepat dan tepat, kesanggupan
menyampaikan gagasan atau ide secara lancar dan teratur, dan kesanggupan
memperlihatkan sikap dan gerak-gerik yang tidak canggung.
Menurut Gorys Keraf, ada tujuh
langkah yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pidato yang baik.
1.
Menentukan topik dan tujuan
2.
Menganalisis pendengar dan situasi
3.
Memilih dan menyimpitkan topik
4.
Mengumpulkan bahan
5.
Membuat kerangka uraian
6.
Menguraikan secara mendetail
7.
Melatih dengan suara nyaring
Ketujuh langkah tersebut diperingkas
menjadi tiga langkah, yaitu menelitih masalah (1, 2, dan 3), menyusun uraian
(4, 5, dan 6), dan mengadakan latihan (7).
D. Tata
Cara dan Etika Berpidato
Tata cara berpidato merujuk kepada langkah-langkah dan
uraian untuk memula, mengembangkan, dan mengakhiri pidato. Etika
berpidato merujuk kepada nilai-nilai kepatutan yang perlu diperhtikan dan
dijunjung ketika berpidato.
Langkah-langkah dan uruttan berpidato secara umum diawali
dengan pembukaa, sajian isi, dan penutup.
1.
Pembukaan biasanya berisi sapaan
kepada pihak-pihak yang diundang atau yang hadir dalam suatu acara. Beberapa
cara yang dapat digunakan seorang pembicara untuk membuka pidatonya: (a) Dengan
memperkenalkan diri. (b) Membuka pidato dengan humor. (c) Membuka pidato dengan
pendahuluan secara umum.
2.
Sajian isi merupakan hasil
penjabaran gagasan pokok, sajian isi perlu di rinci sesuai dengan waktu yang
disediakan. Pada bagian ini pokok pembahasan ditampilkan dengan terlebih dahulu
mengemukakan latar belakang permasalahannya.Pokok pembicaraan dikemukakan
sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan kepentingan para
audience.
3.
Pembahasan. Bagian ini merupakan
kesatuan, yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang dikemukakan
pada bagian isi. Pada bagian ini biasanya berisi berbagai hal tentang
penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung, ilustrasi, angka-angka
dan perbandingan, kontras-kontras, bagan- bagan, model, dan humor yang relevan.
4.
Penutup pidato berisi penegasan
kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan dalam sajian isi, harapan, dan
ucapan terima kasih atas partisipasi semua pihak dalam acara sedang
berlangsung. Penutup pidato ini terdiri atas bagian simpulan dan harapan-
harapan. a) Simpulan. Sebuah teks pidato yang baik harus memuat sebuah
kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat disampaikan langsung oleh orang yang
berpidato (tersurat), dapat juga pendengar menafsirkannya sendiri (tersirat).
Jika berpidato di hadapan anak-anak, umumnya simpulan disampaikan secara
langsung sebagai penekanan isi pidato. b) Harapan-harapan. Dalam sebuah teks
pidato, harapan-harapan dari orang yang berpidato pun sangat penting.
Harapan-harapan ini berisi dampak positif yang diharapkan terjadi pada
pendengar pidato setelah mendengarkan pidato yang disampaikan. e. Salam
penutup. Biasanya salam penutup ini dibarengi dengan ucapan terima kasih,
permohonan maaf, dan ditutup dengan salam penutup.
Menurut
ada tidaknya persiapan sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan ada
empat macam metode pidato:
1.
Impromtu (serta merta) yaitu
membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan
wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak terduga dan banyak menggunakan
teknik serta merta. Keuntungan dari metode ini komunikasi pembicara dengan
pendengar lebih baik dan tidak memerlukan banyak waktu untuk menghafal.
2.
Ekstemporan yaitu teknik
berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara lengkap. Maksud
dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus disiapkan garis-graris
besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk
disampaikan. Keuntungannya: komunikasi pendengar akan berkurang karena
pembicara beralih kepada usaha untuk mengingat kata-kata yang akan disampaikan
dan gerak serta isyarat dapat diintegrasikan dengan uraian. Kerugiannya:
kata-kata yang akan digunakan dapat dipilih dengan sebaik-baiknya dan pembuatan
naskah membutuhkan waktu lebih lama.
3.
Memoriter merupakan metode pidato
dengan menulis pesan atau gagasan yang akan disampaikan dan kemudian
menghafalkannya kata demi kata. Kerugiannya:
a.
Pembicara tidak dapat melihat
pendengar dengan baik, karena harus fokus juga kepada naskah pidatonya.
b.
Komunikasi pendengar akan berkurang
karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka.
c.
Kefasihan terhambat karena kesukaran
memilih kata-kata.
Sedangkan keuntunganya:
a.
Tidak ngawur atau asal-asalan.
b.
Kefasihan dalam berbicara dapat
dicapai.
c.
Pernyataan yang disampaikan dapat
dihemat.
d.
Kata-kata yang digunakan dapat
dipilih dengan sebaik-baiknya.
e.
Manuskrip dapat diperbanyak.
Nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam berpidato yaitu
janganlah menyinggung perasaan orang lain tetapi sebaliknya berupa menghargai
dan membangun optimisme bagi pendengarnya, keterbukaan, kejujuran, empati, dan
persahabatn perlu diusahakan dalam berpidato.
Adapun tata krama dalam berpidato diantarnya:
1.
Jika berpidato di hadapan umum,
hendaknya memperhatikan tiga hal berikut ini:
a.
berpakaian dengan rapi dan bersih,
tetapi, tidak bergayapamer dengan memakai perhiasan atau pakaian yang
berlebihan.
b.
menggunakan kata-kata sopan dan
jangan memperlihatkan keangkuhan, kesombongan, atau, kepongahan, tetapi dengan
rendah hati.
c.
jika pidato panjang, agar tidak
membosankan pendengar hendaknya diselingi humor, namun humor itu harus sopan.
2.
Jika berpidato di hadapan wanita
atau sebagian besar wanita dan yang berpidato pria, perhatikanlah kata-kata
yang digunakan, hendaknya jangan sampai menyinggung perasaan.
3.
Bila berpidato di hadapan
orang-orang terkemuka, hendaknya mempersiapkan diri dengan sempurna; dengan
demikian keyakinan kita akan tumbuh; selain itu kita tidak perlu merasa rendah
diri.
4.
Jika berpidato di hadapan sesama
golongan, kita harus terbuka dan terus terang dan dapat agak santai, namun
jangan melupakan tata krama.
5.
Jika yang mendengarkan pidato kita
itu pelajar atau mahasiswa, kita harus mampu menyakinkan mereka argumentasi
yang logis.
6.
Jika berpidato di hadapan pemeluk
suatu agama, kita harus menjaga jangan sampai ada satu ucapan pun yang
menyinggung martabat suatu agama.
7.
Jika yang mendengarkan pidato kita
itu masyarakat desa, gunakanlah kata-kata atau kalimat yang sederhana sehingga
pidato kita itu mudah dimengerti.
E.
Menulis
Naskah Berpidato
Menulis naskah pidato perlu dilakukan apabila kegiatan
pidato yang akan dilakukan memang dipersiapkan sebelumnya. Akan tetapi, apabila
kegiatan berpidato itu dilakukan secara spontan tentu tidak perlu menulis
naskah pidato sebelum kegiatan pidato dilakukan. Menulis naskah pidato
hakikatnya dalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tertulis yang siap
dilisankan melalui kegiatan berpidato. Pilihan kosa kata dan kalimat-kalimat
serta paragraf dalam menulis naskah pidato sesungguhnya tidak jauh berbeda
apabila dibandingkan dengan kegiatan menulis untuk menghasilkan naskah lain.
Situasi resmi atau kurang resmi akan menentukan pilihan kosa kata dalam menulis
naskah pidato. Dengan demikian, sekalipun naskah pidato itu merupakan bahan
tulis yang akan dilisankan, sehingga konteks kelisanan perlu diperhatikan.
F.
Menyunting naskah pidato
Isi,
bahasa, dan penalaran dalam naskah pidato menjadi sasaran penyuntingan. Isinya
dicermati kembali apakah telah sesuai dengan tujuan pidato, calon pendengar,
dan kegiatan yang digelar. Selain itu, isinya juga dipastikan apakah benar,
representatif, dan mengandung informasi yang relevan dengan konteks pidato.
Penyuntingan terhadap bahasa diarahkan pada pilihan kosa kata, kalimat, dan
penyusunan paragraf. Ketepatan pilihan kosa kata, kalimat, dan satuan-satuan
gagasan dalam paragraf menjadi perhatian utama dalam kegiatan penyuntingan ini.
Sedangkan penalaran dalam naskah pidato juga disunting untuk memastikan apakah
isi dalam naskah pidato telah dikembangkan dengan menggunakan penalaran yang
tepat, misalnya dengan pola induktif, deduktif, dan campuran.
G.
Menyempurnakan naskah pidato berdasarkan suntingan
Menyempurnakan
naskah pidato setelah disunting, baik oleh penulis sendiri maupun orang lain,
perlu dilakukan. Penyempurnaan itu diarahkan kepada aspek isi, bahasa, dan
penalaran. Penyempurnaan aspek bahasa dilakukan dengan mengamati kosa
kata yang lebih tepat dan menyempurnakan kalimat dengan memperbaiki struktur
dan gagasannya. Sementara itu penyempurnaan paragraf dilakukan dengan
memperbaiki koherensi dan kohesi peragraf. Untuk itu, penambahan kalimat,
penyempurnaan kalimatatau penghilangan kalimat perlu dilakuka.
H.
Sistematika berpidato
Secara garis besar sistematika
berpidato adalah seperti berikut ini.
1.
Mengucapkan
salam pembuka dan menyapa hadirin;
2.
Menyampaikan
pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam ucapan terima kasih, atau ungkapan
kegembiraan atau rasa syukur;
3.
Menyampaikan
isi pidato yang diucapkan dengan jelas dengan menggunakan bahasa indonesia yang
baik dan benar dan dengan gaya bahasa yang menarik;
4.
Menyampaikan
kesimpulan dari isi pidato supaya mudah diingat oleh pendengar;
5.
Menyampaikan
harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk melaksanakan isi
pidato; dan
6.
Menyampaikan
salam penutup.
I.
Teknik
Berpidato Yang Efektif
Pidato dapat disampaikan dalam dua
cara, yakni pidato tanpa teks dan pidato dengan membacakan teks. Pidato tanpa
teks disebut juga dengan pidato ekstemporan. Pidato ini dilakukan dengan cara
menuliskan pokok-pokok pikirannya. Kemudian ia menyampaikannya dengan
kata-katanya sendiri. Ia menggunakan catatan itu untuk mengingatkannya tentang
urutan dan ide-ide penting yang hendak disampaikan, metode ekstemporan dianggap
paling baik, karena itu pidato Inilah yang sering digunakan oleh banyak
pembicara. Pidato dengan membacakan teks disebut juga pidato naskah.
Dalam hal ini juru pidato membacakan
pidato yang telah dipersiapkannya terlebih dahulu. Pidato dengan membacakan
teks, akan terkesan kaku apabila kita tidak pandai-pandai dalam
menyampaikannya. Apalagi bila kegiatan tersebut tanpa disertai dengan ekspresi,
intonasi suara,dan kesiapan mental yang memadai, pidato yang kita sampaikan
betul-betul tidak menarik.
Efektivitas pidato dipengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya pelafalan, intonasi, nada, dan sikap berpidato.
1.
Lafal adalah ucapan bunyi-bunyi
bahasa. Setiap bahasa cenderung mempunyai karakteristik bunyi tertentu, oleh
karena itu ketika berpidato dalam bahasa Indonesia pembicara harus menggunakan
lafal baku yang dimiliki oleh bahasa Indonesia.
2.
Intonasi mempunyai dua fungsi pokok:
Pertama, intonasi menentukan makna kalimat yang kita ucapkan, dengan intonasi
yang berbeda, klausa sama dapat menjadi kalimat berita, tanya, atau perintah
hanya karena perbedaan intonasi kalimat. Berdiri dengan rileks, jangan tegang
atau kaku. Kedua, intonasi dapat mempengaruhi daya persuasi pidato. Dengan
penggunaan intonasi yang tepat pembawa pidato dapat membujuk, mempengaruhi atau
meyakinkan pendengarnya. Oleh karena itu daya tarik pidato juga sangat
ditentukan ketetapan penggunaan intonasinya.
3.
Nada adalah tinggi atau rendahnya
suara ketika berpidato. Kualitas nada biasanya ditentukan oleh cepat atau
lambatnya pita suara bergetar, jika pita suara bergetar cepat maka nada yang
dihasilkan akan tinggi, tetapi jika pita suara bergetar lambat, nada yang
dihasilkan adalah rendah. Dalam proses berpidato nada mempunyai fungsi yang
cukup penting, walaupun dalam bahasa Indonesia nada tidak bersifat distingtif,
tatapi penggunaannya dapat mempengaruhi daya tarik dan efektifitas pidato.
Untuk itu penggunaan nada tertentu dalam pidato tidak bisa sewenang- wenang,
penggunaannya didasari oleh kesadaran akan fungsinya di dalam mengefektifkan
proses penyampaian dan pemahaman pidato. Pidato yang efektif biasanya
menggunakan nada yang bervariasi.Variasi nada ini sejalan dengan beragam
kalimat yang digunakan dalam pidato itu, ketika isi pidato mengajak seseorang
untuk bangkit dari keterpurukan, maka nada tinggi lebih tepat untuk digunakan.
Namun manakala beralih kepada duka cita, maka nada tinggi bukanlah pilihan yang
tepat. Dengan kata lain penggunaan nada yang tinggi atau rendah sangat
ditentukan oleh isi kalimat yang dituturkan serta harus sesuai dengan keadaan.
4.
Sikap merupakan unsur non bahasa,
tetapi sangat mempengaruhi efektifitas pidato, sikap merupakan suatu bentuk
evaluasi atau reaksi seseorang terhadap diri dan lingkungannya. Berikut ini
beberapa bentuk sikap yang baik dilakukan pada saat berpidato :
a.
Sopan.
b.
Menghargai pendengar dan menciptakan
rasa bersahabat.
c.
Pandangan harus tertuju kepada
seluruh pendengar.
d.
Hindarkan gerakan yang dapat
mengganggu konsentrasi pendengar.
e.
Ciptakan rasa humor yang sehat.
f. Gunakan mimik dan gerakan tubuh secara wajar.
J.
Faktor penunjang keefektifan berpidato
Ada empat hal yang perlu
diperhatikan agar pidatonya sukses.
1.
Pembicara
dituntut seseorang yang bermoral. Jika pembicara bermoral tidak baik dan
diketahui oleh pendengar, maka pendengar akan mencemooh.
2.
Pembicara
hendaknya sehat jasmani dan rohani sehingga penampilannya dapat bersemangat,
gagah, dan simpatik. Jangan sekali-kali menunjukkan fisik yang lemah dihadapan
khalayak.
3.
Sarana
yang diperlukan hendaknya cukup menunjang, misalnya publikasi; jika pidato
disampaikan di hadapan massa, pengeras suara yang memadai, waktu, dan tempat
harus sesuai.
4.
Jika
berpidato di hadapan massa, harus diperhatikan; volume suara, tingkat
pengetahuan massa, keadaan sosial, kebiasaan, adat istiadat, dan agama, waktu
berbicara tidak begitu lama, pembicara harus sabar dan menyesuaikan gaya dengan
massa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pidato merupakan kegiatan berbicara atau berorasi untuk
menyatakan pendapat di depan umum.Adapun tujuan dalam berpidato ialah untuk
memberi pemahaman dan informasi kepada orang lain, serta fungsinya untuk
mempermudah komunikasi. Dalam praktiknya pidato disampaikan oleh seseorang
pimpinan pada khalayak ramai. Dalam berpidato ada tata caranya mulai diawali
dengan pembukaan, penyampaian isi dan penutup serta bagaimana kita bersikap dan
berbicara yang baik di muka umum.Metode yang dapat kita gunakan untuk berpidato
diantaranya Impromptu (serta merta), Manuskrip, Memoriter dan Ekstemporan.
1.
Berpidato merupakan kegiatan
menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta
memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan yang dapat mendukung keefisienan dan
keefektifan pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara
tertentu.
2.
Pidato yang baik ditandai oleh
kriteria tujuh hal, yaitu:
a)
isinya
sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung,
b)
isinya
menggugah dan bermanfaat bagi pendengar,
c)
isinya
tidak menimbulkan pertentangan sara,
d)
isinya
jelas,
e)
isinya
benar dan objektif,
f)
bahasa
yang digunakan mudah dipahami pendengarnya, dan
g)
disampaikan
secara santun, rendah hati, dan bersahabat.
3.
Menurut Gorys Keraf, ada tujuh
langkah yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pidato yang baik.
a.
Menentukan
topik dan tujuan.
b.
Menganalisis
pendengar dan situasi.
c.
Memilih
dan menyimpitkan topik.
d.
Mengumpulkan
bahan.
e.
Membuat
kerangka uraian.
f.
Menguraikan
secara mendetail.
g.
Melatih
dengan suara nyaring.
4.
Menulis naskah pidato hakikatnya
adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tertulis yang siap dilisankan
melalui kegiatan berpidato.
B.
Saran
Diharapkan setelah mempelajari dan
memahami makalah ini, kami dapat mengetahui cara berpidato yang baik, dan kami
sebagai siswa dapat mengembangkan kemampuan berpidato serta diharapkan tampilan
mahasiwa dalam berpidato benar-benar menunjukkan kualitas sebagai insan yang
terpelajar.
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT,
telah memberikan karunia dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “PIDATO” ini.
Shalawat dan salam ke pangkuan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman yg penuh ilmu pengetahuan seperti yg
kita rasakan sa’at ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Guru pembimbing, dan
rekan kelompok yang telah rela bekerja keras agar makalah sederhana ini dapat
selesai.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya,
mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Parigi, 29
Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI