BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Tempe merupakan
salah satu makanan yang sering di konsumsi oleh masyarakat. Tempe merupakan
salah satu produk olahan berbasis bioteknologi. Bioteknologi merupakan bidang
ilmu yang vital dan berhubungan dengan tekhnologi pertanian. Metode ini
sebenarnya telah di lakukan sejak jaman dahulu, tetapi hal ini belum
disadari oleh masyarakat umum. Dengan
proses yang sederhana namun dapat menghasilkan produk yang berkualitas gizi
cukup baik.
B.
Tujuan
Makalah
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional, serta dengan
tujuan agar pembaca dapat mengerti tentang gizi yang terkandung dalam kedelai
setelah diolah menjadi tempe, serta pembaca dapat mengerti cara pembuatan tempe
kedelai dengan proses yang baik dan benar.
Tidak lupa juga
agar para pembaca mengerti tentang cara mendirikan pabrik rumahan sendiri,
karena ditengah sulitnya perekonomian saat ini menuntut semua orang untuk
meciptakan lapangan pekerjaan sendiri bukan hanya bergantung dari pekerjaan
yang diberikan orang lain kepada kita. Karena sesungguhnya tiap masing-masing
individu mempunyai keahlian atau kreatifitas yang bisa digali dan dikembangkan,
bila faham dan mengerti caranya dengan baik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat
Usaha
Dengan melihat
perkembangan zaman yang semakin maju sekarang ini kebutuhan manusia akan gizi
semakin meningkat setiap manusia membutuhkan makanan yang bergizi untuk
menjamin , kesehatanya.
Kesempatan bagi saya untuk
memproduksi makanan yang mengandung gizi yang baik ,saya yakin usaha saya akan
berhasil dan menguntungkan.
B.
Proses
Produksi (Cara Pembuatan) Dengan Cara Sederhana
Cara sederhana adalah cara
pembuatan tempe yang biasa dilakukan oleh para pengrajin tempedi Indonesia.
o
Pertama-tama kedelai ditimbang, atau biasanya per karung berisi kedelai
seberat 50 kg. kemudian biji kedelai dilakukan proses sortasi (untuk memilih
kedelai yang baik dan bersih) lalu dicuci sampai bersih, kemudian direbus yang
waktu perebusannya berbeda-beda tergantung dari banyaknya kedelai dan biasanya
berkisar antara 1-3 jam samapai biji kedelai benar-benar matang.
o
Kedelai yang telah direbus tadi kemudian ditiriskan untuk mengurangi
kadar air rebusan tadi pada biji kedelai. Setelah itu biji kedeali yang sudah
ditiriskan direndam semalam atau berkisar 12-14 jam. Setelah perendaman, kulit
kedelai dikupas. Terdapat dua cara dalam pemisahan kulit dan pemecahan biji
kedelai agar menjadi dua bagian, yaitu dengan cara dinjak-injak (tradisional)
dengan kaki yang sudah di sterilkan, atau cara kedua dengan cara modern, yaitu
dengan menggunakan mesin giling khusus untuk biji kedelai dalam proses
pembuatan tempe. Dan detelah itu biji kedelai dicuci sampai bersih dengan
perbandingan pada 1 keranjang dicuci dengan air sebanyak 9 ember.
·
Untuk tahap selanjutnya
kedelai dapat direbus atau dikukus lagi selama 45-60 menit, tetapi pada umumnya
perebusan yang kedua ini jarang dilakukan oleh para pengrajin tempe. Setelah
proses perebusan kedua atau pencucian, biji kedelai ditiriskan kembali hinggna
kadar air dalam biji kedelai benar-benar berkurang. Kedelai setelah di
dinginkan/ditiriskan diberi larutan tempe (ragi khusus tempe), dicampur rata
dengan perbandingan 50 kg kedelai menggunakan 2 sendok makan ragi khusus tempe.
C.
Cara
Baru
Pada prinsipnya
cara pembuatan tempe dengan cara baru sama dengan cara yang lama atau
tradisional dan perbedaannya adalah terletak pada tahap pengupasan kulit
kedelai. Dimana pada cara lama (tradisional) kedelai direbus dan direndam
bersama kulitnya atau masih utuh sedangkan pada cara yang baru sebelumnya
kedelai telah dikupas kulitnya (kupas kering) dengan menggunakan alat
pengupasan kedelai. Tahap-tahap selanjutnya sama dengan cara tradisional.
Tempe yang dibuat dengan cara baru
warnanya (warna kedelai) lebih pucat bila dibandingkan dengan cara lama.ahal
ini disebabkan –karena pada cara baru kedelai direbus dan direndam dalam
keadaan sudah terkupas kulitnya sehingga ada zat-zat yang larut.
Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
§ Oksigen
Oksigen
dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang. Aliran udara yang terlalu cepat
menyebabkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas
yang dapat merusak pertumbuhan kapang. Oleh karena itu apabila digunakan
kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong
tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang
lainnya sekitar 2 cm.
§ Uap
air
Uap
air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan
karena setiap jenis kapang mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
§ Suhu
Kapang
tempe dapat digolongkan kedalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat
tumbuh baik pada suhu ruang (25-27°C). Oleh karena itu, maka pada waktu
pemeraman, suhu ruangan tempat pemeraman perlu diperhatikan.
D.
Proses
Packing (Pengepakan)
Setelah dari
proses penirisan tersebut, biji kedelai kemudian dibungkus. Budi (pemilik),
menghasilkan 3 jenis harga tempe dengan ukuran tempe yang berbeda-beda.
Pertama, dengan harga konsumen 500 rupiah untuk tempe berukuran 9x12 cm. Kedua,
dengan harga konsumen 1,000 rupiah untuk tempe berukuran 9x17 cm. dan ketiga,
dengan harga konsumen 2,000 rupiah untuk tempe berukuran 11x20 cm.
Setelah melalui proses packing,
dilakukan pemeraman terhadap produk selama 36-48 jam dalam tempat yang biasa
disebut “kere”, proses pemeraman dilakukan agar dihasilkan tempe yang
berkualitass baik. Setelah proses pemeraman, tempe diangin-anginkan atau di
sebar dilantai sementara untuk menghindari kebusukan. Setelah proses
pengangin-anginan, kemudian tempe siap untuk dipasarkan.
E.
Distribusi
Barang Hasil Produksi (Tempe)
Di
samping memproduksi suatu barang, kita juaga harus memperhatikan tahap-tahap
setelah produksi. Sebagai produsen kita harus memiliki suatu cara untuk mengatasi
berbagai kemungkinan yang akan timbul setelah memproduksi suatu barang atau
jasa.
Ada
berbagai banyak cara yang biasa seorang produsen lakukan untuk mendistribusikan
barang hasil olahanya. Sama halnya dengan tempe, tempe adalah barang hasil
produksi yang tidak await (tidak tahan lama). Setelah tahap produksi paling
lama tempe hanya bias bertahan seama 2-3 hari jika tidad dimasukan kedalam
temat pending. Sekalipun di tempat pendinginan tempe hanya bias bertahan selama
kurang lebih 8-10 hari saja. Sudah seharusnya seorang produseen tempe harus
memiliki tatik tersendiri untuk menyalurkan tempe ini. Saya sebagai produsen
akan melakukan bebrapa cara untuk bias menyaurkan tempe hasil olahan saya.
Cara-cara itupun
seperti :
o Menghubungi
orang-orang seperti penjual sayur keliling dan sejenisnya. Kenapa ? selain
berjualan sayur juga mereka menjual bahan makanan sejenisnya seperti tahu,
tempe dan sebagainya. orang-orang seperti ini merupakan konsumen yang bias
membeli tempe kita dengan cara paket atau dalam jumlah yang banyak dalam sekali
pembelian. Bagi mereka membeli temped an akan di jual kembali itu akan dapat
menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Jika mareka membi dari pabrik lansung
maka mereka akan bias menjualnya kembali dengan harga sedikit bertambah.
o Mendistribusikan
tempe hasil produksi kita kepada orang-orang yang sering berjualan di
pasar-pasar. Sama halnya dengan para penjual sayur di atas orang-orang ini juga embeli tempe
secara paket (dalam jumlah yang banyak).
o Mancari
konsumen tetap. Artinya konsumen tetap yaitu orang-orang yang membeli tempe
setiap hari. Contohnya seperti di rumah-rumah makan. Mereka membutuhkan makanan
tempe sebagi pelengkap menu di rumah makan.
o Untuk
cara saya yang terakhir yaitu mendistribusikan tempe dengan turun tangan secara
lansung atau memuar mdal secara lansung. Caranya yaitu saya akan membeli
beberapa unit sepeda motor kemudian saya akan mempekerjakan bebrapa orang
sebagai penjual tempe saya dengan cara membawa tempe dengan keranjang di atas
sepeda motor sambil berkeliling. Hal ini bias mmbuat pelanggan tidak usah
susua-susah lagi berbelnja keperluan tempe di pasar.
a)
Pemasaran (Marketing)
Tempe
budi memasarkan produk nya pada skala local, yaitu meliputi pasar-pasar yang
ada disekitar, seperti : pasar way kandis, pasar perumnas way hui, pasar jati
mulyo, juga melalui agen-agen yang telah bekerja sama dalam proses pemasaran
melalui metode keliling (motoris).
Tempe
budi memiliki tiga jenis ukuran dan harga tempe, yaitu :
· Harga
konsumen sebesar 1000 rupiah untuk tempe berukuran 9x12cm, dengan harga agen
sebesar 1.200 rupiah atau dengan keuntungan sebesar 200 rupiah/pc atau bungkus.
· Harga
konsumen sebesar 1,000 rupiah untuk tempe berukuran 9x17cm, dengan harga agen
sebesar 750 rupiah atau dengan keuntungan sebesar 250 rupiah/pc bungkus.
· Harga
konsumen sebesar 2,000 rupiah untuk tempe berukuran 11x20cm, dengan harga agen
sebesar 1,500 rupiah atau dengan keuntungan sebesar 500 rupiah/pc bungkus.
b)
Ringkasan Tentang
Produk (Tempe Kedelai)
Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak
yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak
tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah
negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat.
Teknik pembuatan tempe ini telah
dikerjakan masyarakat Indonesia khususnya bermula dari masyarakat Jawa selama
beberapa abad yang lalu dengan prosedur
pembuatannya masih sangat sederhana. Berbagai bahan dasar yang dapat digunakan
dalam pembuatan tempe, tetapi yang paling populer dan paling banyak
dipergunakan adalah tempe berbahan dasar kedelai.
Untuk memperoleh tempe yang berkualitas
baik, maka kedelai yang digunakan juga harus yang berkualitas baik dan tidak
tercampur dengan biji-bijian yang lain, seperti jagung, kacang hijau dan
biji-bijian lainnya. Selain itu, prosedur pengolahan harus dilakukan dengan
cermat. Proses pembuatan tempe pada dasarnya adalah proses menumbuhkan spora
jamur tempe, yaitu Rhizopus sp., pada biji kedelai.
Dalam
pertumbuhannya, Rhizopus sp. membentuk benang-benang yang disebut sebagai
benang hifa. Benang-benang hifa ini mengikatkan biji kedalai yang satu dengan
biji kedelai lainnya, sehingga biji-biji kedelai ini membentuk suatu massa yang
kompak. Massa kedelai inilah yang
selanjutnya disebut sebagai tempe.
Selama masa pertumbuhannya, jamur
Rhizopus sp. juga menghasilkan enzim yang dapat menguraikan protein yang
terdapat dalam biji kedelai, sehingga protein-protein dalam biji kedelai ini
mudah dicernakan. Selama masa pertumbuhan jamur Rhizopus sp. Selain Rhizopus,
diperkirakan banyak jenis mkiroorganisme lain yang mungkin turut campur, tetapi
tidak menunjukkan aktifitas yang nyata.
Namun demikian, aktifitas yang nyata
dari mikroorganisme yang mungkin turut campur ini akan terlihat setelah
aktifitas pertumbuhan Rhizopus sp. melampaui masa optimumnya, yakni setelah
terbentuknya spora-spora baru yang berwarna putih-kehitaman. Hal ini dapat
diketahui, terutama padatempe yang dibiarkan atau disimpan dalam suhu kamar,
yaitu dengan terciumnya bau amoniak. Adanya bau amoniak pada tempe menunjukkan
bahwa tempe tersebut mulai mengalami pembusukan. Bau amoniak ini masih terasa
sekalipun tempe telah dimasak, sehingga dapat menurunkan cita rasa konsumen.
Oleh karena itu, agar diperoleh tempe
yang berkualitas baik dan tahan agak lama, maka selama proses pembuatan tempe
perlu diperhatikan mengenai sanitasi dan kemurnian bibit (inokulum) yang akan
digunakan.
Lokasi
produksi sangat menguntungkan karena terdapat di dekat jalan raya serta sangat
strategis.
c) Sarana
& prasarana produksi
v Tanah
v Bangunan
/ tempat produksi
v Alat
hitung / kalkulator
v Meja
dan kursi
v Gudang
Penyimpanan Hasil Produksi
F.
Laporan
Keuangan
Nama
Barang
|
Jumlah
|
Harga
|
Baskom
|
60
|
600.000
|
Saringan
|
30
|
120.000
|
Kipas
Angin
|
15
|
1.500.000
|
Sotel
Kayu
|
55
|
150.000
|
Tampah
|
85
|
120.000
|
Dandang
|
20
|
450.000
|
Kompor
|
15
|
3.450.000
|
Total
|
|
6.270.000
|
d) Bahan
untuk produksi
§ Kacang
Kedelai................................
Rp.2.450.000
§ Ragi
tempe.........................................
Rp.730.000
§ Daun
pisang/kantong plastik............
Rp.350.000
e) ASPEK
KEUANGAN
1) Modal
persiapan
Modal
usaha untuk biaya pembuatan tempe ini di peroleh dari beberapa suber modal
antara lain :
Ø
Modal sendiri
.....................................
RP. 45.200.000
Ø
Modal bantuan yang di
harapkan ...... Rp. 7.000.000
Ø
Sisa Modal Lain
................................
Rp. 500.000
Rp.
51.700.000
2) Biaya
investasi atau oprasional
Biaya
investasi atau jumlah uang yang di butuhkan dalam produksi
Ø Pembelian
Lahan .............................
Rp. 34.000.000
Ø Pembelin Alat Dan Bahan ............... Rp. 10.000.000
Ø Gaji .................................................... Rp.
5.000.000
Ø Transportasi ....................................... Rp.
600.000
Ø Listrik ................................................ Rp.
600.000
Ø Lain-lain............................................. Rp.
1.500.000
Rp.
51.700.000
3)
Proyeksi keuntungan yang di peroleh setelah beberapa
bulan tanpa ada biaya yg dikeluarkan untuk pembelian lahan dan alat produksi
yang jangka waktu pemakaiannya dapat bertahan lama diperkirakan akan
menghaslkan keuntungan sebagi berikut :
Ø
Penjualan Tempe .........
Rp. 57.000.000
Ø
Biaya oprasional .......... Rp.
3.500.000
Ø
Gaji
.............................. Rp.
10.000.000
Ø
Jumlah ......................... Rp. 43.500.000
v Pengambilan
modal usaha
Lain-Lain ................... Rp. 500.000
Laba Bersih ............... Rp. 43.000.000
Lain-Lain ................... Rp. 500.000
Laba Bersih ............... Rp. 43.000.000
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian dari makalai ini, dapat disimpulkan bahwa pabrik rumahan atau usaha
sendiri sangatlah menunjang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, serta
dapat pula menciptakan manusia yang kreatif, cerdas, dan berusaha untuk maju,
dan juga dapat memberikan masukan kepada pembaca untuk dapat sekiranya
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Bukan hanya bergantung dari pekerjaan
yang disediakan saja, namun dapat berfikir luas untuk berwirausaha dan dapat
membuka lapangan pekerjaan baru.
DAFTAR PUSTAKA
https://tukangeetik.blogspot.com/2017/12