Senin, 06 November 2017

ANALISIS BURUNG RANGKONG



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
1.2.  Perumusan Masalah
1.3.  Tujuan Penulisan
1.4.  Identifikasi Masalah
1.5.  Alasan Memilih Judul
1.6.  Metode dan Teknik Penelitian
1.7.  Pembatasan Masalah
BAB II BURUNG RANGKONG
2.1. Burung Rangkong
2.2. Cara Hidup Burung Rangkong
2.3. Cara Berkembang Biak Burung Rangkong
2.4. Jenis – Jenis Burung Rangkong
2.5. Penyebaran Burung Rangkong
        2.5.1. Penyebaran Burung Rangkong Di Indonesia
2.6. Keistimewaan – Keistimewaan Burung Rangkong
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Burung Rangkong merupakan salah satu hewan yang termasuk kedalam kelas aves (Burung). Untuk mengkaji bahwa suatu hewan merupakan anggota aves adalah dari bulu yang dimilikinya. Tidak ada makhluk lain yang berbulu kecuali unggas, yakni kelas aves ini. Semua burung mempunyai bulu dan semua vertebrata berbulu adalah burung. Ciri lain dari hewan termasuk ke dalam kelas aves adalah dapat terbang. Meskipun demikian, Kasuari dan Pinguin tetap memiliki sayap seperti rekan – rekannya yang dapat terbang.
Semua jenis aves struktur tubuhnya sama, sehingga kita membedakan jenis aves dari warna bulu, bentuk paruh dan kaki. Tubuh aves rata – rata langsing supaya tidak berat saat terbang. Tulang – tulangnya berongga untuk mengurangi tubuh ini, seperti tidak adanya gigi diganti dengan empedal di rongga perit. Gigi di hilangkan untuk mengurangi berat dikepala. Kelenjar kelamin betina juga hanya satu dan baru akan membesar jika akan menghasilkan telur. Penutup tubuh berupa bulu juga untuk memperingan berat dan meghangatkan tubuh yang relatif kecil.
Jantung aves memiliki empat kamar, dua serambi dan dua bilik dengan sekat antar kamar sudah sempurna. Karena itu burung berdarah panas, artinya suhu tidak terpengaruh oleh perubahan suhu lingkungan. Jadi aves ini memiliki suhu tubuh yang tetap. Dengan demikian burung dapat aktif dalam segala cuaca.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya tulis yang berjudul “Analisis Burung Rangkong (Bucerotidae) Pada Museum Biologi UGM Yogyakarta”.
1.2.  Perumusan Masalah
Agar penelitian yang dilaksanakan penulis jelas, bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan diatas, permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini dapat dirumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut :
1.      Apakah burung Rangkong itu ?
2.      Bagaimanakah cara hidup Burung Rangkong ?
1.3.  Tujuan Penelitian
1.      Ingin mengetahui cara hidup Burung Rangkong
2.      Untuk mengetahui jenis – jenis Burung Rangkong
3.      Untuk mengetahui penyebaran Burung Rangkong
4.      Untuk mengetahui perkembangbiakan Burung Rangkong
1.4.    Identifikasi Masalah
1.      Bagaimanakah cara hidup Burung Rangkong
2.      Bagaimanakah cara berkembang biak Burung Rangkong
3.      Apa sajakah jenis – jenis burung rangkong
4.      Dimana saja penyebaran burung Rangkong
1.5.    Alasan Pemilihan Judul
Dalam pemilihan judul, penyusun mempunyai beberapa alasan yaitu sebagai beikut :
1.      Agar penyusun mempunyai pengetahuan yang lebih banyak mengenai cara hidup dan berkembang biaknya burung rangkong
2.      Agar mempermudah mencari informasi tentang burung rangkong
3.      agar masyarakat dapat mengenal baik burung rangkong, baik cara hidup, berkembang biak, penyebaran dan klasifikasi.
Itulah beberapa alasan pemilihan judul mengenai burung rangkong

1.6.    Metode dan Teknik Penelitian
Metode yang digunakan penulis adalah menggunakan metode :
1.6.1.      Literatur
Dengan cara mencari buku – buku sumber yang sesuai dengan masalah yang akan dibahas oleh penulis dan mencari dari media elektronik.
1.6.2.   Observasi
Dengan cara mengamati langsung terhadap burung rangkong. Observasi dilaksanakan pada saat study lapangan berlokasi di Museum Biologi UGM Yogyakarta.
1.7.    Pembatasan Masalah
Sesuai dengan judul mengenai burung rangkong, maka pembatasan masalah ini akan berkisar pada pengkajian perkembangbiakan, penyebaran dan jenis – jenis burung rangkong












BAB II
BURUNG RANGKONG

2.1.    Burung Rangkong
Burung dari dunia lama dari famili Bucerotidae yang masih kerabat dekat dengan hupo. Ada 2 subfamili, yakni : Bucoracinae, yang terutama mencakup 2 spesies rangkong darat Afrika (Bocorus) yang hidup di tanah, dan rangkong pohon (Bucerotinae) yang terdiri lebih dariu 40 spesies yang hidup terutama di pepohonan.
Rangkong memiliki ciri khas berupa paruh yang besar dan melengkung ke bawah dengan ketopong tanduk besar diatasnya yang menyebabkan mereka bisa dinamakan burung paruh tanduk. Baik paruh maupun ketopongnya dapat besar sekali dan mencapai ukuran yang terbesar pada yang jantan dari rangkong helm hitam (ceratogymna atrata) dari Afrika Barat, rangkong besar (buceros bicornis) dari semenanjung malaya, Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Burung ini tampak seperti berbeban berat dan limbun, meskipun ketopongnya sangat ringan karena terdiri dari kelopak rangkap dari tanduk tipis. Kekecualian terhadap hal ini adalah rangkong gading (rinhoplax vigil) dari semenanjung Malaya, Sumatera dan Kalimantan. Ia memiliki ketopong kokoh seperti gading, yang dari luar berwarna merah dan dari dalam berwarna keemasan. Setelah ketopong ini diolah dan dikerjakan orang, maka sebutannya menjadi “gading rangkong”. Di zaman dahulu orang China memberikan nilai lebih tinggi terhadap “gading” itu, ketimbang batu giok atau gading gajah.
Banyak diantara burung yang memiliki bercak-bercak sulah pada leher dan disekitar matanya. Warna yang paling banyak terdapat ialah biru, merah. Kuning dan warna – warna itupun bisa berbeda antara yang jantan dan betina. Rangkong helm hitam dan rangkong helm kuning (ceratogymna elata), keduanya dari Afrika Barat, memiliki gelambir leher berwarna biru abu – abu cerah.
Satu lagi keistimewaan pada burung ini ialah bulu matanya yang keiting, panjang, tebal dan hitam, yang sangat serupa dengan bulu mata palsu wanita. Kebanyakan spesies juga memiliki mahkota bulu rambut yang sangat menonjol. Bulunya berlopa mencolok dalam warna hitam atau cokelat dengan putih. Pada umumnya yang jantan dan betina serupa, meskipun seringkali ketopong pada yang jantan lebih besar dan berwarna lebih cemerlang.
Ukuran tubuh rangkong sangat berbeda besarnya yaitu antara 38 – 130 cm. Kebanyakan spesies memiliki tulang kering agak besar, dan telapak kaki lebar dengan 3 jari mengarah kedepan dan yang sebagian tumbuh bersambungan.
Kedua rangkong darat Afrika memiliki tungkai yang terpanjang dan tergemuk, tampaknya suatu penyesuaian terhadap kebiasaan mereka hidup di tanah. Spesies yang besar terbangnya lamban dan sulit, yang terdiri berupa kepakan sayap disusul terbang meluncur. Spesies yang besar mencolok karena suara berisik keras yang ditimbulkan sayapnya. Bunyi itu disebabkan atau setidaknya diperkuat, oleh ketunaan akan bulu yang menutupi.
2.2.    Cara Hidup Burung Rangkong
Barangkali burung rangkong jantan tidak mampu untuk mencari pangan yang cukup baik bagi betina maupun bagi anaknya, jika anak itu sudah separuh usia tumbuh. Pada banyak spesies lainnya misalnya pada rangkong – pipi – perak (Bycanistes brevis) , si betina tetap tinggal di sarang sampai anaknya memiliki bulu. Spesies ini memberi makan anak-anaknya dengan buah-buahan dan yang jantan tampaknya mampu memberi cukup pangan bagi betina dan anak-anaknya sekaligus. Masa beroleh bulu pada spesies Bycanistes berlangsung lebih lama dibanding pada spesies Tocker. Hal ini ada kaitannya dengan kenyataan bahwa buah-buahan bagi anak yang sedang tumbuh merupakan jenis pangan yang kurang gizinya dibanding dengan serangga.
Kehadiran si betina yang cukup lama dalam sarang bukan tidak membawa persoalan bagi kebersihan isi sarang. Masalah ini dipecahkan si betina dengan menyemburkan kotorannya keluar sarang melaui celah dinding sekuat tenaga. Biji buah-buahan pun dibuangnya keluar. Sementara mengerami telur, sibetina berganti bulu. Lazimnya, tetapi tidak selalu, secara menyeluruh, hingga kehilangan kemampuannya untuk terbang. Hanya rangkong – darat – Afrika saja yang mengikuti kebiasaan normal untuk berganti bulu sesudah mengeram.
Makanan rangkong beraneka ragam, kebanyakan spesies makan buah-buahan, dan juga setiap hewan yang dapat ditangkapnya. Bahkan burung kecil dan kelelawar merupakan pangan yang digemarinya dan hewan berbisa merupakan sebagian pangan utama dari sejumlah rangkong Asia.
Saat tidak berproduksi, rangkong dapat berkelana mencari makanan rata-rata 10.5 km perhari, bahkan ada yang mencapai jarak 30 km. daerah jelajahnya juga bervariasi antara 39.8 sampai 55.8 km. saat itu pula, rangkong ‘melaksanakan’ tugasnyasebagai penyebar benih.
Biji dari buah yang dimakan rangkong tidak hancur. Hal itu memungkinkan biji dapat disebarkan cukup jauh dari induknya. Jika rangkong sudah mulai mengepakan sayapnya, lalu meluncur menyusuri hutan, maka biji dari buah yang dimakannya akan disebarkan cukup jauh dari induknya, sehingga regenerasi dan reforestasi hutan dapat berjalan secara alamiah. Jadi, tentunya sudah kewajiban kita untuk menjaga kelestariannya dan fungsinya di alam.

2.3.    Perkembang biakan Burung Rangkong
Perkembang biakan burung rangkong bisa dilihat dari perilaku mengeram rangkong bahkan lebih janggal dibandingkan dengan bentuk lahiriahnya. Sebab pada semua spesies , kecuali yang hidup di tanah yang betina di kurung dalam ruang selama masa mengeram, dengan dinding dari bahan liat dan disuapi yang jantan, mungkin sebagai pengamanan terhadap hewan pemangsa.
Dinding yang menutupi lubang liang yang menuju ke ruang sarang, biasanya ditutup oleh si betina dengan kotorannya sendiri, yang pertama kali mirip zat pelekat, kemudian menjadi keras setelah terkena angin. Pada beberapa spesies , yang jantan ikut membantu menyediakan bahan bangunan berupa bulatan tanah liat bercampur ludahnya sendiri. Apabila dinding itu telah rampung, maka tertinggalah sedikit celah tersisa, yang cukup lebar untuk memberikan pangan yang diperlukan betina.
Pada rangkong van der decken (Tockus Deckeni) dan barang kali juga pada spesies tockus lainnya, si induk meloloskan diri dari sarang kurungnya apabila anaknya telah berumur 2-3 minggu dan sudah setengah usai pertumbuhannya, untuk membantu yang jantan menyuapi anaknya. Sangat ajaib, bahwa anak burung itu lalu menambal kembali dinding yang berlubang perginya induk anak burung yang jumlahnya 2-4 ekor itu, diberi makanan serangga, yang dibawakan orangtuanya, satu atau dua sekaligus.






2.5.  Penyebaran Burung Rangkong
Rangkong tersebar hampir diseluruh kawasan tropis lama dunia lama; 25 spesies terdapat di Afrika meskipun tidak satupun terdapat di Madagaskar, 20 spesies selebihnya terdapat diseluruh Asia Tenggara ,ulai dari India melalui Burma, Thailand, Indocina, semenanjung malaya, Indonesia sampai Filipina, dan Papua Nugini, tetapi tidak melalui hutan hujan sampai padang rumput dengan pepohonan yang tersebar.
Kehadiran beberapa batang pohon mutlak diperlukan, karena meskipun ada kalanya mereka juga menggunakan liang-liang dalam batu karang untuk bersarang.
2.5.1. Penyebaran Burung Rangkong
No
Nama Ilmiah
Nama Inggris
Nama Indonesia
Daerah Penyebaran
Status
1
Rhinoplax vigil = Buceros vigil
Hemeted hornbill
Enggang raja
S.K
I
2
Anthracoceros albirostis
Asian piet hornbill
Kengkareng perut putih
J.S
II
3
Rhyticeros cassidix
Knobbed hornbill
Julang sulawesi
Sul
II
4
Rhityceros undultus
Wreathed hornbill
Julang jambul cokelat
J.K.S
II
5
Rhyticeros corrugatus
Wrinkled hornbill
Julang jambul hitam
S.K
II
6
R. everitii
Sumba hornbill
Julang sumba
NT (Sumba)
II
7
R. plicatus
Blytis hornbill
Julang irian
Maluku, Irian
II
8
Annorhinus galeritus
Bush created hornbill
Kengkareng ekor abu
S.K
II
9
Penelopides exharalus
Sulawesi hornbill
Julang kecil  sulawesi
Sul
II
10
Berericornis cornatus
White croowned hornbill
Enggang jambul putih
S.K
II
11
R. subruficolis
Plain pouched hornbill
Enggang sumatera
S
I
12
Anthracoceros malayanus
Black hornbill
Kengkareng hitam
S.K
II
13
Buceros rhinoceros
Rhinoceros hornbill
Rangkong badak
J.S.K
II
14
B. bicornis
Great hornbill
Rangkong papan
S
I

Keterangan :
I     :   Spesies mendekati kepunahan, pemanfaatan spesies perlu perlakuan internasional yang ketat : spesies langka, pemanfataan spesies perlu perlakuan internasional ketatnya.
S    : Sumatera
K   : Kalimantan
J     : Jambi
Sul : Sulawesi
2.6.    Keistimewaan Burung Rangkong
Rangkong bukan main terampilnya dalam menangani benda-benda dengan pertolongan paruhnya. Dikombinasi dengan panjang paruhnya keterampilan itu sangat penting untuk membuat hewan berbisa kecil tidak berdaya. Uar, lipan dan ketonggeng ditangkap dengan ujung paruhnya, lalu seluruh panjang tubuh mangsanya di cengkram dan diremas-remas bagian demi bagian. Apabila remasan paruhnya itu sampai kebagian ujung akhir, apakah itu kepala ataukah ekor, maka suatu gigitan keras diberikan sebagai hadiah tambahan. Proses ini diulangi berkali-kali tergantung besar tidaknya atau keras tidaknya mangsa itu. Perilaku itu bertujuan agar bagian yang berbahaya pada mangsa itu kepala ular atau ujung ekor ketonggeng hancur luluh sama sekali. Rangkong badak jinak, yang beterbangan lepas, rangkong emas (aceros undulatus) dan rangkong hitam (Anthracoceros malayanus) memperlakukan benda panjang yang lenur seperti misalnya seutas tali, dengan cara yang sama, dan menghabiskan banyak waktu dengan bermain – main dengan ranting., kayu dan daun – daunan. Mereka melempar-lemparkan bendas-benda itu ke udara. Menangkapnya lagi, lalu mengulanginya lagi. ‘permainan’ semacam ini seringkali terlihat pada spesies yang hidup di alam liar dan mungkin dapat dianggap sebagai latihan.
Rangkong adalah burung yang hiruk pikuk dan mencolok karena mereka mendengarkan segala bunyi siulan, kotekan, eraman dan auman. Sering pula burung ini membentuk kelompok dan pada sejumlah spesies diketahui pula luar musim mengeram, mereka menempati tempat peristirahatan yang dapat digunakan untuk tidur. Tampaknya hanya terbatas pada spesies pemakan buah saja. Dari lingkungan yang sangat luas, burung ini berdatangan ke tempat peristirahatan untuk tidur semalam,lalu esok terbang kembali menuju ke tempat – tempat buah – buahan.
Rangkong dimanapun beradanya, memainkan peranan besar dalam mitologi dan takhayul. Dua spesies yang dalam ihwal seperti tersebut agak penting adalah rangkong paha putih (bycanistes albotibialis) dari Afrika Barat dan rangkong badak dari Kalimantan. Di kawasan ini, daging burung tersebut sering dimakan, dan bulunya dinilai berharga sebagai hiasan rambut dan hiasan lain. Di Sudan, para pemburu menempatkan kepala Rangkong di atas kepala mereka apabila mereka sedang merayap untuk menyergap hewan liar, dengan keyakinan bahwa burung yang begitu tinggi kewaspadaannya akan membuat buruan itu merasa tenang.

















BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
Burung Rangkong , tidak semua orang pernah melihat secara langsung baik di alam maupun di kebun binatang. Jenis burung ini sangat unik dan memiliki keindahan yang tidak dapat dijelaskan dengan hanya melihat gambar. Burung Rangkong termasuk hewan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang Liar No.226 tahun 1931, UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang dipertegas dengan SK Menteri Kehutanan No.301/kpts-II/1991 tentang Inventarisasi Satwa yang dilindungi UU dan No.882/kpts-II/1992 tentang penetapan Tambahan Beberapa jenis satwa yang dilindungi UU.
Sebenarnya burung rangkong adalah burung yang pasif dan suka sembunyi. Bagi orang-orang yang tidak pernah melihatnya, burung ini dicirikan oleh ukuran tubuh yang besar, kurang kebih dua kali ayam kampung dan memiliki paruh yang sangat besar. Dari kejauhan , burung ini dapat dikenali melalui suara yang keras serta beberapa jenis memiliki warna tubuh yang mencolok, merupakan burung yang sangat jarang dijumpai. Kelompok burung Rangkong (Bucerotidae) mempunyai paruh besar dab kokoh tetapi ringan serta bersifar arboreal. Umumnya burung jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dari burung betina. Jenis kelamin rangkong yang telah dewasa dapat diketahui berdasarkan perbedaan warna balung atau cula, warna sayap, paruh dan mata.
Kelompok burung rangkong mempunyai ukuran panjang total antara 381-1600 mm. bulu berwarna coklat, hitam, putih atau hitam dan putih. Paruh berwarna merah atau kuning, sangat besar dan melengkung dan sebagian besar burung ini mempunyai cula. Kulit dan bulu disekitar tenggorokan berwarna terang. Sayap kuat, ekor panjang, kaki endek, jari – jari kai besar dan S indaktil (Departemen Kehutanan, 1993)
Tentunya akan menjadi pertanyaan bagi kita, apa peranan burung ini bagi ekosistem ? hasil penelitian menunjukan bahwa satwa ini merupakan pemakan buah dan sangat menggemari buah Ara (Fiqus sp.) dimana buah ini merupakan pohon kunci bagi kelestarian satwa liar. Kelompok burung rangkong (Bucerotidae) yang tergolong satwa pemakan buah, berperan dalam penyebaran biji di hutan. Biji-biji tersebar melalui kotorannya karena sistem pencernaan rangkong tidak merusak biji buah. Selain itu, pergerakan rangkong keluar dari pohon penghasil buah membantu menyebarkan biji da meregenerassi hutan secara ilmiah.

3.2.    Saran
Sehubungan dengan kelemahan teori yang dikemukakan, maka penulis meyarankan supaya pembaca dapat mempelajari lebih dalam tentang Burung Rangkong ini, sehingga dapat lebih dimengerti dan dipahami maksud dari teori tersebut.





MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM

  MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Eko...