Analisis Interpretasi Lirik Lagu
"Ayam Den Lapeh"
(Lagu Daerah Sumatra Barat)
A. Pengertian
Kesenian terdiri dari berbagai macam
bentuk diantaranya adalah seni musik, seni tari, seni drama/teater, seni rupa
dan lain sebagainya. Semua bentuk kesenian tersebut dalam pengungkapannya
mempunyai gaya, spesifikasi ,dan karakteristik masing-masing bentuk seni.
Pengetahuan seni musik tidak hanya terbatas pada teknik atau cara penyajian
instrument musik kepada masyarakat penikmat, akan tetapi ruang jelajah seni
musik itu sendiri dalam wujud seni sangatlah universal.
Musik mengungkapkan berbagai macam
ide, gagasan yang diangkat dari sebuah peristiwa sosial, alam dan situasi
tertentu. Kesemuanya itu perlu adanya olahan perasaan dan inteligensi yang
cermat sehingga pembuatan ataupun pemahaman terhadap seni musik tersebut dapat
mencapai tingkat yang sempurna. Salah satu usaha untuk meningkatkan pengetahuan
tentang seni musik diperlukan analisis lirik/syair dan analisis musik serta
analisis hubungan antara musik, lirik/syair dengan sistem sosial ataupun budaya
masyarakat yang berkembang pada saat seni musik itu diciptakan.
Pada pembahasan ini dititik beratkan kepada karya seni musik yang berbentuk sebuah lagu dengan judul “Ayam Den Lapeh” ciptaan Abdoel Hamid tahun 1952 yang dipopulerkan oleh Elly Kasim denga musik pengiring Gumarang Grup dipimpin oleh Asbon Madjid. Lagu ini merupakan salah satu lagu daerah Sumatera Barat yang sampai sekarang ini masih lekat di hati masyarakat baik Sumatera Barat (Minangkabau), Indonesia, Asia Tenggara, dan bahkan terkenal sampai ke dunia internasional. Hal inilah yang menjadi pertanyaan, kenapa lagu yang sudah begitu lama masih dikenal masyarakat sampai sekarang, dibanding dengan lagu-lagu masa sekarang hanya dikenal masyarakat dalam waktu yang tidak begitu lama (satu atau dua tahun).
Pada pembahasan ini dititik beratkan kepada karya seni musik yang berbentuk sebuah lagu dengan judul “Ayam Den Lapeh” ciptaan Abdoel Hamid tahun 1952 yang dipopulerkan oleh Elly Kasim denga musik pengiring Gumarang Grup dipimpin oleh Asbon Madjid. Lagu ini merupakan salah satu lagu daerah Sumatera Barat yang sampai sekarang ini masih lekat di hati masyarakat baik Sumatera Barat (Minangkabau), Indonesia, Asia Tenggara, dan bahkan terkenal sampai ke dunia internasional. Hal inilah yang menjadi pertanyaan, kenapa lagu yang sudah begitu lama masih dikenal masyarakat sampai sekarang, dibanding dengan lagu-lagu masa sekarang hanya dikenal masyarakat dalam waktu yang tidak begitu lama (satu atau dua tahun).
Dengan adanya permasalahan di atas,
maka untuk mengetahui penyebab kebertahanlamaan lagu Ayam Den Lapeh dikaji dari
segi kekuatan lirik/syair lagunya.
Sebuah lagu merupakan manifestasi dari pikiran dan perasaan pencipta lagu dalam memunculkan tata nilai yang dihayati sebagai filosofi kehidupannya. Tata nilai tersebut sejalan dengan pesan atau maksud yang terdapat pada isi lirik lagu tersebut. Dan untuk mengetahui maksud dari sebuah lagu akan lebih mudah dipahamai melalui unsur lirik lagu, yang menggambarkan karakteristik atau ciri khas yang dimiliki lagu
Sebuah lagu merupakan manifestasi dari pikiran dan perasaan pencipta lagu dalam memunculkan tata nilai yang dihayati sebagai filosofi kehidupannya. Tata nilai tersebut sejalan dengan pesan atau maksud yang terdapat pada isi lirik lagu tersebut. Dan untuk mengetahui maksud dari sebuah lagu akan lebih mudah dipahamai melalui unsur lirik lagu, yang menggambarkan karakteristik atau ciri khas yang dimiliki lagu
B. Analisis Interpretasi Lirik Lagu Ayam Den Lapeh
Lirik merupakan salah satu unsur
sastra seperti yang dikemukakan oleh M. Atar Semi (1988:106); Lirik ialah puisi
yang sangat pendek yang mengungkapkan emosi. Lirik juga dapat diartikan sebagai
puisi yang dinyanyikan, karena ia disusun dalam susunan sederhana dan
mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Dan pada bagian lain dikemukakan
oleh Miller (t.t.:91) melalui Brahmantyo; Secara jelas perbedaan yang paling
besar antara medium instrument dan medium vocal adalah kemampuan vocal untuk
menyampaikan ide melalui kata-kata. Teks atau syair memiliki hubungan yang
rapat di dalam komposisi vocal. Kualitas bahasa membawa pengaruh yang berarti
atas bunyi vocal.
Selanjutnya akan dilakukan analisis
lirik lagu Ayan Den Lapeh ciptaan Abdoel Hamid (1952), yaitu lirik lagu Ayam
Den Lapeh yang asli sebelum mengalami perubahan, yang meliputi unsur
musikalitas lirik, isi lirik dan suasana yang dihadirkan oleh lirik lagu
tersebut sebagai berikut:
1.
Analisis Musikalitas Lirik
Lirik
yang terdapat pada sebuah lagu karya seni musik sama halnya dengan tatanan
ataupun unsur-unsur yang ada pada Bahasa dan Sastra Indonesia, seperti di dalam
seni musik dikenal dengan bunyi, nada, not, irama, motif, frase, kalimat musik
dan lagu secara keseluruhan. Dengan kata lain untuk memperindah sebuah karya
sastra diperlukan dinamika dan tempo yang akan mewarnai karya-karya tersebut.
Hal itu dapat kita lihat pada tabel perbandingan Seni Musik dan Bahasa
Indonesia di bawah ini:
1.
Seni Musik
Nada/Not
Motif
Frase
Kalimat Musik
Motif
Frase
Kalimat Musik
Lagu
Secara Keseluruhan
2.
Bahasa Indonesia
Huruf
Kata
Frase
Kalimat
Karya Sastra
Kata
Frase
Kalimat
Karya Sastra
Jamalus
(1992:103)
Unsur seni musik diantaranya adalah bunyi yang sudah teratur
(not/nada), sedangkan unsur bunyi pada lirik lagu Ayam Den Lapeh dapat dilihat
dari segi bentuk lirik lagu yang tergolong kepada puisi-sajak dengan beberapa
cara, diantaranya adalah dengan menentukan rima atau sajak akhir. Secara
sederhana rima berarti persamaan bunyi. Menurut Slamet Muljana (t.t) dalam
Pradopo (1987:167) mengemukakan rima atau sajak adalah pola estetika bahasa
berdasarkan ulangan suara yang diusahakan dengan kesadaran. Sedangkan irama
secara sederhana dikemukakan oleh Doreski (1988:167) dapat diartikan sebagai
pengulangan bagian bunyi secara teratur, atau irama adalah pengulangan bunyi
yang ditekan atau tidak ditekankan. Sebuah lagu terdiri dari beberapa kalimat
musik dengan jumlah yang bermacam-macam seperti juga kalimat-kalimat pada
puisi/sajak. Hal ini juga dipertegas oleh ciri-ciri sajak yang lebih bersifat
satuan irama, satuan bunyi. Kedua hal ini akan memberikan keindahan atau
estetika dalam sebuah karya musik atau sastra.
Lirik lagu Ayam Den Lapeh terdiri dari empat bait seperti
tertulis di bawah ini:
Ayam Den Lapeh
Ciptaan: Abdoel Hamid (1952)
Luruihlah jalan Payokumbuah
Batimba jalan Batang Kapeh
Harilah patang tangan den kumuah
Ayam den lapeh oi...oi ayam den lapeh
Tuwek tabali tunjang hilang
Gigilah habih rawan murah
Awaklah tuo gadih musim
Lah malang denai, oi... oi... lah malang denai
Siku capang siku capeh
Saikua tabang saikua lapeh
Tu dikaja iko lah lapeh
Lah abu dingin
Siku Capang siku capeh
Saikua Tabang ka baringin
Tu dikaja iko lah lapeh
Malapeh hawo
Oi... oi... ayam den lapeh Oi... oi... ayam den lapeh
Ayam den lapeh oi...oi ayam den lapeh
Tuwek tabali tunjang hilang
Gigilah habih rawan murah
Awaklah tuo gadih musim
Lah malang denai, oi... oi... lah malang denai
Siku capang siku capeh
Saikua tabang saikua lapeh
Tu dikaja iko lah lapeh
Lah abu dingin
Siku Capang siku capeh
Saikua Tabang ka baringin
Tu dikaja iko lah lapeh
Malapeh hawo
Oi... oi... ayam den lapeh Oi... oi... ayam den lapeh
a) Bait Pertama
Pada bait pertama lagu Ayam Den Lapeh mempunyai huruf akhir h-h-h-h atau dapat dikatakan bahwa liril lagu pada bait pertama memakai pola rima atau sajak A-A-A-A. Dan pada baris ke empat terjadi pengulangan bunyi, yaitu Oi... oi... ayam den lapeh, Oi... oi... ayam den lapeh. Hai ini dikemukakan pencipta sebagai penegasan maksud.
b) Bait Kedua
Pada bait kedua mempunyai huruf akhir g-h-m-i. Dengan demikian pola rima atau sajak akhir yang digunakan adalah pola A-B-C-D. Pada baris ke empat juga dilakukan penguatan seperti yang dilakukan pada baris ke empat bait pertama dengan maksud yang sama yaitu untuk memberikan penguatan terhadai makna pantun.
c) Bait
Ketiga
Bait ke tiga lagu Ayam Den Lapeh mempunyai pola huruf akhir
pada setiap baris/kalimat lagu, yaitu h-n-h-n. Berdasarkan hal tersebut maka
pada bait ke tiga lagu Ayam Den Lapeh menggunakan pola rima A-B-A-B (sama
dengan pola rima bait pertama). Tetapi yang membedakannya dengan bait pertama
adalah pada bait ke tiga tidak digunakan pengulangan bunyi/kalimat.
d) Bait
Keempat
Bait terakhir lagu Ayam Den Lapeh menggunakan pola huruf
akhir h-n-h-o, dengan kata lain mempunyai pola rima/sajak akhir A-B-A-C. Dan
dilakukan penguatan ataupun penegasan maksud pantun yang ditandai dengan
pengulangan kalimat lagu.
Kalau diperhatikan hasil analisis pola rima/sajak di atas,
dapat disimpulkan bahwa lirik lagu Ayam Den Lapeh menggunakan pola rima/sajak
yang tidak teratur dan secara keseluruhan lirik lagu tersebut dapat digolongkan
ke dalam bentuk sanjak atau sajak. Jakob Sumarjo (dalam Nil Ikhsan 1992:48)
mengemukakan tentang pengertian atau batasan sanjak/sajak, yaitu sanjak dan
sajak lebih menekankan pada bentuk, bunyi ditekankan pada huruf terakhir di
setiap kalimat, mempunyai kesamaan bunyi pada huruf yang terakhir dan
berpasangan seperti pada bunyi pantun, ada yang bebas dari persamaan bunyi asal
ada irama dan sebagainya, maka bentuk ini disebut dengan sajak.
2. Analisis
Isi Lirik
Lagu merupakan penuangan ide, gagasan pencipta lagu ke dalam
bentuk karya musik/lagu dan dilengkapi dengan lirik yang membantu para
penikmatnya untuk mengetahui maksud apa yang akan dituangkan oleh pencipta lagu
tersebut. William Blake (t.t) dalam Guntur Tarigan (1984), menyatakan bahwa
penyair/pencipta lagu adalah orang yang dapat melihat masa kini, masa lalu, dan
masa depan dengan imajinasinya yang kuat. Dan diperkuat lagi oleh Pradopo
(1987:7 dalam Hasanudin WS 2002:34) bahwa sajak dibentuk oleh beberapa unsur,
antara lain emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, susunan kata-kata,
kata-kata kiasan dan kepadatan. Semua itu terungkap dalam unsur bahasa.
Pada analisis isi lirik lagu Ayam Den Lapeh hanya betitik tolak kepada maksud ataupun permasalahan yang disampaikan pencipta lagu lewat karya sastra yang terlahir ke dalam setiap bait-bait pantun lagu.
Pada analisis isi lirik lagu Ayam Den Lapeh hanya betitik tolak kepada maksud ataupun permasalahan yang disampaikan pencipta lagu lewat karya sastra yang terlahir ke dalam setiap bait-bait pantun lagu.
a) Bait Pertama
Sanjak/sajak terdiri dari dua bagian, pertama: bagian
sampiran, yang berisikan kiasan, kedua: bagian isi, yang menyatakan maksud
ataupun makna sajak tersebut. Maksud yang ingin disampaikan oleh pencipta pada
bait pertama ini adalah sindiran kepada kekasihnya yang diibaratkan atau
diumpamakan dengan kata ”ayam”. Alasan pencipta memakai kata tersebut adalah
sebentuk pelampiasan kekecewaan hati pencipta yang mengakibatkan pencipta
tersebut menggunakan kata-kata kasar. Kata sindiran ”ayam” merupakan kata-kata
kasar, yang maksudnya adalah mengibaratkan seorang perempuan yang suka
berganti-ganti pasangan.
Pada bagian isi pantun yang terdapat pada bait pertama dinyatakan harilah patang tangan den kumuah dan oi... oi... ayam den lapeh, oi... oi... ayam den lapeh, maksudnya bahwa usaha yang dilakukan dengan melewati berbagai macam tantangan dan dalam waktu yang lama ternyata tidak membawa hasil seperti yang diharapkan atau dengan kata lain hanya pekerjaan yang sia-sia saja). Dan pada kalimat akhir dilakukan lagi penegasan dengan pengulangan kalimat, dan hal ini juga menyatakan kekecewaan yang mendalam yang dialami pencipta.
Pada bagian isi pantun yang terdapat pada bait pertama dinyatakan harilah patang tangan den kumuah dan oi... oi... ayam den lapeh, oi... oi... ayam den lapeh, maksudnya bahwa usaha yang dilakukan dengan melewati berbagai macam tantangan dan dalam waktu yang lama ternyata tidak membawa hasil seperti yang diharapkan atau dengan kata lain hanya pekerjaan yang sia-sia saja). Dan pada kalimat akhir dilakukan lagi penegasan dengan pengulangan kalimat, dan hal ini juga menyatakan kekecewaan yang mendalam yang dialami pencipta.
b) Bait Kedua
Kata ”tuwek” pada baris pertama mempunyai arti bagian dati
kaki sapi sedangkan kata tunjang mempunyai makna kulit sapi yang terdapat pada
kaki sapi. Kalimat ”tuwek tabali tunjang hilang” maksudnya bahwa seseorang yang
benar-benar kehilangan akan apa yang sangat ia butuhkan. Sedangkan kalimat
”oi... lah malang denai” maksudnya adalah penyesalan ataupun meratapi nasibnya
yang sudah malang. Pada kalimat baris kedua ”awaklah tuo rawan murah” sama
artinya dengan ”sasudah cakak takana silek” maksudnya adalah sesuatu yang datang
belakangan atau penyesalan yang tiada artinya.
Berdasarkan analisis isi lirik bit kedua mengandung maksud
penyesalan yang diungkapkan oleh pencipta lagu dan kemalangan yang menimpa
dirinya dengan kepergian orang yang dia sayangi.
c) Bait Ketiga
Pada bait ketiga mengandung maksud peristiwa yang dialami
oleh orang yang ia (pencipta lagu) sayangi, yaitu usaha yang dilakukan
kekasihnya juga tidak seperti yang diharapkan kekasihnya. Maksud hati ingin
mencari jodoh yang lain tetapi jodohnya lepas dan si pencipta juga
ditinggalkan. Dan ditegaskan lagi oleh kalimat ”lah abu dingin” maksudnya ”Nasi
sudah jadi bubur”.
d) Bait Keempat
Pada bait keempat merupakan penguatan dari maksud yang
diceritakan pada bait keetiga, tetapi menggunakan kata-kata yang lebih kasar
lagi. Hal ini dinyatakan dengan kalimat ”malapeh hawo”, maksudnya sesuatu yang
tidak bisa diperjuangkan lagi.
Berdasarkan lirik lagu tersebut di atas dapat juga
disimpulkan bahwa lirik tersebut juga memakai kata bermajas. Caranya ialah
dengan memanfaatkan perbandingan, pertentangan, atau pertautan antara satu hal
dengan hal yang lain, yang maknanya sudah dikenal oleh pembaca atau pendengar,
seperti majas metafora semacam analogi yang membadingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk singkat (Hasanudin WS. 2002:136). Kalau kita
perhatikan lirik lagu di atas banyak menggunakan kata ”ayam”, yang mengandung
maksud ”istri” pencipta sendiri.
3. Analisis
Unsur Ide dan Suasana Lirik
Berdasarkan analisis bentuk pantun yang terkait dengan
kajian analisis musikalitas dan analisis isi lirik, maka lagu Ayam Den Lapeh
menggambarkan bagaimana keadaan yang dimaksudkan oleh si pencipta lagu tersebut
bahwa si pencipta lagu mengambil ide dari pengalaman rumah tangganya sendiri
atau dengan kata lain persoalan ataupun permasalahan yang dialami sendiri oleh
pencipta lagu. Jadi suasana yang digambarkan adalah suasana konflik rumah
tangga. Dalam hal ini istrinya sendiri yang mengambil suatu jalan dengan
meninggalkan dirinya. Betapa pedih hatinya ditinggalkan oleh orang yang sangat
ia cintai dan kepedihan itu dituangkan dalam sebuah lirik lagu.
Pada lagu tersebut pencipta mengambil suasana atau latar
ataupun setting yang berhubungan langsung dengan dirinya, dan membentuk suasana
hati yang sangat kecewa dan remuk-redam. Hal ini bisa diungkapkan dengan alasan
bahwa cara untuk menginterpretasikan ide, makna dan suasana yang ada pada sajak
dapat dilakukan dengan mengamati dan memperhatikan judul lagu tersebut serta
kata-kata yang dominan di pergunakan dalam lirik lagu, yaitu ”Ayam Den Lapeh”
(sesuatu yang disayangi dan dikasihi berpisah atau memilih jalan untuk
berpisah).
C. Simpulan
Berdasarkan analisis lirik lagu Ayam
Den Lapeh ciptaan Abdoel Hamid (1952) dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
lirik lagu tersebut tergolong kepada bentuk sajak yang menggambarkan ide, makna
dan suasana seseorang yang ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai dan
dikasihinya.
Banyak terdapat unkapan-ungkapan,
pantun dan sajak serta bahasa-bahasa khas yang terdapat pada lirik lagu Ayam
Den Lapeh. Ungkapan, sajak-sajak, dan bahasa-bahasa khas Minangkabau sangat
diperlukan oleh seorang guru dalam mengajarkan dan memperkenalkan sastra
Minangkabau lewat nyanyian dan lirik sebuah lagu. Dan seorang guru bisa
memanfaatkan lirik dan lagu Ayam den Lapeh untuk menggali dan mengambil
unsur-unsur yang bermanfaat dalam lagu tersebut, baik itu digunakan sebagai
media dalam pembelajaran kesenian khususnya seni musik, media dalam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta media dalam pembelajaran Budaya
Alam Minangkabau. Peserta didik langsung diberikan pengalaman, observasi,
menganalisis, menginterptretasikan, dan mengadakan refleksi serta mengapresiasi
kesenian daerah mereka sendiri setelah mereka mempelajari lagu Ayam Den Lapeh.
Hal ini sejalan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Mereka langsung menemukan (mengkonstruksi) sebuah pembelajaran lewat media
pembelajaran.
Lirik lagu ini mempergunakan
permainan bunyi, nada, irama, kata ataupun kalimat-kalimat yang kaya akan
unsur-unsur sastra yang sangat diminati oleh masyarakat Minangkabau (Sumatera
Barat) khususnya dan Indonesia bahkan sampai ke mancanegara.
Bila ditinjau dari keseluruhan
bunyi, nada, irama, kata-kata dan bahasa serta musik yang mendukung lirik lagu
Ayam Den Lapeh terlihat kesan bahwa semua unsur-unsur tersebut dapat dengan
mudah dipahami dan diminati oleh masyarakat. Hal ini juga ditunjang oleh latar
yang bersifat mempromosikan Sumatera Barat secara tidak langsung. Berdasarkan
paparan tersebut pulalah lagu Ayam Den Lapeh walaupun sudah dikategorikan
kepada lagu lama (oldies song) masih bertahan dan masih lekat dihati
penikmatnya sampai sekarang.
D. Saran
Analisis ini dilakukan untuk
mendokumentasikan dan melestarikan serta mengapresiasi salah satu karya putra
Minangkabau, yaitu lagu Ayam Den Lapeh yang sudah terkenal dari dahulu sampai
sekarang dan sampai ke manca negara. Diharapkan lirik lagu Ayam Den Lapeh dapat
menjadi sebuah inspirasi dan dapat menyumbangkan sebuah media pembelajaran
dalam memasyarakatkan dan menyenangi lagu khas minangkabau.
Diharapkan kepada guru-guru
khususnya guru Sekolah Dasar untuk dapat memperkenalkan lagu-lagu daerah
Sumatera Barat (Minangkabau) khususnya lagu Ayam Den Lapeh yang kaya akan
unsur-unsur sastra dan nilai-nilai kebudayaan Minangkabau, supaya mereka dapat
belajar budaya lewat nyanyian.
Hendaknya guru-guru khususnya guru Sekolah Dasar dapat mengambil inti analisis lirik lagu Ayam den Lapeh ini sebagai salah satu contoh atau model bahan dalam mengajarkan pantun.
Hendaknya guru-guru khususnya guru Sekolah Dasar dapat mengambil inti analisis lirik lagu Ayam den Lapeh ini sebagai salah satu contoh atau model bahan dalam mengajarkan pantun.
Hendaknya masyarakat Sumatera Barat
(Minang) mencintai dan melestarikan serta mengapresiasi karya-karya seni daerah
Sumatera Barat (Minangkabau) itu sendiri.