Minggu, 20 Mei 2018

makalah Hubungan patron-klien masyarakat nelayan bojongsalawe desa karangjaladri



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara  geografis  bangsa Indonesia  merupakan  negara kepulauan yang lautnya mencapai 70% total wilayah. Dengan demikian  kondisi  laut  yang demikian luas disertai kekayaan sumberdaya alam yang begitu besar,  pada  kenyataannya Indonesia belum mampu menjadi bangsa yang maju. Salah satu masalahnya adalah pelaku usaha perikanannya yang masih didominasi nelayan tradisional.
Pelabuhan Bojong Salawe adalah sebuah pelabuhan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat, terkadang ada yang menulis bojong salawe, dikampung nelayan ini penduduknya mayoritas 90% nelayan. Bojong salawe terletak di Desa Karangjaladri Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Bojong salawe sendiri merupakan daerah pinggir pantai berada di titik garis pantai pangandaran.


B. Rumusan Masalah
Dalam laporan penelitian sosial ini rumusan masalah yang dikelompok kami disimpulkan sesuai dengan masalah pada judul penelitian sosiak kami sebagai berikut :
a. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan nelayan?
b. Mengapa mayoritas orang disini bekerja sebagai nelayan ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan kami dalam melakukan penelitian sosial ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui arti dari nelayan tersebut
- Untuk mengetahui alasan orang banyak yang bekerja sebagai nelayan






BAB II
METODE PENELITIAN

Pada bagian ini, metode penelitian sosial yang kami gunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan secara deskriptif. Metode penelitian yang kami gunakan pada laporan hasil penelitian sosial kami ini juga meliputi beberapa indikator, yaitu sebagai berikut :
A.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian sesuai yang kelompok kami terapkan pada laporan hasil penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Kami memilih jenis penelitian tersebut karena disebabkan jangka waktu yang kami miliki hanya sebentar sehingga tidak memungkinkan untuk kami menerapkan jenis penelitian kualitatif.
B.     Lokasi Penelitian
Lokasi yang gunakan untuk melakukan penelitian adalah di lingkungan Bojong salawe seluruhnya.
C.      Metode Pengumpulan Data
Metode yang kami gunakan dalam penelitian sosial ini adalah sebagai berikut :
1)      Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktifitas dilapangan
2)      Metode study pustaka yaitu metode yang berupa kajian literature yang sesuai dengan penelitian baik berupa buku, maupun dari sumber internet.











BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Nelayan
Sejak zaman dahulu kala, masyarakat Indonesia sudah identik sebagai pelaut alias nelayan, terutama buat warga pesisir . Nenek moyang pelaut dari berbagai daerah di Indonesia pun dikenal sebagai orang-orang pemberani nan getol menjelajah samudera, tentunya buat mencari ikan, berdagang, dan singgah ke wilayah lain serta berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Oleh sebab itu, tak mengherankan apabila Indonesia memiliki cukup banyak suku nelayan nan tersebar di berbagai wilayah. Kelompok masyarakat nelayan di Indonesia ini tentunya memiliki karakteristik khas dan keistimewaan masing-masing. Beberapa masyarakat nelayan di Indonesia tersebut di antara ialah Suku Laut, Suku Bugis, Suku Mandar, Suku Makassar, Suku Madura, dan masih banyak lagi.

B. Pengertian Masyarakat
Dalam  bahasa  Inggris masyarakat di sebut society, asal katanya  socius  yang  berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya  bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan  oleh  unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Menurut Horton (1991) dalam Arif Satria (2002), mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulanmanusia  yang  secara  relatif mandiri, cukup lama bersama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya di dalam kelompok tersebut.

C. Pengertian Nelayan
Ditjen Perikanan (2000) dalam Arif Satria (2002) mendefinisikan nelayan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam  operasi  penangkapan ikan/binatang  air lainnya/tanaman air. Sedangkan menurut Imron (2003) dalam Mulyadi S (2005),Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut,  baik  dengan  cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka umumnya tinggal dipinggir pantai, sebuah lingkungan  pemukiman  yang dekat dengan lokasi kegiatannya.
Atas dasar beberapa definisi tersebut dalam tulisan (penelitian)  ini,  penulis  akan mendefinisikan nelayan sebagai orang yang pekerjaan utamanya adalah di laut dengan cara menangkap ikan atau budidaya ikan di laut. Sedangkan masyarakat nelayan dalam tulisan ini didefinisikan sebagai sekelompok orang yang di suatu wilayah tertentu yang sebagian besar pekerjaan  utamanya  adalah sebagai nelayan.

D. Masalah Kemiskinan Nelayan
Menururt  Kusnadi  (2002), Faktor-faktor kemiskinan masyarakat nelayan dapat dikategorikan kedalam faktor alamiah dan nonalamiah.  Faktor  alamiah berkaitan  dengan  fluktuasi musim-musim penangkapan ikan dan struktur alamiah sumber-daya ekonomi desa. Faktor non-alamiah berhubungan dengan keterbatasan  daya  jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja, lemahnya penguasaan jaringan pemasaran hasil tangkapan dan belum berfungsinya koperasi nelayan yang ada, teknologi konservasi atau pengolahan yang sangat tradisional, serta dampak negatif orientasi produktivitas yang dipacu oleh kebijakan motorisasi perahu dan modernisasi peralatan tangkap. Penggolongan  Masyarakat Nelayan Menurut Kusnadi (2002), pada dasarnya penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu:
(1)                      Dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring, dan perlengkapan yang lain), struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh, nelayan buruh tidak memiliki alat produksi.
(2)                      Ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil.
(3)                      Dipandang dari tingkat teknologi  peralatan  tangkap yang  digunakan,  masyarakat  nelayan  terbagi  kedalam kategori nelayan modern dan nelayan tradisional.
Selanjutnya  Arif  Satria menggolongkan nelayan menjadi empat tingkatan yang dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi pasar, dan karakteristik hubungan produksi.
(1)                     Peasant-fisher atau nelayan tradisional yang biasanya lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri (sub-sistence).
(2)                     Post-peasant fisher yang dicirikan dengan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang lebih maju seperti motor tempel atau kapal motor.
(3)                     Commercial fisher yaitu  nelayan  yang  telah berorientasi pada peningkatan keuntungan.
(4)                     Industrial fisher memiliki beberapa ciri seperti: Terorganisasi,  padat  modal, pendapatan lebih tinggi, danberorientasi ekspor.

E. Hubungan Patron Dan Klien Di Wilayah Pesisir Bojongsalawe
Selama ini, tidak adanya alternatif institusi di wilayah pesisir dalam menjamin keberlangsungan hidup masyarakat nelayan menyebabkan mereka beberapa kali harus jatuh pada pola atau institusi patron-klien yang menurut para peneliti (perspektif etic) sering bersifat asimetris. Dalam hubungan ini, klien kerap dihadapkan pada sejumlah masalah seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir yang sebenarnya inilah jebakan patron demi melanggengkan usahanya. Namun berdasarkan pandangan nelayan (perspektif emic), kuatnya pola patron-klien di masyarakat nelayan disebabkan oleh kegiatan perikanan yang penuh resiko dan ketidakpastian sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka selain bergantung pada pemilik modal (patron).
Tujuan dasar dari hubungan patron- klien bagi klien yang sebenarnya adalah penyediaan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan. Sebaliknya, patron juga memberikan perlindungan dengan jaminan ada kerja sama yang baik. Selain itu klien diharpkan mampu merespons perlindungan yang telah diberikan sesuai kesepakatan yang ada. Untuk menjaga agar sikap klien tetap konsisten terhadap patronnya maka patron selalu mengembangkan sistem yang sifatnya mengawasi keberadaan kliennya.
Hubungan patron-klien adalah hubungan sosial yang muncul melalui dan   dalam interaksi-interaksi sosial yang mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dari hubungan-hubungan sosial lainnya, yaitu:
a.                               Bersifat spontan dan pribadi yang penuh dengan muatan perasaan dan emosi.
b.                              Adanya interaksi tatap muka di antara para pelaku yang berlangsung secara berkesinambungan.
c.                               Tukar menukar jasa, benda, dan uang dilakukan secara tidak seimbang antara patron dan klien, sehingga mencerminkan adanya ketergantungan klien terhadap patronnya.
Munculnya pola patron-klien di masyarakat nelayan disebabkan belum ada institusi formal yang mampu berperan sebagaimana patron dalam menjamin kepentingan ekonomi mereka. Institusi-institusi bentukan yang ada selama ini belum berhasil secara efektif karena ada kesenjangan kultur institusi yang dibangun secara formal dengan kultur nelayan yang masih menekankan aspek personalitas. Tidak hanya itu, di sisi lain, nelayan sendiri belum mampu membangun institusi baru secara mandiri, khususnya kemampuan dalam mengorganisasikan diri untuk kepentingan ekonomi (koperasi) maupun profesi.
v  Dampak Positif
a)      Nelayan mendapatkan penghasilan dari penangkapan di laut
b)     Kita masyarakat dapat menikmati hasil ikan laut tanpa harus menjadi nelayan
c)      Membuka destinasi kuliner seafood
d)     Membuka lapangan pekerjaan dibidang pengelolaan ikan laut
e)      Menggerakan ekonomi

v  Dampak negatif
a)      Jika dilakukan sembarangan dapat merusak ekosistem laut
b)     Membuat punah
c)      Adanya pencemaran
d)     Jika tidak diawasi menimbulkan ilegal fishing

Alasan orang pinggir pantai bernelayan :
-        Untuk memenuhi kebutuhan hidup
-        Nelayan mencari ikan di laut
-        Karena mencari iakn di laut merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah lautan

Solusi untuk mengurangi dampak negatif nelayan
- tidak menangkap ikan dengan bahan peledak dan aliran listrik
























BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
Dalam hubungan interaksi sosial biasanya ditandai oleh adanya proses pertukaran. Proses pertukaran ini yang dikenal dengan istilah teori pertukaran, muncul karena individu mengharapkan ganjaran, baik ekstrinsik maupun intrinsik. Namun demikian, dalam proses pertukaran itu ditandai pula oleh penguasaan sumber daya yang tidak sama, hubungan-hubungan pribadi, dan asas saling menguntungkan sehingga terjadi hubungan patron (superior) - klien (inferior). Wujud patron klien dapat berbentuk individu atau kelompok. Dalam hubungan ini para klien mengakui patronnya sebagai orang yang memiliki kedudukan yang lebih kuat. Sedangkan kebutuhan klien dapat terpenuhi melalui sumber daya langka yang dimiliki patronnya.

Sebagai makhluk sosial manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam yang ada di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena manusia dalam usahanya untuk melangsungkan hidupnya selalu tergantung pada lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimana ia berada. Ketergantungan manusia terhadap lingkungan ini terwujud dalam bentuk interaksi sosial yang berlangsung di lingkungan tersebut. Interaksi yang terjadi pada setiap lingkungan sosial itu merupakan serangkaian tingkah laku yang sistematis antara dua orang  atau lebih, yang dapat berlangsung secara horizontal dan vertikal.

B. Saran
Pada umumnya para nelayan masih mengalami keterbatasan teknologi  penangkapan  sehingga  wilayah  operasi  pun menjadi terbatas, hanya disekitar perairan pantai. Di samping itu, ketergantungan terhadap musim sangat tinggi dan tidak setia saat  nelayan  bisa  melaut, terutama pada musim ombak, yang berlangsung le ih dari satu
bulan. Akibatnya, tidak ada hasil tangkapan yang bisa diperoleh.Kondisi ini jelas tidak menguntungkan  nelayan  karena secara riil rata-rata pendapatan per bulan menjadi lebih kecil,


DAFTAR PUSTAKA





http://cyeciliapical.blogspot.co.id/2011/07/hubungan-patron-dan-klien-sosial-budaya.html




LAMPIRAN
DOKUMENTASI
 
 


















Jumat, 11 Mei 2018

makalah tentang NOVEL




KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Semesta Alam yang telah mencurahlimpahan Karunia serta RizkiNya sehingga disini penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun isi makalah ini yaitu tentang NOVEL. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Dalam penyajiannya penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari segi materi maupun sistematika penyusunan dan penulisan, untuk itu agar dapat memakluminya karena penulis masih belajar.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin… Yra.

Parigi, 11 Mei 2018


Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 3
A.   LATAR BELAKANG................................................................................................... 3
B.   TUJUAN................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 4
A. PENGERTIAN NOVEL................................................................................................ 4
B.     CIRI-CIRI POKOK NOVEL....................................................................................... 4
C.    PENGGOLONGAN NOVEL...................................................................................... 5
D.    UNSUR-UNSUR INTRINSIK NOVEL......................................................................... 5
E.    JENIS DAN CONTOH NOVEL.................................................................................. 7
F. NOVEL BERDASARKAN ISI DAN TOKOHNYA............................................................. 8
G. NOVEL BERDASARKAN KEBENARAN CERITA........................................................... 8
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 9
A.   KESIMPULAN.......................................................................................................... 9
B.   SARAN..................................................................................................................... 9








BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Dikalangan remaja karya satra yang paling diminati biasanya karya sastra berbentuk prosa terutama novel. Novel merupakan karya prosa fiksi yang ditulis secara naratif (dalam bentuk cerita). Kata novel berasal dari bahasa Italia “novella” yang berarti sebuah kisah atau sepotong berita. Selain dari bahasa Italia novel juga berasal dari bahasa Latin yaitu “novellus” yang diturunkandari kata “novies” yang berarti baru.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Novel menceritakan suatu kejadan luar biasa dari kehidupan tokoh. Dikatakan luar biasa karena dari kejadian itu, lahir suatu konflik yang menimbulkan pergolakan jiwa para tokohnya sehingga mengubah jalan hidupnya. Dalam membaca novel, agar pembaca dapat menikmati dan memahami isi dan jalan cerita di dalamnya diperlukan pengetahuan mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah novel yang sering disebut dengan unsur intrinsik. Unsur intrinsik tersebut meliputi tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Dengan begitu, pembaca akan lebih mudah menangkap maksud dan makna yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Oleh sebab itu, jika pembaca dapat memahami dengan tepat unsur intrinsik dari sebuah novel yang dibaca, maka pembaca dapat menikmati novel tersebut dengan baik karena pembaca telah mengerti makna dan jalan cerita pada sebuah novel yang dibaca.

B.   TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui apa pengertian novel.
2.      Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui apa saja ciri-ciri pokok novel.
3.      Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui apa saja penggolongan dari novel.
4.      Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui apa saja unsur-unsur intrinsik dari novel.








BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NOVEL
Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya serius dan karya hiburan. Pendapat demikian memang benar tapi juga ada kelanjutannya. Yakni bahwa tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada kita. Tetapi ia juga dituntut lebih dari itu. Novel adalah novel syarat utamanya adalah bawa ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang habis membacanya.
Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya.
Banyak sastrawan yang memberikan yang memberikan batasan atau definisi novel. Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang yang mereka pergunakan juga berbeda-beda.

B.     CIRI-CIRI POKOK NOVEL
Adapun ciri-ciri pokok novel adalah sebagai berikut :
1)      Memiliki alur/plot yang kompeks. Berbagai peristiwa ditampilkan saling berkaitan sehingga novel dapat bercerita panjang lebar, membahas persoalan secara luas dan lebih mendalam
2)      Tema dalam novel tidak hanya satu, tetapi muncul tema-tema sampingan. Oleh karena itu, pengarang dapat membahas hamper semua segi persoalan.
3)      Tokoh/karakter tokoh dalam novel biasa banyak. Dalam novel, pengarang sering menhidupkan banyak tokoh ceerita yang masing-masing digambarkan secara lengkap dan utuh.


C.    PENGGOLONGAN NOVEL
            Berdasarkan unsur intrinsiknya, novel dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
1)     Novel plot : adalah novel yang mengutamakan struktur cerita berupa perkembangan kejadian atau urutan peristiwa. Oleh karena lebih mengutamakan penggambaran tentang peristiwa, novel ini banyak menghadirkan kejutan dan ketegangan.
Contoh : Novel Surapati karya Abdul Moeis
Kota Jakarta pada tahun 1680. Mau tidak mau, kenangan sejarah membawa kita kepada zaman enam puluh tahu di muka itu, yaitu kepada pendudukan Jakarta oleh Belanda, yang mengganti amanya menjadi Batavia.
(Dikutip dari novel Surapati Karya Abdul Moeis)

2)     Novel watak atau novel karakter adalah novel yang mengutamakan penggambaran watak atau karakter tokoh-tokohnya, misalnya : penakut, pemalas, humoris, pemarah, mudah putus asa, tidak tetap pendirian atau berkecil hati.
Contoh : Novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis
Dari dalam Gang Sirih Wetan seorang anak kecil yang lebih besar dan kuat dari ketiga anak yang sedang bermain-main itu datang keluar. Langkahnya dan sikapnya menunjukkan dia si jago anak-anak sebayadia di kampung itu.
(Dikutip dari Novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis) 

3)     Novel Tematis adalah novel yang mengutamakan tema atau pokok permasaahan yang dibahas sehingga digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu:
Ø  Novel Politik, lebih mengutamakan permasalahan dalam dunia politik pemerintahan, misanya Maut dan Cinta karya Mochtar Lubis.
Ø  Novel Agama, lebih mengutamakan pembahasan tentang keagamaan dengan berbagai permasalahn yang melingkutinya, misalnya Kemarau karya A.A. Navis
Ø  Novel Sosial lebih mengutamakan pembahasan tentang kehidupan kemasyarakatan sebagai dunia yang beragam (heterogen), misalnya Bako karya Darman Moenir

D.    UNSUR-UNSUR INTRINSIK NOVEL
            Penggalan novel mempunyai unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik novel adalah sebagai berikut :
A)   Tema
Tema adalah permasalahn utama yang dibahas dalam cerita maupun berpengaruh terhadap semua unsur cerita, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Di dalamnya juga tertuang tujuan penulis meskipun kadang-kadang tidak dituliskan secara eksplisit.
B)    Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Penyampaian pesan selalu didasarkan tema dan tujuan yang telah ditetapkan penulis pada saat menyusun rancangan cerita. Pesan itu ada yang di sampaikan secara tersurat (langsung) dan ada yang tersirat (tidak langsung).
                                                                                                                                                        
a)     Pesan tersurat, adalah pesan yang disampaikan penulis kepada pembaca secara langsung. Contoh :
 “Aku gemuk!” jawabku pelan.
 “Kana, kau sama sekali tak tampak gemuk bagiku,” nada suara Joy menghiburku.
“Tapi, beratku lima puluh kilo, Joy, ini gawat darurat….”
….”Kana, percaya deh, kau sama sekali tidak gemuk, lagi pula kalaupun memang kau merasa gemuk, lantas apa masalahnya ?Drew Barrymore juga tidak kurus-kurus amat toh dia tetap terlihat cantik….” (Dikutip dari novel Kana di Negari Kiwi)
Kana digambarkan merasa terganggu dengan berat badannya, namun temannya menasihatinya. Pesan yang ada dalam kutipan ini adalah berat badan tidak menjadi ukuran kecantikan seseorang.

b)     Pesan tersirat, yaitu pesan yang disampaikan penulis kepada pembaca secara tidak langsung. Contoh :
             “Namun, namun kau sepertinya tidak pernah mensyukuri hal itu, Kana, kau malah terus-terusan mengeluh bahwa tubuhmu gemuk,” Joytika menambahkan.
            Aku terdiam mendegarkan perkataan Joytika. Aku meras malu kepada diriku sendiri. (Dikutip dari novel Kana di Negari Kiwi)
Pesan tersirat dalam  kutipan tersebut adalah syukurilah kehidupan yang ada. Pengarang tidak terang-terangan menuliskan agar Kana mensyukuri kehidupan. Melalui perkataan Joytika, Kana menyadari sendiri bahwa ia tidak pernah bersyukur.

Unsur Ekstinsik
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang, dan lain – lain, di luar unsur intrinsic. Unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur – unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra

C)   Penokohan
Penokohan meliputi penentuan tokoh utama- bawahan, nama tokoh dan watak tiap tokohya.

D)   Alur atau (Jalan Cerita)
Alur adalah jalan cerita dalam sebuah novel. Alur dalam novel terbagi atas tiga bagian, yaitu :
1.      Berdasarkan pengembangannya/urutan peristiwanya
·        Alur maju (progresif)
·        Alur mundur (Regresifi)
·        Alur maju-mundur (campuran)
2.      Berdasarkan kuantitas alurnya
·        Alur tunggal, yaitu alur yang hanya memiliki satu garis pengembangan cerita.
·        Alur ganda, yaitu alur yang hanya memiliki beberapa garis pengembangan cerita.
3.      Berdasarkan kualitas kepaduannya
·        Alur erat, yaitu hubungan antar pristiwa yang satu dan yang lain begitu padu sehingga bagian-bagian pembentuk pristiwa itu tidak mungkin dilepaskan.
·        Alur renggang, yaitu hubungan antara peristiwa yang satu dan yang lain terjalin secara  renggang.    

E)    Sudut Pandang
Sudut pandang adalah kedudukan pengarang berdasarkan cara pandangnya terhadap
tokoh-tokoh dalam novel dari jalan cerita itu sendiri. Jenis-jenis sudut pandang yaitu :
ü  Sudut pandang orang pertama, yaitu pengarang berada dalam cerita dan menggunakan kata ganti aku, saya, daku,kami, hamba, dll.
ü  Sudut pandang orang ketiga, yaitu posii pengarang berada di luar cerita dan menggunakan kata ganti dia, mereka, atau nama orang, dll.

F)    Latar (Setting)
Latar merupakan penggambaran tentang tempat, waktu dan suasana yang melingkupin cerita. Latar atau setting meliputi :
ü   Latar tempat, yaitu penggambaran letak kejadian.
ü   Latar waktu, yaitu penggambaran waktu kejadian
ü   Latar suasana atau budaya, yaitu penggambaran suasana ataupun budaya yang melatar belakangi terjdinya cerita atau perisiwa dalam novel.

G)   Nilai-Nilai
Nilai-nilai adalah ajaran tentang kebaikan yang disampaikan kepada pembaca. Nilai ini biasanya sudah muncul bersama amanat, tetapi juga disampaikan terpisah.

E. NOVEL BERDASARKAN GENRE
Berdasarkan genre atau jenis ceritanya, novel terbagi menjadi 5 jenis yaitu novel romantis, novel misteri, novel komedi, novel horor, dan novel inspiratif.
  1. Novel Romantis : novel yang menceritakan kisah-kisah percintaan. Contoh: Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih.
  2. Novel Misteri : novel yang menceritakan kisah-kisah misteri dan menimbulkan rasa penasaran pembaca karena penuh dengan teka teki. Contoh: Sherlock Holmes.
  3. Novel Komedi : novel yang memuat unsur-unsur humor sehingga membuat para pembaca terhibur. Contoh: Kambing Jantan.
  4. Novel Horor : novel yang memberikan efek menegangkan bagi pembaca. Cerita yang disajikan dalam novel ini biasanya cerita seram, bisa berupa hal mistis atau gaib. Contoh: Bangku Kosong.
  5. Novel Inspiratif : novel yang berisi kisah-kisah inspiratif. Jenis novel ini ditujukan untuk memberikan pesan moral atau membangkitkan motivasi para pembaca. Contoh: Laskar Pelangi.
F. NOVEL BERDASARKAN ISI DAN TOKOHNYA
Berdasarkan isi novel dan tokoh yang diceritakan, novel terbagi menjadi 4 jenis yaitu novel teenlit, novel chicklit, novel songlit, dan novel dewasa.
  1. Novel Teenlit : novel yang ditujukan untuk para remaja. Segala yang diceritakan dalam novel jenis ini disesuaikan dengan karakter dan tumbuh kembang remaja. Biasanya topik cerita untuk jenis novel ini adalah tentang cinta dan persahabatan. Contoh: Dealova, Paris I’m in Love.
  2. Novel Chicklit : novel ini mempunyai tingkatan lebih tinggi dari novvel teenlit. Jenis novel ini menceritakan mengenai wanita muda dan segala permasalahan yang dihadapi. Contoh: Testpack, Miss Jutek, Klub Santap Malam Rahasia.
  3. Novel Songlit : novel yang dibuat dari sebuah lagu. Biasanya, alur cerita dalam novel ini dikembangkan dari sebuah lagu yang sedang hits atau bermakna mendalam. Contoh: Sebelum Cahaya, Lelaki Buaya Darat.
  4. Novel Dewasa : jenis novel ini diperuntukkan hanya untuk orang dewasa. Hal ini dikarenakan isi dari jenis novel ini biasanya berhubungan dengan unsur sensualitas orang-dewasa. Contoh: Saman dan Larung.
G. NOVEL BERDASARKAN KEBENARAN CERITA
Berdasarkan kebenaran cerita, novel terbagi menjadi novel fiksi dan novel non fiksi.
  1. Novel Fiksi : jenis novel yang bercerita tentang hal fiktif atau khayalan semata, dan tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Kefiktifan ini juga termasuk tokoh, alur, dan latar yang digunakan dalam novel saja. Contoh: Harry Potter.
  2. Novel Non Fiksi : jenis novel yang bercerita tentang kejadian nyata. Biasanya jenis novel ini merupakan kisah sejarah atau pengalaman seseorang. Contoh: Laskar Pelangi.

                                                                                                                                                          







BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
Novel merupakan karya prosa fiksi yang ditulis secara naratif (dalam bentuk cerita) yang memiliki unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik yang dapat mendukung sebuah novel. Unsur instrinsik itu meliputi tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsiknya meliputi biografi pengarang, sosial budaya pengarang, politik dan ekonomi.
Membaca sebuah novel pada hakikatnya merupakan kegiatan apresiasi sastra secara langsung. Maksudnya adalah kegiatan memahami novel dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, serta kepekaan kritis yang baik terhadap novel yang dibaca. Dengan begitu, pembaca tidak hanya mengetahui jalan ceritanya saja,tetapi juga unsur-unsur yang mendukungnya.

B.       Kritik dan Saran
Dengan tersusunnya makalah ini penulis menyarankan agar pembaca pada umumnya serta siswa-siswi pada khususnya, dapat mengetahui dan memahami tentang macam-macam unsur instrisik dalam sebuah novel maupun karya sastra lainnya.
Selain itu, disarankan agar para siswa-siswi senantiasa untuk membaca dan menelaah apa yang ada disekitarnya untuk mempertajam fikiran, salah satu caranya adalah dengan menelaah karya satra yang banyak akan nilai kemanusiaan dan kehidupan.
Setelah para siswa-siswi membaca ataupun menelaah karya sastra, hendaknya para siswa-siswi mampumenyebutkan satu-persatu unsur instrinsik yang terkandung dalam sebuah karya sastra, yang meliputi tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Dengan begitu siswa-siswi mampu memahami jalan cerita di dalamnya serta mampu menceritakan kembali cerita yang dibaca. Dan juga, disarankan kepada pembaca pada umumnya serta siswa-siswi pada khususnya, mampu memahami dan menangkap nilai-nilai kehidupan pada sebuah karya sastra yang dibaca sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM

  MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Eko...