Minggu, 20 Mei 2018

makalah Hubungan patron-klien masyarakat nelayan bojongsalawe desa karangjaladri



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara  geografis  bangsa Indonesia  merupakan  negara kepulauan yang lautnya mencapai 70% total wilayah. Dengan demikian  kondisi  laut  yang demikian luas disertai kekayaan sumberdaya alam yang begitu besar,  pada  kenyataannya Indonesia belum mampu menjadi bangsa yang maju. Salah satu masalahnya adalah pelaku usaha perikanannya yang masih didominasi nelayan tradisional.
Pelabuhan Bojong Salawe adalah sebuah pelabuhan di Pangandaran Provinsi Jawa Barat, terkadang ada yang menulis bojong salawe, dikampung nelayan ini penduduknya mayoritas 90% nelayan. Bojong salawe terletak di Desa Karangjaladri Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran. Bojong salawe sendiri merupakan daerah pinggir pantai berada di titik garis pantai pangandaran.


B. Rumusan Masalah
Dalam laporan penelitian sosial ini rumusan masalah yang dikelompok kami disimpulkan sesuai dengan masalah pada judul penelitian sosiak kami sebagai berikut :
a. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan nelayan?
b. Mengapa mayoritas orang disini bekerja sebagai nelayan ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan kami dalam melakukan penelitian sosial ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui arti dari nelayan tersebut
- Untuk mengetahui alasan orang banyak yang bekerja sebagai nelayan






BAB II
METODE PENELITIAN

Pada bagian ini, metode penelitian sosial yang kami gunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan secara deskriptif. Metode penelitian yang kami gunakan pada laporan hasil penelitian sosial kami ini juga meliputi beberapa indikator, yaitu sebagai berikut :
A.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian sesuai yang kelompok kami terapkan pada laporan hasil penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Kami memilih jenis penelitian tersebut karena disebabkan jangka waktu yang kami miliki hanya sebentar sehingga tidak memungkinkan untuk kami menerapkan jenis penelitian kualitatif.
B.     Lokasi Penelitian
Lokasi yang gunakan untuk melakukan penelitian adalah di lingkungan Bojong salawe seluruhnya.
C.      Metode Pengumpulan Data
Metode yang kami gunakan dalam penelitian sosial ini adalah sebagai berikut :
1)      Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktifitas dilapangan
2)      Metode study pustaka yaitu metode yang berupa kajian literature yang sesuai dengan penelitian baik berupa buku, maupun dari sumber internet.











BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Nelayan
Sejak zaman dahulu kala, masyarakat Indonesia sudah identik sebagai pelaut alias nelayan, terutama buat warga pesisir . Nenek moyang pelaut dari berbagai daerah di Indonesia pun dikenal sebagai orang-orang pemberani nan getol menjelajah samudera, tentunya buat mencari ikan, berdagang, dan singgah ke wilayah lain serta berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Oleh sebab itu, tak mengherankan apabila Indonesia memiliki cukup banyak suku nelayan nan tersebar di berbagai wilayah. Kelompok masyarakat nelayan di Indonesia ini tentunya memiliki karakteristik khas dan keistimewaan masing-masing. Beberapa masyarakat nelayan di Indonesia tersebut di antara ialah Suku Laut, Suku Bugis, Suku Mandar, Suku Makassar, Suku Madura, dan masih banyak lagi.

B. Pengertian Masyarakat
Dalam  bahasa  Inggris masyarakat di sebut society, asal katanya  socius  yang  berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syirk, artinya  bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan  oleh  unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Menurut Horton (1991) dalam Arif Satria (2002), mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulanmanusia  yang  secara  relatif mandiri, cukup lama bersama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya di dalam kelompok tersebut.

C. Pengertian Nelayan
Ditjen Perikanan (2000) dalam Arif Satria (2002) mendefinisikan nelayan sebagai orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam  operasi  penangkapan ikan/binatang  air lainnya/tanaman air. Sedangkan menurut Imron (2003) dalam Mulyadi S (2005),Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut,  baik  dengan  cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka umumnya tinggal dipinggir pantai, sebuah lingkungan  pemukiman  yang dekat dengan lokasi kegiatannya.
Atas dasar beberapa definisi tersebut dalam tulisan (penelitian)  ini,  penulis  akan mendefinisikan nelayan sebagai orang yang pekerjaan utamanya adalah di laut dengan cara menangkap ikan atau budidaya ikan di laut. Sedangkan masyarakat nelayan dalam tulisan ini didefinisikan sebagai sekelompok orang yang di suatu wilayah tertentu yang sebagian besar pekerjaan  utamanya  adalah sebagai nelayan.

D. Masalah Kemiskinan Nelayan
Menururt  Kusnadi  (2002), Faktor-faktor kemiskinan masyarakat nelayan dapat dikategorikan kedalam faktor alamiah dan nonalamiah.  Faktor  alamiah berkaitan  dengan  fluktuasi musim-musim penangkapan ikan dan struktur alamiah sumber-daya ekonomi desa. Faktor non-alamiah berhubungan dengan keterbatasan  daya  jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja, lemahnya penguasaan jaringan pemasaran hasil tangkapan dan belum berfungsinya koperasi nelayan yang ada, teknologi konservasi atau pengolahan yang sangat tradisional, serta dampak negatif orientasi produktivitas yang dipacu oleh kebijakan motorisasi perahu dan modernisasi peralatan tangkap. Penggolongan  Masyarakat Nelayan Menurut Kusnadi (2002), pada dasarnya penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan dapat ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu:
(1)                      Dari segi penguasaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring, dan perlengkapan yang lain), struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh, nelayan buruh tidak memiliki alat produksi.
(2)                      Ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil.
(3)                      Dipandang dari tingkat teknologi  peralatan  tangkap yang  digunakan,  masyarakat  nelayan  terbagi  kedalam kategori nelayan modern dan nelayan tradisional.
Selanjutnya  Arif  Satria menggolongkan nelayan menjadi empat tingkatan yang dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi pasar, dan karakteristik hubungan produksi.
(1)                     Peasant-fisher atau nelayan tradisional yang biasanya lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri (sub-sistence).
(2)                     Post-peasant fisher yang dicirikan dengan penggunaan teknologi penangkapan ikan yang lebih maju seperti motor tempel atau kapal motor.
(3)                     Commercial fisher yaitu  nelayan  yang  telah berorientasi pada peningkatan keuntungan.
(4)                     Industrial fisher memiliki beberapa ciri seperti: Terorganisasi,  padat  modal, pendapatan lebih tinggi, danberorientasi ekspor.

E. Hubungan Patron Dan Klien Di Wilayah Pesisir Bojongsalawe
Selama ini, tidak adanya alternatif institusi di wilayah pesisir dalam menjamin keberlangsungan hidup masyarakat nelayan menyebabkan mereka beberapa kali harus jatuh pada pola atau institusi patron-klien yang menurut para peneliti (perspektif etic) sering bersifat asimetris. Dalam hubungan ini, klien kerap dihadapkan pada sejumlah masalah seperti pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir yang sebenarnya inilah jebakan patron demi melanggengkan usahanya. Namun berdasarkan pandangan nelayan (perspektif emic), kuatnya pola patron-klien di masyarakat nelayan disebabkan oleh kegiatan perikanan yang penuh resiko dan ketidakpastian sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka selain bergantung pada pemilik modal (patron).
Tujuan dasar dari hubungan patron- klien bagi klien yang sebenarnya adalah penyediaan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan. Sebaliknya, patron juga memberikan perlindungan dengan jaminan ada kerja sama yang baik. Selain itu klien diharpkan mampu merespons perlindungan yang telah diberikan sesuai kesepakatan yang ada. Untuk menjaga agar sikap klien tetap konsisten terhadap patronnya maka patron selalu mengembangkan sistem yang sifatnya mengawasi keberadaan kliennya.
Hubungan patron-klien adalah hubungan sosial yang muncul melalui dan   dalam interaksi-interaksi sosial yang mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dari hubungan-hubungan sosial lainnya, yaitu:
a.                               Bersifat spontan dan pribadi yang penuh dengan muatan perasaan dan emosi.
b.                              Adanya interaksi tatap muka di antara para pelaku yang berlangsung secara berkesinambungan.
c.                               Tukar menukar jasa, benda, dan uang dilakukan secara tidak seimbang antara patron dan klien, sehingga mencerminkan adanya ketergantungan klien terhadap patronnya.
Munculnya pola patron-klien di masyarakat nelayan disebabkan belum ada institusi formal yang mampu berperan sebagaimana patron dalam menjamin kepentingan ekonomi mereka. Institusi-institusi bentukan yang ada selama ini belum berhasil secara efektif karena ada kesenjangan kultur institusi yang dibangun secara formal dengan kultur nelayan yang masih menekankan aspek personalitas. Tidak hanya itu, di sisi lain, nelayan sendiri belum mampu membangun institusi baru secara mandiri, khususnya kemampuan dalam mengorganisasikan diri untuk kepentingan ekonomi (koperasi) maupun profesi.
v  Dampak Positif
a)      Nelayan mendapatkan penghasilan dari penangkapan di laut
b)     Kita masyarakat dapat menikmati hasil ikan laut tanpa harus menjadi nelayan
c)      Membuka destinasi kuliner seafood
d)     Membuka lapangan pekerjaan dibidang pengelolaan ikan laut
e)      Menggerakan ekonomi

v  Dampak negatif
a)      Jika dilakukan sembarangan dapat merusak ekosistem laut
b)     Membuat punah
c)      Adanya pencemaran
d)     Jika tidak diawasi menimbulkan ilegal fishing

Alasan orang pinggir pantai bernelayan :
-        Untuk memenuhi kebutuhan hidup
-        Nelayan mencari ikan di laut
-        Karena mencari iakn di laut merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah lautan

Solusi untuk mengurangi dampak negatif nelayan
- tidak menangkap ikan dengan bahan peledak dan aliran listrik
























BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
Dalam hubungan interaksi sosial biasanya ditandai oleh adanya proses pertukaran. Proses pertukaran ini yang dikenal dengan istilah teori pertukaran, muncul karena individu mengharapkan ganjaran, baik ekstrinsik maupun intrinsik. Namun demikian, dalam proses pertukaran itu ditandai pula oleh penguasaan sumber daya yang tidak sama, hubungan-hubungan pribadi, dan asas saling menguntungkan sehingga terjadi hubungan patron (superior) - klien (inferior). Wujud patron klien dapat berbentuk individu atau kelompok. Dalam hubungan ini para klien mengakui patronnya sebagai orang yang memiliki kedudukan yang lebih kuat. Sedangkan kebutuhan klien dapat terpenuhi melalui sumber daya langka yang dimiliki patronnya.

Sebagai makhluk sosial manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam yang ada di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena manusia dalam usahanya untuk melangsungkan hidupnya selalu tergantung pada lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimana ia berada. Ketergantungan manusia terhadap lingkungan ini terwujud dalam bentuk interaksi sosial yang berlangsung di lingkungan tersebut. Interaksi yang terjadi pada setiap lingkungan sosial itu merupakan serangkaian tingkah laku yang sistematis antara dua orang  atau lebih, yang dapat berlangsung secara horizontal dan vertikal.

B. Saran
Pada umumnya para nelayan masih mengalami keterbatasan teknologi  penangkapan  sehingga  wilayah  operasi  pun menjadi terbatas, hanya disekitar perairan pantai. Di samping itu, ketergantungan terhadap musim sangat tinggi dan tidak setia saat  nelayan  bisa  melaut, terutama pada musim ombak, yang berlangsung le ih dari satu
bulan. Akibatnya, tidak ada hasil tangkapan yang bisa diperoleh.Kondisi ini jelas tidak menguntungkan  nelayan  karena secara riil rata-rata pendapatan per bulan menjadi lebih kecil,


DAFTAR PUSTAKA





http://cyeciliapical.blogspot.co.id/2011/07/hubungan-patron-dan-klien-sosial-budaya.html




LAMPIRAN
DOKUMENTASI
 
 


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH FORMAT REKOD BISNIS

  MAKALAH FORMAT REKOD BISNIS           Disusun Oleh : DADANG MAULANA YUSUF D4 KEARSIPAN         UNIVERSITAS...