BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak ahli
ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia berasal
dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian
mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain
pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut.
Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s.
disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak
seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan
informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang
mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Untuk itu dalam makalah ini akan
dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia menurut Al-Qur’an, hadist, maupun
iptek.
Sejak dulu
manusia sudah diciptakan oleh Allah pada awalnya menjadi umat yang akan menjadi
pemimpin di surga. Manusia akan menjadi pemimpin malaikat dan syetan, akibatnya
syetanpun cemburu, dan berbuat murka dan tidak patuh terhadap Allah. Seiring
berjalannya waktu, Syetanpun berhasil mempengaruhi manusia untuk melanggar
aturan dari Allah swt, sehingga manusia dapat hukuman untuk diturunkan
didunia.Para malaikat khawatir, bahwa umat manusia (keturunan Adam) akan
membuat kerusakan di bumi. Padahal para malaikat merupakan makhluk yang selalu
bertasbih, mensucikan Allah. Ketidaktahuan para malaikat dan kekhawatiran para
malaikat itu menjadi hilang setelah mendapatkan penjelasan dari Allah bahwa
Allah lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh para malaikat (Kandungan
Q.S Al Baqoroh ayat 30).
1.2 Tujuan
dan Manfaat Penulisan
- Untuk mengetahui pengertian hakikat manusia
- Untuk mengetahui proses penciptaan manusia.
- Untuk mengetahui perjalanan hidup manusia
- Untuk menjelaskan fungsi tugas dan tujuan hidup manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat
Manusia
Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk ciptaan-Nya.
Oleh sebab itu manusia diharuskan mengenal siapa yang menciptakan dirinya sebelum
mengenal lainnya.
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
- Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
- Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
- Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
- Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
- Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
2.2. Proses
Penciptaan Manusia
2.2.1. Penciptaan Manusia Menurut
Al-Qur’an
Penciptaan manusia dan
aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai
berikut:
1.
Manusia tidak
diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya (spermazoa).
2.
Sel kelamin laki-lakilah
yang menentukan jenis kelamin bayi.
3.
Janin manusia
melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4.
Manusia
berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
5.
Setetes Mani
Sebelum proses
pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu
dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma
melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena
saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan
sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya
gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma
saja.
Artinya, bahan manusia
bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan
dalam Al-Qur’an :
- Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah
menjadikannya segumpal darah yang disebut ‘alaqah.
“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal
darah”. (al ‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel
telur wanita, terbentuk sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot
ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi
“segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan
bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap
pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang
kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot
mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada
bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk pada
zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq” dalam
Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel
pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan
lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
2. Pembungkusan
Tulang oleh Otot
Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam
rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot
yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan
otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak
orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah
benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan
bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang
digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai
mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar
tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
3. Saripati
Tanah dalam Campuran Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma
saja. Ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu
pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan
campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai
menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari
sari air yang hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8).
2.3. Perjalanan Hidup Manusia
Menurut Al Qur’an : Dari Allah kembali kepada Allah ( Al
Baqarah 2: 156 ). Sesungguhnya tujuan
hidup kita di dunia adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah, melalui ujian
kesabaran dan keikhlasan, bukan sekedar mengharapkan surga. Surga bukan tujuan para sufi. Surga bukan tujuan para pencari sejati. Karena di surga tidak ada Allah. Di surga tidak ada apa-apa, kecuali
kesenangan fisik.
Demi Masa : Manusia
senantiasa merugi (Al Asr 103:1-3).
Merugi bila kita tidak memiliki dan tidak mengerti tujuan hidup. Karena kita semua akan mengalami proses penuaan dan akhirnya mati,
kembali kepada Allah.
Beberapa periode kehidupan manusia
- Di Alam Ketuhanan
- Di Alam Ruh
- Di Dalam Rahim Ibu
- Di Alam Dunia
- Kembali Kehadirat Allah
2.4. Fungsi
Tugas dan tujuan Hidup Manusia
Tujuan
utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah artinya
sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.
Sedangkan
fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga
kalsifikasi, yaitu:
- Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk
mengatur dan mengendalikan segala isinya. Sebagai pedoman
hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan
yang bahagia dan jalan yang akan membahayakannya.
Perbedaan
tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia,
bukanlah suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya
tidak memperdulikan si miskin,
melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama melalui
tolong menolong.
- Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
Kehadiran
Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai ‘Rahmatal lil
‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh alam
untuk tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna
kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi
tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
- Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
- Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
- Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola, pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.
- Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
Fungsi
ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt. Tugas
ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh
keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia
dalam kehidupannya. Semua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat
dinilai sebagai ibadah jika semua yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut
semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun hadits tentang penciptaan manusia
adalah :
عَنْ أَبِي عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ
أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً،
ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ،
ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ
بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ
سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ
بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ
ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ
فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى
مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ
فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu
‘Abdirrahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan
beliau adalah ash-Shaadiqul Mashduuq (orang yang benar lagi dibenarkan
perkataannya) beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan
penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah
(bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal
darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging).
Kemudian
seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan
diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu rizkinya, ajalnya, amalnya dan
celaka atau bahagianya.
Maka demi
Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia,
sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli Surga
sehingga jarak antara dirinya dengan Surga hanya tinggal sehasta, tetapi
catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli Neraka, maka
dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal
dengan amalan ahli Neraka sehingga jarak antara dirinya dengan Neraka hanya
tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan
amalan ahli Surga, maka dengan itu ia memasukinya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Surah Al-Baqarah terdiri dari 286 ayat, termasuk golongan
surat Madaniyah, kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina. Surat ini dinamai
Al-Baqarah karena mengisahkan penyembelihan sapi betina yang diperintahkan
Allah kepada Bani Israil (Ayat 67 sampai 77). Surat Al-Baqarah dinamai juga
dengan Fastalul Qur’an (puncak AL-Qur’an) karena memuat beberapa hukum yang
tidak disebutkan dalam surat lain. Selain itu, surat Al-Baqarah dinamai
dengan Alif-Lam-Mim karena surat ini diawali dngan Alif-Lam-Mim.
Manusia diciptakan oleh Allah swt. pada dasarnya memiliki
dua peran atau fungsi, yaitu sebagai hamba Allah serta Khalifah di muka bumi.
Manusia yang ditugaskan sebagai khalifah di bumi harus mampu memahami isi
kandungan Al Qur’an, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
Q.S
Al-Baqarah : 30
وَ
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً
قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَن يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ
نَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَ نُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّيْ أَعْلَمُ مَا لاَ
تَعْلَمُوْنَ
(30)Dan
(ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau
hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan
darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia
berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
*
Kandungan ayat Q.S. AL- Baqarah ayat 30
Berikut
beberapa faidah Q.S. Al Baqarah ayat 30 :
1.
Adanya dialog antara Allah dan para malaikat tentang penciptaan manusia di bumi
karena adanya perbedaan pandangan, serta malaikat telah mengetahui keberadaan
manusia di bumi dan semuanya di bantah oleh Allah dengan perkataan
“Sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
2.
Kedudukan manusia dimuka bumi ini adalah sebagai khalifah Allah atau pengganti
Allah, yang diberi tugas untuk memelihara dan melestarikan alam, mengambil
manfaat, serta mengelola kekayaan alamnya sehingga terwujud kedamaian dan
kesejahteraan manusia.
3.
Malaikat menyaksikan bahwa tugas kekalifahan tersebut dilaksanakan oleh
manusia, karena menurut malaikat dirinyalah yang lebih baik berhak memikul
tugas tersebut dengan bukti bahwa mereka tidak mempunyai nafsu, selalu
bertasbih dan memuja Allah.
4.
Kesangsian Malaikat akan diciptakannya manusia, memiliki alasan yang jelas,
karena malaikat khawatir jika nantinya manusia tidak menaati Allah, tidak
pandai bertasbih, justru akan menyebabkan kerusakan di muka bumi.
*
Contoh Perilaku yang Menggambarkan Q.S. Al-Baqarah ayat 30
1.
Senantiasa berbakti kepada Allah swt. dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
2.
Selalu Menjunjung tinggi perdamaian dan persaudaraan.
3.
Selalu Menjaga dan melestarikan bumi dari kehidupan yang dapat merusak
penghuninya.
4.
Selalu berkeinginan untuk meraih kehidupan yang lebih maju dengan cara yang
baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
6. http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-agama-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar