Senin, 09 Oktober 2017

MAKNA & ARTI LAGU-LAGU DAERAH



1.    Judul    : Gundul – Gundul Pacul

Lirik :
gundhul-gundhul pacul-cul gembelengan
nyunggi-nyunggi wakul-kul kelelengan
wakul ngglimpang segane dadi sak latar  
wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Bahasa       : Jawa
Asal Etnik   : Jawa Tengah
Makna & Arti    : GUNDUL2 PACUL CUL artinya orang yang dikepalanya sdh kehilangan 4 indera tersebut yang mengakibatkan sikap berubah jadi GEMBELENGAN (congkak).
NYUNGGI2 WAKUL KUL (menjunjung amanah rakyat) selalu sambil GEMBELENGAN (sombong hati),
akhirnya WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan) SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia2, tak bisa bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat)

2.  Judul    : Apuse
Lirik & Arti :
Apuse kokon dao                               (Kakek-nenek ku mau)
Yarabe soren doreri                           (Pergi ke negeri seberang, Teluk Doreri)
Wuf lenso bani nema baki pase       (Pegang saputangan dan melambaikan tangan)
Apuse kokon dao                               (Kakek/nenek aku mau)
Yarabe soren doreri                           (Pergi ke negeri seberang, Teluk Doreri)
Wuf lenso bani nema baki pase       (Pegang saputangan dan melambaikan tangan)
Arafabye aswarakwar                        (Kasihan aku, selamat jalan cucuku)
Arafabye aswarakwar                        (Kasihan aku, selamat jalan cucuku)
Bahasa        : Papua
Asal Etnik   : Irian Jaya
Makna        : Lagu Apuse mengisahkan tentang perpisahan seorang cucu dengan kakek neneknya. Apuse sendiri artinya kakek atau nenek.

3.  Judul    : Yamko Rambe Yamko
Lirik :
Hee yamko rambe yamko aronawa kombe
Hee yamko rambe yamko aronawa kombe
Teemi nokibe kubano ko bombe ko
Yuma no bungo awe ade
Teemi nokibe kubano ko bombe ko
Yuma no bungo awe ade
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro

Arti :
Hai jalan yang dicari sayang perjanjian
sungguh pembunuhan di dalam negri
sebagai bunga bangsa
bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bangsa
bunga bertaburan
bunga bangsa, bunga bangsa, bunga bertumbuh
di taman pahlawan
Bahasa        : Papua
Asal Etnik   : Papua Barat
Makna          : Lagu tersebut adalah lagu tentang peperangan. Di lagu itu para pejuang Indonesia ingin menjadi bunga bangsa. Bunga bangsa itu adalah pahlawan. Yang rela berkorban untuk mempertahankan negara Indonesia ini dari para penjajah.

4.    Judul    : Rasa Sayange
Lirik :
Kalau ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur panjang boleh kita bertemu lagi
Rasa sayange, rasa sayang sayange
Lihat Ambon dari jauh rasa sayang sayange
Rasa sayange, rasa sayang sayange
Lihat Ambon dari jauh rasa sayang sayange
Bahasa       : Melayu Ambon
Asal Etnik   : Maluku
Makna & Arti           : Lagu ini merupakan lagu anak anak yang selalu dinyanyikan secara turun-temurun sejak dahulu oleh masyarakat Maluku untuk mengungkapkan rasa sayang mereka terhadap lingkungan dan sosialisasi di antara masyarakat. Jika didengarkan, lagu ini layaknya seperti sajak atau pantun yang bersahutan, yang merupakan tradisi lisan orang Maluku. Oleh karenanya banyak versi dari lagu ini karena liriknya dapat dibuat sendiri sesuai maksud dan tujuan dari lagu tersebut.

5.  Judul  : Kicir – Kicir
Lirik :
Kicir kicir ini lagunya
Lagu lama ya tuan dari Jakarta
Saya menyanyi ya tuan memang sengaja
Untuk menghibur menghibur hati nan duka
Burung dara burung merpati
Terbang cepat ya tuan tiada tara
Bilalah kita ya tuan suka menyanyi
Badanlah sehat ya tuan hati gembira
Buah mangga enak rasanya
Si manalagi ya tuan paling ternama
Siapa saya ya tuan rajin bekerja
Pasti menjadi menjadi warga berguna

Bahasa      : Indonesia
Asal Etnik   : Jakarta
Makna          : Lagu kicir-kicir ini merupakan lagu yang termasuk dalam kebudayaan nasional, karena kebudayaandapat merupakan tarian, lagu-lagu daerah dan alat musik yang dilestarikan.bangsa Indonesia merupakan bangsa yang paling beragam kebudayaannya dari mulai bahasa yang digunakan, pakaian adat sampai lagu-lagu dari tiap-tiap daerah pasti memilikinya.

6.  Judul : O Ina Ni keke
Lirik & Arti                :
O ina nikeke mangewisako            (Oh ibu mau ke mana)
Mange aki Wenang                         (Mau pergi ke Manado)
Tumeles waleko                               (Membeli rumahmu/kue)
Weane, weane, weane toyo           (Berikan, berikan, berikan sedikit)
Daimo siapa kotare makiwe          (Sudah tidak ada lagi, kamu baru minta)
Bahasa       : Manado
Asal Etnik   : Sulawesi Utara
Makna          : Lirik yang menyebutkan sebagai rasa kasih sayang dari ibu kepada anak yang disayanginya. Namun ternyata anak justru melihat rasa kasih sayang tersebut sebagai ungkapan rasa kemanjaan sehingga tidak adanya timbal balik rasa sayang yang terjalin dari hubungan ibu dan anak tersebut.

7.  Anging Mammiri
Anging mamiri ku pasang
Pitujui tongtongana
Tusaroa takkan lupa (2X)
Eaule na mangu rangi
Tutenaya, tutenaya parisina (2X)
Batumi anging mamiri
Anging ngerang dinging-dinging
Namalantang saribuku
Eaule mangerang nakku
Nalo'lorang, nalo'lorang jene mata
Anging mamiri ku pasang
Pitujui tongtongana
Tusaroa takkan lupa

Anging mammiri ciptaan Bora D. G. Irate adalah lagu Makassar, Sulawesi Selatan, yang artinya “angin bertiup, yang membawa kesejukan dan pesan untuk menyampaikan kerinduan kepada orang yang disayang”




8. Apuse
Apuse kokon dao
Yarabe soren doreri
Wuf lenso bani nema baki pase
Apuse kokon dao
Yarabe soren doreri
Wuf lenso bani nema baki pase
Arafa bye aswa ra kwar
Arafa bye aswa ra kwar

Apuse artinya “kakekku,” lagu rakyat Papua yang mengisahkan tentang seorang cucu yang hendak pamit kepada kakek-neneknya pulang ke pulau seberang, dan dengan berat hati direlakan. http://www.youtube.com/watch?v=U8NZEGNHx4g.


9.  Butet
Butet ... dipangungsian do amang mu ale butet
Da margurilla da mardarurat ale butet
Da margurilla da mardarurat ale butet
Butet ... tibo do mulak au amang mu ale butet
Musuttai ikkon saut do talu ale butet
Musuttai ikkon saut do talu ale butet
I ... doge doge doge i doge i ... doge doge
I ... doge doge doge i doge i ... doge doge
Butet ... sotung ngol-ngolan roha muna ale butet
Paima tona manang surat ale butet
Paima tona manang surat ale butet
Butet ... haru patibu ma magodang ale butet
Asa adong da palang mera ale butet
Da palang mera ni negara ale butet
I ... doge doge doge i doge i ... doge doge
I ... doge doge doge i doge i ... doge doge
Butet ciptaan S. Dis adalah “panggilan untuk anak perempuan Batak, Sumatera Utara. Lagu ini dinyanyikan oleh seorang ibu untuk anaknya, bertujuan untuk menghibur anaknya yang bersedih menunggu balasan surat dari ayahnya di medan perang” (SentraGlobalMedia http://www.youtube.com/watch?v=jZ6Dirb9_Yg).

10. Cing Cangkeling
Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten
Blos ka kolong bapak satar buleneng
Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten
Blos ka kolong bapak satar buleneng
Kleung dengklek buah kopi raranggeuyan
Keun anu dewek ulah pati diheureuyan
Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten
Blos kakolong bapak satar buleneng

Kleung dengklek buah kopi raranggeuyan
Keun anu dewek ulah pati diheureuyan
Cing cangkeling manuk cingkleung cindeten
Blos kakolong bapak satar buleneng


Cing Cangkeling adalah sebuah lagu Sunda, Jawa Barat. Kedalaman artinya lagu ini ungkapkan oleh Fauz Noor demikian:

Cing cangkeling, cing-cing eling manusia semua. Manuk (burung) bisa digunakan sebagai perlambang hati. Apa sebabnya? Sebab hati seperti manuk yang bisa terbang ke mana saja semau dirinya. Silahkan kamu rasakan sendiri. Hati kita bisa terbang ke Jakarta umpamanya. Hati tak bisa dipenjara oleh apa pun, walau pun orang yang sedang dipenjara. Apakah hati orang yang dipenjara selalu ada di penjara? Tidak! Sering hati mereka ada di rumah, rindu anak istri. Manuk cingkleung cineten, hati yang suka melirik-lirik ke sekitarnya itu harus tenang. Kalu hati sudah tenang, hati akan masuk ke kolong langit, Blos ka kolong, dan akan mendapatkan Bapa satar. Satar artinya dunia. Satar berasal dari bahasa Sunda kuno, artinya rendah. Silahkan tanya Kiai, dalam bahasa Arab dunia artinya rendah, adyan. Jadi, satar jeung dunia merupakan kata yang maksudnya sama. Kalau hati kita sudah tenang, maka kita akan mendapat dunia yang Bulendeung, yaitu penuh rahmat dan berkah Tuhan.”1

 
11. Gundul Pacul

Gundul gundul pacul cul gembelengan
Nyunggi-nyunggi wakul kul gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar

Penjelasan Rena Astry Pertiwi tentang lagu ini:

'Gundul pacul' artinya adalah seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya/orang banyak. Orang Jawa mengatakan pacul adalah 'Papat Kang Ucul' (empat yang lepas). Kemuliaan seseorang tergantung empat hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.

  1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat/masyarakat.
  2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
  3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
  4. Mulut digunakan untuk berkata adil.
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. 'Gembelengan' artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.
Arti harafiahnya jika orang yg kepalanya sudah kehilangan 4 indera itu mengakibatkan:

GEMBELENGAN (congkak/sombong). NYUNGGI-NYUNGGI WAKUL (menjunjung amanah rakyat/orang banyak) GEMBELENGAN (sombong hati), akhirnya WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh tak bisa dipertahankan).2

12. Hidop Gandong
Hidop Gandong ciptaan Kace Rumahmury adalah sebuah lagu dari Maluku yang mengajak semua orang untuk hidup dalam persaudaraan, saling membantu di waktu susah, dan jika ada persoalan supaya dibicarakan secara baik-baik. Istilah gandong terkait dengan adat Pela Gandong yang berarti ikatan persatuan dan persaudaraan antara komunitas-komunitas etnik di Maluku yang pada dasarnya datang dari akar yang sama. 

Bahasa Wemale
Ina ama caniluma mo
Caniluma mo ina ama mi hanokela
Ina ama mahanal ueni hanuleu emehelae
Ina ama mi hanauta
Ina ama tuku ma kina leuema
Hano yawali yawae saii hanalue saii
Nae kukulata
Sui silia sai (yawali, yawe hidup mulukue)
Mase nae pasalata kineae hohoe
Mase kanalesite mulukue nae hahaoti
Masake ina sa supa mo
Supa se na halukue lumei, hele santa keae
Kula e mutule helae
Tipi sue taliini rasae tuka isini
Em ce hidup mulukun


13. Miara Si Luri
Sa koo miara si luri
Piara nu sia, le'o-le'osen
Le'o-le'osenu sia
Wo sia lalei, lalei wia nikoo
Sa sia lewo-lewo'en
Si gampang uman, tumelew karia
Ni'itumou mikir-mikirlah
Sa nikoo miara si luri

Miara Si Luri adalah lagu dari Minahasa, Sulawesi Utara, yang berisi ungkapan nasihat bagi seorang pria supaya ketika ia berpacaran atau meminang seorang wanita, hendaknya memperlakukan ia dengan baik-baik, dengan demikian wanita itu akan betah tinggal bersamanya. Kalau tidak, maka ibarat burung luri ia akan mudah terbang meninggalkannya. Kata miara mengandung arti “pelihara,” namun kata itu melebihi arti dari memelihara binatang. Orang Minahasa juga menyebut Tuhan sebagai Si Mapiara (Yang Memelihara). http://www.youtube.com/watch?v=HTSSRSEfDBY.

14. Minahasa Kinatouanku

O Minahasa kinatouanku
Sela rimae un ateku
Meilek ung kewangunanu

Ngaran nu kendis wia Nusantara
Nuun Cingkeh Pala wo ung Kopra
Se mateles malolowa'
Dano Toulour depo wo 'numamu
Terbur Lokon Soputan
maawes ung wangunu
O Kinatouanku Minahasa
Sa wisa mendo endo le'os
Pale’osan ne matuari

O Minahasa Kinatouanku adalah lagu asal dari Minahasa, Sulawesi Utara, yang berarti “O Minahasa tempat lahirku.” Lagu ini menggambarkan kekaguman terhadap keindahan tanah Minahasa dan harapan supaya hidup aman dan sentosa di tanah kelahiran ini. http://www.youtube.com/watch?v=jTyVFlUKYGg.

15. O Ina' ni Keke'

O Ina' ni keke'
Mange wisa koo
Mange aki Wenang
Tumeles em waleko

Weane, weane
Weane toyo'
Dai'mo si apa
Koo tare makiwee

O Ina' ni Keke' adalah lagu asal dari Minahasa, Sulawesi Utara, yang berarti “O ibu dari keke'.” Keke' adalah sapaan sayang bagi anak perempuan Minahasa. Lagu ini menceritakan tentang perjalanan seorang ibu ke kota Manado, yang disebut Wenang dalam bahasa Minahasa, untuk membeli kue (waleko; diawali artikel “em” dibaca mbaleko). Sayangnya, yang meminta kue tidak kebagian karena sudah dimakan habis baru meminta.

Analisis Makna Lagu Bugis Awwi (Sulawesi Selatan) Sajang Rennu



Analisis Makna Lagu Bugis Awwi

(Sulawesi Selatan) Sajang Rennu


Lagu Awwi atau Sajang Rennu pasti dibuat oleh penciptanya karena suatu hal yang berkesan. Hal yang sama pun ikut dirasakan bagi para pendengar lagu tersebut. Mereka yang mengalami masa-masa remaja di tahun 90-an tentu memiliki jejak kenangan bersama Lagu Awwi atau Sajang Rennu. Apalagi bagi mereka yang tenggelam dalam dunia asmara yang tidak kesampaian atau patah hati karena impian cinta tidak menjadi kenyataan. Dijamin! ketika mendengar lagu Sajang Rennu, memori itu pasti akan kembali bersemayam di dalam sanubari.

Lagu Sajang Rennu sempat booming dan mewarnai belantika musik Sulawesi Selatan, khususnya di radio-radio lokal yang dipancarkan dengan frekuensi AM (Amplitude Modulation) saat itu. Bahkan lagu bernuansa romantika tersebut selalu menjadi lagu favorit yang dinyanyikan di acara-acara hajatan seperti pesta pernikahan. Lantas mengapa lagu tesebut banyak disukai orang, padahal mencitrakan arti kesedihan.
Apa sesungguhnya yang spesial dalam lagu yang diciptakan oleh Alm. Yusuf Alamudi dan H. Jafar Abu tersebut? Mari kita bedah dan mengungkap maknanya di bawah ini! 



Lirik lagu Awwi - Sajang Rennu dan Terjemahan Bahasa Indonesia

 

Awwi... (aduh...) REF
Terri peddi atikku (Menangis perih hatiku)
Ucapu campa aroku (Kuusap dan kuelus dadaku)
Uitamu tudang botting (Saat kulihat dirimu duduk di pelaminan)
teppasemmu tekkareba (Tanpa pesan dan kabar sebelumnya)

Mallere wae matangku (Bercucuran air mataku)
Naulleku teppakua (Begitu tega dirimu padaku)
Magi mulesse ri janci (Mengapa engkau mengingkari janji)
Mutaroa sajang rennu (Membuat diriku sedih; karena rindu yang tidak kesampaian)

Kegani maka utiwi sajang rennu atikku (Kemana akan kubawa perasaan sedih ini)
Eloku sedding ro mate (Ingin rasanya kumati saja)
Natea lao nyawaku (Tetapi nyawa tidak juga mau terlepas)

Nataroa sajang rennu (Menyisakan diriku bersama kesedihan)
Naulleku tapakkua (Begitu tega dirimu padaku)
.................................................................................................
Ko baja sangadie engka cera baru (Jika esok lusa ada pusara baru)
kuburu tenri bungai (Makam yang tidak ditaburi bunga)
iya'na tu rilalenna (Maka dirikulah terpatri di dalamnya)
utiwi lao peddiku (Kubawa pergi bersama kepedihanku)
utiwi limbang ri majeng (Melintasi dunia baru di alam baqa)

Awwi...Awwi...Awwi... 

Makna Lagu Awwi - Sajang Rennu 

Nah, setelah memahami terjemahan lagu Sajang Rennu dalam bahasa Indonesia, mari kita menelisik dan mengungkap makna yang terkandung di lagu bugis tersebut melalui proses analisis wacana bait  per bait!

Dimulai dengan kata awwi yang berarti aduh, lagu Sajang Rennu memberikan isyarat keluh kesah atas sesuatu. Ungkapan tersebut digunakan pengujar untuk mengungkapkan rasa sakit, entah itu ringan maupun berat. Jika mendengar kelirihan suara penyanyi ketika melafalkan kata awwi di lagu ini, tidak sulit meyakini bahwa rasa sakit yang dialami sang pencipta lagu/penyanyi termasuk kriteria berat. Apalagi dibarengi dengan tangisan, semakin memperjelas bahwa ada sesuatu yang mengusik, mengganggu, dan mencabik-cabik kestabilan emosinya.

Diikuti dengan tambahan gesture (yaitu mengelus dada), kian memberikan signal bahwa rasa sakit yang dirasakan pencipta lagu/penyanyi terjadi tiba-tiba sehingga menimbulkan efek kejutan yang masih sulit dipercaya. Perpaduan kata aduh, menangis, dan mengelus dada merupakan cerminan kekesalan luar biasa sang penyanyi karena harapannya tidak sejalan dengan kenyataan.

Selanjutnya diketahui bahwa pemicu terjadinya rintihan rasa sakit itu adalah kenyataan bahwa lelaki idaman  yang menikahi wanita lain masih sulit diterima hati. Tanpa kabar dan berita sang pujaan melangkah ke jenjang sakral. Lalu, mengapa sang penyanyi merasa mesti dikabari terlebih dahulu sebelum lelaki yang diidam-idamkannya itu menikahi wanita lain? Apakah mereka sebelumnya telah menjalin hubungan sebagai kekasih atau sang lelaki pernah menjanjikan sesuatu kepada sang penyanyi? Melihat kegusaran dahsyat yang dipikul sang penyanyi, tampaknya ada sesuatu yang perlu diungkap lebih lanjut.

Di bait selanjutnya, juga tidak sukar untuk mengungkap titik persoalan yang sebenarnya. Sang penyanyi yang tak kuasa menahan cucuran air mata yang membasahi pipinya, hanya mampu mengerang dalam kebisuan. Meratapi nasib yang benar-benar terjadi pada dirinya. Sang lelaki idaman yang dianggapnya kekasih benar-benar telah mengkhianatinya. Begitu tega mengingkari janji sehidup semati yang pernah diikrarkan sebelumnya. Kini, sang penyanyi hanya bisa mendekam di dalam pesakitan rindu yang tak kunjung mereda.

Sakit yang disimbolkan kata sajang rennu bukan sembarang sakit. Dalam bahasa bugis sakit diartikan mapeddi. Lalu mengapa sang pencipta lagu memilih kata sajang rennu? Sakit yang disebabkan oleh rindu yang tidak kesampaian idealnya memang disematkan pada kata majemuk sajang rennu. Begitulah sang pencipta menuangkan nilai-nilai kecendekiaan diksi dalam lirik lagunya tersebut.

Akibat sakit yang amat sangat dirasakan, sang penyanyi tampaknya mulai kehilangan rasio dalam berpikir dan mengatasi masalahnya. Bagaimana tidak, mendengar dan melihat sang kekasih lebih memilih wanita lain untuk diperistri padahal dirinya telah lebih dulu mengikat janji dengan lelaki pujaannya tersebut adalah fakta yang sulit dipercaya. Kabar tersebut bagai sebuah badai yang menerjang tiba-tiba dan meluluhlantakkan dunianya hingga tiada tersisa. Sang penyanyi lalu berontak dan memilih untuk mati saja. Kasih sayang yang menyatu dengan nyawanya telah direnggut lelaki penghianat yang mengaku kekasih. Untungnya, nyawa ada ditahan Tuhan.

Namun tetap saja, dirinya bagai mayat hidup. Raganya masih bergerak, tetapi batinnya seolah-olah mati. Sepertinya rasa cinta yang telah diserahkankannya kepada sang pujaan hati tak kuasa diambilnya kembali. Harga dirinya direnggut sehingga bersemayam di dalam pusara dianggapnya sebagai satu-satunya pilihan. Kesedihan itu ingin dibawanya ke alam baqa sebagaimana jiwanya yang telah lebih dulu mati.

Ditutup dengan kata awwi sebanyak tiga kali di akhir lagu mengindikasikan bahwa rasa sakit yang dirasakan oleh sang pencipta lagu (diwakili penyanyi) belum juga memperoleh penawar kesembuhan. Entah apa yang terjadi di kehidupan sebenarnya. Semoga tidak menjadi pemicu untuk melawan takdir dengan mengakhiri hidup selamanya.

Pesan dan Hikmah Lagu Bugis Awwi - Sajang Rennu

Sebagai lelaki dan pria sejati, jangan pernah sekali-kali berikrar untuk menikahi seorang wanita andai tidak benar-benar yakin. Apalagi sampai melakukan hal tidak-tidak, merenggut kesucian dan kehormatan seorang wanita dengan iming-iming cinta sehidup semati atau atas nama suka sama suka. Selain merupakan dosa besar, hal tersebut merupakan kehinaan luar biasa dan tidak pantas dimiliki lelaki Bugis.

Untuk kaum hawa, renungi baik-baik pemaknaan lagu Awwi - Sajang Rennu di atas agar kalian bisa memetik pelajaran. Jangan mudah percaya kepada lelaki. Meskipun ada perasaan suka kepadanya, jangan coba-coba untuk keluar dari jalur perkasihsayangan yang telah ditetapkan Ilahi. Cinta lelaki hanya patut diterima jika diawali dengan lamaran suci bukan hanya dengan ikrar kata-kata. Jangan mau dibohongi oleh spesies lelaki yang mengajakmu berdua-duaan, berkasih-kasihan, bertatap-tatapan, hingga kemudian menjalin relationship (sebut saja pacaran pranikah) karena sesungguhnya cara itu salah dan hanya memperturutkan nafsu semata. Lagipula, hubungan pacaran selain tidak sejalan dengan norma-norma dan nilai-nilai kearifan Tana' Bugis, juga bertentangan dengan syariah.

Jangan mau tertipu dan ikut-ikutan dengan gaya hidup wanita-wanita yang disesatkan zaman dan peradaban. Ingatlah bahwa kehormatan wanita hanya satu dan satu-satunya. Jika telah dibiarkan direnggut oleh lelaki, meski bergelar kekasih maka tidak ada lagi jalan untuk mengembalikannya seperti sedia kala. Kesucian yang telah ternoda mustahil untuk dipintal dan dirajut kembali menjadi utuh. Oleh karena itu, jagalah baik-baik.

Wanita bugis di masa lalu, meski belum mengenal Islam seutuhnya, mereka menjaga kesuciannya. Jadi, wanita bugis beragama Islam di masa sekarang harusnya lebih baik lagi, yaitu tunduk dan patuh pada aturan Tuhannya. Jagalah kehormatan. Jika sang pencipta mewajibkan menutup aurat, janganlah menolak dengan alasan keduniawian. Pakailah hijab syar'i serta jangan izinkan lelaki mencintaimu sebelum prosesi khitbah dan walimah.

Renungkanlah, betapa sakitnya seorang wanita yang ditinggal menikah oleh kekasih. Apalagi jika telah didahului dengan perlakuan kasih sayang melebih batas kewajaran. Maka tidak salah, di lagu Awwi - Sajang Rennu sang wanita memilih mati saja. Tanpa kehormatan/kesucian, wanita memang tiada bedanya dengan mayat hidup, kehilangan nilai dan derajat terbaiknya. Sebaliknya, jika seorang wanita berhasil menjaga kehormatan/kesuciannya, maka dirinya bagai seorang bidadari surga atau malah lebih tinggi derajatnya.

Dengan harapan, setelah Mengungkap Makna Lagu Bugis Awwi - Sajang Rennu, marilah kita memetik hikmah dan pelajaran hidup berharga.

MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM

  MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Eko...