KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang mana atas segala
rahmat dan hidayahNya yang tercurahkan kepada kita yang tak terhingga ini,
sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad
SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai akhir zaman amin ya
robal alamin. Karena anugerah dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Dalam
penulisan maupun penyusunannya, penulis menyadari bahwa masih banyak sekali
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
kepada para pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Psikologi Pendidikan
2.2 Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
2.4 Cakupan Psikologi Pendidikan
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah: “
usaha dasar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara”. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya
pendidikan profesional; yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah, serta
dosen di perguruan-perguruan tinggi sebagaimana yang tersirat dalam Bab XI
Pasal 39 (2) UU Sisdiknas tersebut.
Untuk melaksanakan profesinya, tenaga
pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan
keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntunan zaman dan
kemajuan sains dan teknologi. Di antara pengetahuan-pengetahuan psikologi
terapan dengan pendekatan baru yang erat kaitannya dengan proses belajar dan
mengajar dalam suasana zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang
ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan psikologi terapan dengan pendekatan baru
itulah, makalah Psikologi Pendidikan ini disusun, dengan harapan dapat
memberikan kontribusi yang berarti dan memantapkan kualitas kompetensi calon
guru dan guru serta dosen profesional yang bertugas pada jenjang masing-masing.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa itu pengertian psikologi pendidikan?
2.
Bagaimana sejarah singkat psikologi pendidikan?
3.
Apa saja objek psikologi pendidikan?
4.
Apa saja manfaat dari psikologi pendidikan?
5.
Apa saja yang termasuk dalam cakupan psikologi pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Psikologi
Pendidikan
Psikologi pendidikan menurut sebagian
ahli adalah subdisiplin psikologi bukan psikologi itu sendiri. Mereke
mengagnggap bahwa psikologi pendidikan itu tidak memiliki teori, konsep, dan
metode sendiri. Secara lebih sederhana dan praktis, Barlow (1985)
mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai;..... a body of knowledge grounded
in psychologycal research which provides a repertoire of resources to aid you
in functioning more effectively in teaching learning process. Psikologi
pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang
menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu Anda melaksanakan tugas
sebagai seorang guru dalam proses mengajar-belajar secara lebih efektif.
Tekanan definisi ini secara lahiriah hanya berkisar pada proses interaksi
anatarguru-siswa dalam kelas. Selanjutnya, Witherington dalam bukunya
Educational Psychology terjemahan M. Buchori (1978) memberi definisi
psikologi pendidikan sebagai A systematic study of the process and factors
involved in the educational of human being is called educational psychology,
yakni bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses
dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.[1]
Apapun yang dikemukakan oleh para ahli
tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan
adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih
menekankan pada sebuah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun
mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang
mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.[2]
2.2 Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
Sejarah khusus yang mengungkapkan secara
cermat dan luas tentang psikologi pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih
perlu dicari. Hal ini terbukti karena kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan
“Riwayat hidup” psikologi pendidikan masih sangat langka. Karya tulis yang
membahas riwayat psikologi yang ada sekarang pada umumnya membahas pelbagai psikologi
yang dicampur aduk menjadi satu, sehingga menyulitkan idntifikasi terhadap
jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik. Uraian
kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi pendidikan konon pernah
dilakukan alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring dan Murphi pada
tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi pendidikan
yang berkembang diwilayah inggris (David, 1972). Sudah tentu riwayat
psikologi pendidikan yang mereka tulis itu tidak dapat kita jadikan acuan bukan
karena keterbatasan wilayah pengembangan saja, melainkan juga telah
kadaluarsanya karya-karya tulis tersebut. Kenyataan yang tak dapat dipungkiri
bahwa penggunaan psikologi dalam dunia pendidikan sudah berlangsung sejak zaman
dahulu.
Meskipun istilah W.J.S. Purwadarminta
(Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 2001. Hal.267) psikologi
pendidikan sendiri pada masa awal perkembangannya, pemanfaatannya belum dikenal
orang. Namun, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir
dan berkembanglah scara resmi (entah tahun berapa) sebuah cabang khusus
psikologi yang disebut psikologi pendidikan. Menurut David (1972) pada umumnya
para ahli memandang bahwa Johan Friedrich Herbart adalah bapak psikologi
pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin sempalan
psikologi lainnya itu. Herbart adalah seorang filsuf dan pengaran kenamaan yang
lahir di Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia
menjadi dosen filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun
1809 ketika ia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg sampai
tahun 1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841. Nama
Herbart kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut
Herbartianisme pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah
apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuan
yang telah dimiliki individu. Dalam pandangan Herbart , proses belajar atau
memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan
antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep ini sampai
sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni yang kita
kenal dengan istilah apersepsi sebagai salah satu tahapan dalam belajar
mengajar (lihat Bab 8 Subbab E). Aliran pemikiran Herbartianisme, menurut
Rebert (1988), adalah pendahulu pemikiran psikoanalisis Freud dan berpengaruh
besar terhadap pemikiran psikologi eksperimental Wundt. Ia juga dianggap
sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan gaya baru yang pengaruhnya masih
terasa hingga sekarang. Buku Pedagogics (ilmu mengajar) adalah karyanya yang
dianggap monumental, “sesuatu yang agung”. Karya besar lainnya yang berhubungan
dengan psikologi pendidikan, Application of Fsichology to the Scienc of
Education (penerapan psikologi untuk ilmu pendidikan).
Sebagai catatan lengkap mengeni ilmuwan
besar yang berpengaruh tersebut, penyusun kutipkan sebagian pandangannya yang
berhubungan dengan pendidikan, yaitu: ... regard history the most potent to
study in developing child character, next to it the classes (David, 1972).
Dalam pandangan Herbart, mata pelajaran yang paling jitu untuk mengembangkan
watak anak adalah sejarang. Kemudian untuk pengajaran selanjutnya adalah
ilmu-ilmu alam, dan sebagai pelajaran akhir yang perlu diberikan kepada anak
adalah bidang-bidang studi formal seperti, membaca, menulis, dan berhitung.
Selanjutnya psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat,
meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari negara adidaya
tersebut menyebar keseluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Meskipun
perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa,
kenyataannya psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh perkembangan
psikologi pengajaran dan didaksologi seperti yang telah penyusun singgung
dimuka. Salah satu bukti masih dipakai dan dikembangkannya psikologi tersebut
di Eropa, khususnya di Inggris adalah masih diterbitkannya sebuah jurnal Internasional
yang bernama British Journal of Educational Psychology. Sekarang, semakin
dewasa usia psikologi pendidikan, semakin banyak pakar psikologi dan pendidikan
untuk mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas
psikologi dan fakultas pendidikan di universitas-universitas terkenal di dunia
yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan
fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Sayang, di negara kita jurusan
psikologi pendidikan-yang biasanya di gabungkan dengan bimbingan dan penyuluhan
(BP) itu sudah amat jarang diselenggarakan pada fakultas keguruan baik negeri
maupun swasta.
Kenyataan lain yang menunjukkan
kepesatan perkembangan psikologi pendidikan adalah semakin banyaknya ragam
cabang psikologi dan aliran pemikiran psikolog yang turut berkiprah dalam
riset-riset psikologi pendidikan. Cabang dan aliran psikologi yang datang silih
berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, di antaranya
yang paling menonjol adalah:
a)
Aliran humanisme dengan tokoh-tokoh utama J.J. Rousseau.
Abraham Maslow, C. Rogers;
b)
Aliran behaviorisme dengan tkoh utama J.B Watson. E. L.
Thorndike, dan B.F Skiner.
c)
Aliran kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J.
Bruner, dan D. Ausbel.[3]
2.3 Objek Psikologi
Objek pembahasan psikologi adalah
manusia. Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik. Sedangkan
objek psikologi biasanya dibagi menjadi dua macam;
a)
Objek material, yakni objek yang dipandang secara
keseluruhannya. Adapun objek material dari psikologi ialah manusia itu sendiri.
Disamping menjadi objek psikologi, manusia juga menjadi objek bagi ilmu-ilmu
yang lain. Contoh; sosiologi, kedokteran, antropologi dan sebagainya.
b)
Objek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang
dipentingkan dalam penyelidikan psikologi itu. Dalam hal ini maka objek formal
dari psikologi adalah benda-benda menurut perubahan zaman dan pandangan para
ahli masing-masing. Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan misalnya,
yang menjadi objek formal dalam kajian psikologi adalah hakekat jiwa. Kemudian
pada masa Deskrates objek psikologi itu adalah gejala-gejala kesadaran, yakni
apa-apa yang langsung kita hayati dalam kesadaran kita; tanggapan, perasaan,
emosi-emosi, hasrat dan sebagainya.
Pada
aliran Behaviorisme yang muncul di Amerika pada permulkaan abad ke-20 yang
tampak menjadi objeknya ialah tingkah laku manusia yang tampak (lahiriyah).
Sedangkan aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, objeknya adalah
gejala-gejala ketidaksadaran manusia. Manusia merupakan makhluk uyang sangat
kompleks dan unik sifatnya. Itu pula sebabnya, maka jika ditinjau dari
perkembangan awalnya sampai sekarang psikologi telah berkembang sedemikian
pesatnya, sehingga kini kita mengenal beberapa macam psikologi.[4]
Menurut
Muhibbin Syah objek psikologi pendidikan itu terbagi 2, yaitu:
1.
Siswa, yaitu orang-orang yang belajar, termasuk pendekatan
strategi, faktor dan memengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2.
Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas
mengajar termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan
aktivitas penyajian materi pelajaran.[5]
2.4 Cakupan Psikologi Pendidikan
Psikologi
pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus
mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat
dalam proses pendidikan itu meliputi tirngkah laku belajar (oleh siswa),
tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku mengajar-belajar (oelh guru
dan siswa yang saling berinteraksi). Inti persoalan psikologis dalam psikologi
pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru, terletak pada siswa.
Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi
siswa. Oleh karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan,
selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek
psikologis para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan
proses mengajar-belajar. Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi
pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam.
1.
Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori,
prinsip-prinsip, dan ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
2.
Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan
perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.
Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan
keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berrhubungan dengan
kegiatan belajar siswa.
Sementara
itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16
topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut:
1.
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of
educational psychology).
2.
Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir
(heredity).
3.
Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4.
Perkembangan siswa (growth).
5.
Proses-proses tingkah laku (behavior process).
6.
Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of
learning).
7.
Factor-faktor yang memengaruhi belajar (factors that
condition learning).
8.
Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of
learning).
9.
Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan
pengukuran/evaluasi (measurement: basic principle and definitions).
10.
Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of
learning: subject matters).
11.
Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical
aspect of measurement).
12.
Ilmu statistik dasar (element of statistics).
13.
Kesehatan rohani (mental hygiene)
14.
Pendidikan membentuk watak (character education).
15.
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah
(psychology of secondary school subjects).
16.
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar
(psychology of elementary school subject). Keenam belas pokok bahasan itu,
konon telah dikupas oleh hampir semua ahli yang telah diselidiki Smith,
walaupun porsi (jumlah bagian/jatah) yang diberikan dalam pengupasan tersebut
tidak sama.
Dari
rangkaian pokok-pokok bahasan versi Smith dan tiga pokok yang sebelum ini telah
penyusu singgung di muka, tampak sangat jelas bahwa masalah belajar (learning)
adalah masalah yang paling sentral dan vital, (inti dan amat penting) dalam
psikologi pendidikan. Dari seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar siswa
merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini bermakna bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak berpulang kepada proses belajar siswa baik
ketika ia dalam kelas maupun di luar kelas. Selanjutnya, walaupun masalah
belajar merupakan pokok bahasan sentral dan vital, tidak berarti
masalah-masalah lain tidak perlu dibahas oleh psikologi pendidikan. Masalah
mengajar (teaching) dan proses mengajar belajar (teaching-learning process)
seperti telah penyusun tekankan sebelum ini, juga dibicarakan dengan porsi yang
cukup besar dan luas dalam psikologi pendidikan.
Betapa
pentingnya masalah proses mengajar-belajar tersebut, terbukti dengan banyaknya
penelitian yang dilakukan dan buku-buku psikologi pendidikan yang secara khusus
membahas masalah interaksi instruksional (hubungan bersifat
pengajaran) antara guru dan siswa. Khusus mengenai proses
mengajar-belajar, para ahli psikolog pendidikan seperti Barlow (1985) dan Good
& Brophy (1990) mengelompokkan pembahasan ke dalam tujuh bagian.
1.
Manajemen ruang (kelas) yang sekurang-kurangnya meliputi
pengendalian kelas dan penciptaan iklim kelas.
2.
Metodologi kelas (metode pengajaran).
3.
Motivasi siswa peserta didik.
4.
Penganan siswa yang berkemampuan luar biasa.
5.
Penanganan siswa berperilaku menyimpang.
6.
Pengukuran kinerja akademik siswa.
7.
Pendayagunaan umpan balik dan penindaklanjutan. Dalam hal
penanganan manajemen (proses penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan) yakni manajemen ruang belajar atau kelas, tugas utama guru
adalah:
1)
melakukan control terhadap seluruh keadaan dan aktivitas
kelas;
2)
menciptakan iklim ruang belajar (classroom climate)
sedemikian rupa agar proses mengajar-belajar dapat berjalan wajar dan lancer.
Pengendalian atau control yang dilakukan guru, menurut tinjauan psikologi
pendidikan harus senantiasa diorientasikan pada tercapainya disiplin.
Disiplin
dalam hal ini berarti segala sikap, penampilan, dan perbuatan siswa yang wajar
dalam mengikuti proses mengajar-belajar. Adapun adalah penciptaan
iklim kelas, guru sangat diharapkan mempu menata lingkungan psikologis ruang
belajar sehingga mengandung atmosfer (baca: suasana perasaan) iklim yang
memungkinkan para siswa mengikuti proses belajar dengan tenang dan bergairah.[5]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a)
Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi
pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari
psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada sebuah
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat
hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan
keberhasilan belajar.
b)
Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi
pendidikan konon pernah dilakukan alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti
Boring dan Murphi pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas
untuk psikologi pendidikan yang berkembang diwilayah inggris (David,
1972). Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan yang mereka tulis itu tidak
dapat kita jadikan acuan bukan karena keterbatasan wilayah pengembangan saja,
melainkan juga telah kadaluarsanya karya-karya tulis tersebut.
c)
Menurut Muhibbin Syah objek psikologi pendidikan itu terbagi
2, yaitu:
1.
Siswa, yaitu orang-orang yang belajar, termasuk pendekatan
strategi, faktor dan memengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2.
Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas
mengajar termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan
aktivitas penyajian materi pelajaran.
d)
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan
1.
Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
a.
Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik)
b.
Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
c.
Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
d.
Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik
e.
Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
2.
Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
a.
Menetapkan Tujuan Pembelajaran
b.
Penggunaan Media Pembelajaran
c.
Penyusunan Jadwal Pelajaran
e)
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok
bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam.
1.
Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori,
prinsip-prinsip, dan ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
2.
Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan
perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.
Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan
keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berrhubungan dengan
kegiatan belajar siswa. Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip
Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik cakupan pembahasan psikologi yang
rinciannya sebagai berikut:
1)
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of
educational psychology).
2)
Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir
(heredity).
3)
Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4)
Perkembangan siswa (growth).
5)
Proses-proses tingkah laku (behavior process).
6)
Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of
learning).
7)
Factor-faktor yang memengaruhi belajar (factors that
condition learning).
8)
Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of
learning).
9)
Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan
pengukuran/evaluasi (measurement: basic principle and definitions).
10)
Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of
learning: subject matters).
11)
Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical
aspect of measurement).
12)
Ilmu statistik dasar (element of statistics).
13)
Kesehatan rohani (mental hygiene)
14)
Pendidikan membentuk watak (character education).
15)
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah
(psychology of secondary school subjects).
16)
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar
(psychology of elementary school subject).
DAFTAR PUSTAKA
Supriyanto, Didik.
"Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan." MODELING: Jurnal Program Studi PGMI 4.2 (2017):
229-238.
Supriyanto,
D. (2017). Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan. MODELING: Jurnal
Program Studi PGMI, 4(2), 229-238.
SUPRIYANTO,
Didik. Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan. MODELING: Jurnal Program
Studi PGMI, 2017, 4.2: 229-238.
NURLIANI, Nurliani. Studi Psikologi
Pendidikan. Jurnal As-Salam, 2016, 1.2: 39-51.
MARBUN, Stefanus M.; TH, S.; PDK,
M. Psikologi Pendidikan. Uwais Inspirasi Indonesia, 2018.
[1] Muhibbin
Syah,Psikologi Pendidika Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remja
Rosdakarya,2010. Hal 13
[2] Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Hal 9
[3] Muhibbin
Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remaja
Rosdakarya,2010. Hal 24
[4] Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Hal 4
[5]Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011. Hal 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar