BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sastra merupakan bentuk kreatif dan produktif dalam
menghasilkan sebuah teks yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan
realitas sosial kemasyarakatan. Istilah „sastra‟ dipakai untuk menyebut gejala
budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat meskipun secara sosial,
ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidak merupakan keharusan. Hal ini berarti
bahwa sastra merupakan gejala yang universal (Jabrohim (ed), 2003 : 9).
Sebagai wujud seni budaya, sastra memiliki dunia sendiri
yang merupakan pengejawantahan kehidupan sebagai hasil pengamatan sastrawan
terhadap kehidupan sekitarnya. Dalam kaitannya dengan sastra pada umumnya orang
sepakat bahwa sastra dipahami sebagai satu bentuk kegiatan manusia yang
tergolong pada karya seni yang menggunakan bahasa sebagai bahan. Jadi, bahan
merupakan karakteristik sastra sebagai karya seni. Namun, pertanyaan demikian
belum akan menjawab secara memuaskan tentang apakah sastra itu. Sebagai satu
sistem, sastra merupakan satu kebulatan dalam arti dapat dilihat dari berbagai
sisi. Di antaranya adalah sisi bahan. Elis (dalam Jabrohim (ed), 2003: 10)
mengemukakan tentang konsep sastra bahwa (teks) sastra tidak ditentukan oleh
bentuk strukturnya tetapi oleh bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Ini
menunjukkan pengertian bahwa bahasa yang dipakai mengandung fungsi yang lebih
umum daripada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil
dari imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di
sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek individual mencoba mengahasilkan
pandangan dunianya (vision du monde) kepada subjek kolektifnya.
Signifikansi yang dilaborasikan subjek individual terhadap realitas sosial di
sekitarnya menunjukkan sebuah karya sastra berakar pada kultur tertentu dan
masyarakat tertentu. Keberadaan sastra yang demikian itu, menjadikan sastra
dapat diposisikan sebagai dokumen sosialnya (Jabrohim (ed), 2003: 59).
Di antara genre utama karya sastra yaitu puisi,
prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel yang dianggap paling
dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan, di
antaranya: a) novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap,
memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang
paling luas, b) bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa
yang paling umum digunakan dalam masyarakat. Oleh karena itulah, dikatakan
bahwa novel merupakan genre yang paling sosiologis dan responsif sebab
sangat peka terhadap fluktuasi sosiohistoris (Ratna, 2006: 335-336).
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang
bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin
melihat sastra sebagai cermin masyarakat (Endraswara, 2003: 77). Sosiologi
sastra diterapkan dalam penelitian ini karena tujuan dari sosiologi sastra
adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan
masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan dalam
hal ini karya sastra dikonstuksikan secara imajinatif, tetapi kerangka
imajinatifnya tidak bisa dipahami di luar kerangka empirisnya dan karya sastra
bukan semata-mata merupakan gejala individual tetapi gejala sosial (Ratna,
2003: 11).
Kelebihan Novel Ketika Cinta Bertasbih merupakan
novel yang mengajarkan kepada pembaca untuk mencintai ilmu agama, kehidupan
masyarakat yang bersahaja, dan selalu terbuka kepada segala kemungkinan ketika
Allah telah menghendaki (Salma, 2009: Diakses 22 Februari 2010). Dalam novel
ini diceritakan bagaimana para tokohnya menjalani hidup dengan selalu
berpedoman pada Al-Quran dan Al Hadist. Selain itu para tokoh dalam cerita ini
juga bisa hidup berdampingan dengan rukun dan saling menyayangi walaupun
terdapat perbedaan suku, budaya dan kelas sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Unsur-Unsur Intrinsik
Apresiasi
Berdasarkan Unsur-Unsur Intrinsik :
1. Tema
“
Perjuangan hidup untuk mengapai kebahagiaan”
2. Setting / Loka
Dalam
novel ini tempat yang dipakai penulis untuk mengisi ceritanya terletak di
Cairo, di Desa Kartasura, Desa Wangen jawa.
3. Perwatakan / Krakter
a.
Anna Althafunnisa ; Seorang gadis
yang sangat sempurna dimata semua orang, selain pintar dan cantiknya, dia juga
mempunyai budi pekerti yang baik.
b.
Khairul Azzam ; Seorang Pemuda yang
bertanggung jawab terhadap keluarga dan atas setiap perbuatannya dan menjadi suami
dari Anna Althafunnisa.
c.
Furqan Andi Hasan ; Seorang pemuda
yang pernah menjadi suami I Anna dan bercerai karena suatu masalah yang sangat
serius.
d.
Kiai Lutfi ; Seorang Ayah yang
sangat bertanggung jawab atas perbuatannya dan dapat menjadi panutan bagi
masyarakat.
e.
Ayatul Husna ; Gadis yang sangat
menyayangi keluarganya dan menjadi perantara yang mempertemukan Anna dengan
Azzam ketika di Indonesia
4.
Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab
akibat sehingga menjadi satu-kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Sebuah cerita
merupakan rangkaian peristiwa. Peristiwa yang dirangkaikan tersebut adalah
susunan peristiwa yang lebih kecil. Rangkaian kejadian itu tidak hanya disusun
berdasarkan komposisi cerita melainkan bergerak berdasarkan hubungan sebab
akibat.
Dengan demikian Teknik pengaluran menurut Sudiro Satoto
(1992: 27-28) ada dua yaitu, dengan jalan progresif (alur maju) yaitu dari
tahap awal, tahap tengah atau puncak, dan tahap akhir terjadinya peristiwa,
yang kedua dengan jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari akhir
cerita, menuju tahap tengah atu puncak, dan berakhir pada tahap awal. Tahap
progresif bersifat linear, sedangkan teknik regresif bersifat non linear. Bukti, Pertama dalam novel itu diceritakan tentang
kehidupan Anna dan perjuangan Azzam mencari calon istri. Kedua dalam novel ini
juga diceritakan kehidupan Anna sewaktu kecil. Selain itu masih banyak bukti
yang lain.
a) Latar Kejadian
-
Selepas magrib,
bukti … selepas magrib ia mengajak Furqan jalan-jalan keliling kota Solo……
-
Pagi hari
kira-kira pukul sepuluh. Bukti, Pagi itu kira-kira pukul sepuluh jenazah Pak
Masykur dikebumikan.
-
Siang hari di
Pesantren Wangen. Bukti: Dan siang hari itu Pesantren Wangen menggelarar acara
besar yang berbeda dari hari-hari biasa.
b) Latar Sosial
-
Sedih, bukti Bu
Masykur terus meraung. Bu Mahbub yang tak lain adalah kakak kandung Bu
Masykur mencoba manghibur dan menenangkannya……
-
Indah, bukti
…Dari desa Wangen, panorama gunung Merapi sangat jelas dan memukau.
-
Gemuruh, Bukti:
begitu husna selesai bicara tepuk tangan ribuan santri bergemuruh beberapa saat
lamanya.
-
Bahagia, bukti:
Ayah dan ibunya sangat bahagia dengan keberhasilan studinya.
-
Sepi, bukti :
Dan kini ia merasa dunia begitu sepi dan sunyi.
-
Hening, bukti:
Suasana menjadi hening seketika, mata Husna menjadi berkaca-kaca. Haru, bukti:
Husna menangis terisak-isak dalam pelukan kakaknya tercinta.
-
Senja hari,
bukti : sinar matahari yang kekuning- kuningan perlahan mulai pudar.
5. Sudut Pandang
Dalam novel ity penulis menggunakan
sudut pandang orang ketiga, karena penulis menceritakan tokoh dengan
menyebutkan namanya dengan nama panggilan atau menggunakan kata ganti orang
ketiga.pengarang seakan- akan berdiri di luar pagar. Pengarang tidak memegang
paranan apapun. Ia hanya menceritakan apa yang terjadi diantara tokoh-tokoh
cerita yang dikarangnya.
6. Gaya Bahasa
Adapun gaya bahasa yang digunakan yaitu asosiasi,
hiperbola, sinisme, dan metonimia.
7. Amanat
a. Tanggung jawab
anak sebagai kepala keluarga.
b. Semangat
perjuangan hidup.
c. Menyampaikan
pesan kesederhanaan.
d. Perjuangan mencari
cinta yang mengharap ridha Allah semata.
BAB III
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
1.
Teknik pengaluran menurut Sudiro
Satoto (1992: 27-28) ada dua yaitu, dengan jalan progresif (alur maju) yaitu
dari tahap awal, tahap tengah atau puncak, dan tahap akhir terjadinya
peristiwa, yang kedua dengan jalan regresif (alur mundur) yaitu bertolak dari
akhir cerita, menuju tahap tengah atu puncak, dan berakhir pada tahap awal.
2.
Masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan
kehidupan sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat
menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok
atau masyarakat.
3.
Menurut Syani (2002: 188), di dalam
kehidupan bermasyarakat sering ditemui beberapa masalah sosial yang antara lain
sebagai berikut.
a.
Masalah Kriminalitas
b.
Masalah Kependudukan
c.
Masalah Kemiskinan
d.
Masalah Pelacuran
e.
Masalah Lingkungan Hidup
B.
Saran
Fenomena kereligiusan di dalam suatu karya sastra yang hadir
dalam novel akan memiliki arti jika pembaca mampu memberikan interpretasi dan
ini berarti ia memiliki bekal tentang nilai religius yang mewadai pengetahuan
pembaca. Oleh karena itu, kita perlu banyak memahami lebih banyak nilai-nilai
yang terkandung dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih guna mewarnai hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar