Minggu, 26 Mei 2019

MAKALAH NILAI-NILAI KEJUANGAN PADA MASA REVOLUSI



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Setiap bangsa di dunia mempunyai dasar atau landasan, kekuatan, dan daya dorong bagi perjuangannya, yang berupa jiwa, semangat dan nilai-nilai untuk mencapai cita-cita nasionalnya. Begitu juga Bangsa Indonesia telah memiliki jiwa, semangat dan nilai-nilai 45 yang merupakan akumulasi nilai-nilai kejuangan bangsa Indonesia. Masalahnya, apakah dalam alam kemerdekaan nilai-nilai 45 perlu terus digelorakan ? Untuk siapa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana manfaatnya? Dengan memahami nilai-nlai 45 diharapkan bisa menjawab masalah tersebut. Dulu berjuang mengusir musuh yaitu Belanda, sekarang musuhnya multidimensi yaitu; kebodohan, kemiskinan, kesejahteraan, keadilan, disintegrasi dan KKN.

B.          Tujuan
-          Menyelesaikan tugas dari guru mata pelajaran sejarah Indonesia
-          Memahami makna mempertahankan kemerdekaan
-          Mengetahui perilaku-perilaku yang perlu dipertahankan untuk mempertahankan kemerdekaan
-          Memenuhi penilaian untuk nilai ulangan harian
-          Sebagai media komunikatif untuk pembaca dan pendengar saat kami presentasi



BAB II
PEMBAHASAN

Peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi dalam perang kemerdekaan, banyak mengandung nilai-nilai positif sebagai nilai-nilai perjuangan yang penting untuk kamu ketahui. Beberapa nilai perjuangan yang dimaksud antara lain sebagai berikut; 
Jendral Sudirman di atas tandu
A.          Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan Kesatuan Merupakan nilai penting dalam setiap perjuangan. Persatuan dan kesatuan tidak hanya menjiwai rakyat dalam berbagai pertempuran fisik. pada masa masyarakat besatu padu melawan sekutu dan NICA (Belanda). Persamaan tujuan demi mempertahankan kemerdekaaan mampu mempersatukan mereka. Jalur diplomasi yang ditempuh oleh pemerintah Belanda pun dijiawai oleh rasa persatuan dan kesatuan.
Untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan, kita bisa: menyamakan ideologi akan mempertahankan negara indonesia sebagai negara, menjunjung tinggi pertahanan negara agar tidak ada yang dipihakkan, dan menjaga silaturohim.
Prinsip-prinsip dalam perilaku persatuan dan kesatuan di antaranya:
1.    Prinsip Bhineka Tunggal Ika
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang majemuk. Hal ini mewajibkan kita bersatu sebagai bangsa Indonesia.
2.    Prinsip Nasionalisme Indonesia
Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa kita sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak ingin memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.    Prinsip Kebebasan yang Bertanggung jawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa.
4.    Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan itu manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional.
5.    Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Landasan hukum persatuan dan kesatuan bangsa antara lain:
a.       Landasan Ideal, adalah Pancasila yaitu sila 3 “Persatuan Indonesia.”
b.      Landasan Konstitusional, adalah UUD 1945 yang terdiri dari:
1.      Pembukaan alinea IV  yang berbunyi, “Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada … persatuan Indonesia.”
2.      Dalam pasal-pasal UUD 1945:
-          pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik.”
-          pasal 30 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa:
a)      tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
b)      Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan Undang-undang.
-          pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia
-          pasal 35
-          pasal 36
c.       Landasan Operasional, adalah ketetapan MPR no. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Yang perlu kita lakukan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan antar warga negara yaitu di antaranya:
-          meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong-royong dan musyawarah
-          meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan
-          pembangunan yang merata serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
-          memberikan otonomi daerah
-          memperkuat sendi-sendi hukum nasional serta adanya kepastian hukum
-          perlindungan, jaminan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia
-          memperkuat sistem pertahanan dan keamanan sehingga masyarakat merasa terlindungi

B.           Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya keikhlasan dalam memberikan atau melakukan sesuatu untuk orang lain, meskipun akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan atau kerugian pada diri sendiri.
Sikap rela berkorban juga ditunjukkan oleh para pahlawan kita yang dengan ikhlas bertaruh nyawa demi kemerdekaan Indonesia. Mereka mendahulukan kepentingan umum (negara) dari kepentingan pribadi. Para pemimpin, rakyat, dan para pejuang telah mempertaruhkan jiwa dan raga demi kedaulatan bangsa.
Tanpa pamrih adalah tidak mengharapkan imbalan atau tidak memiliki maksud tersembunyi dalam melakukan sesuatu. Tanpa pamrih adalah sebuah klausa yang sering digunakan untuk menggambarkan sikap para pahlawan Indonesia yang dengan suka rela dan ikhlas memperjuangkan kemerdekaan.
Para pahlawan tidak pernah mengharapkan atas apa yang mereka lakukan demi merebut kemerdekaan. Mereka melakukan semuanya atas dasar cinta tanah air dan kepentingan bersama.
Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu memiliki sikap tanpa pamrih dalam melakukan sesuatu. Sikap tanpa pamrih ini berhubungan dengan sikap rela berkorban yaitu ikhlas, tulus dengan sepenuh hati dalam mengerjakan sesuatu.
Contoh salah satu tokoh yang telah menunjukka sikap rela berkorban dan tanpa pamrih ialan Teuku Umar. Beliau rela menyerahkan diri ke Belanda untuk menjalankan strategi nya dalam menyelamatkan rakyat Aceh dari penderitaannya. Dan pada akhirnya beliau gugur dalam pertempuran melawan Belanda karena peluru musuh menembus dadanya.
Penerapan sikap rela berkorban di kehidupan sehari-hari yaitu ketika kita sedang bekerja kelompok. Kita semua sebagai anggota dari kelompok tersebut harus rela mengorbankan waktu yang biasa kita gunakan untuk bermain untuk mengerjakan tugas kelompok bersama-sama.
Sedangkan penerapan sikap tanpa pamrih dalam kehidupan sehari-hari yaitu ketika kita sedang menolong orang lain. Baik kita menolong orang tersebut adalah orang yang kita kenal maupun tidak, tetap saja kita tidak boleh pamrih kepadanya kalau kita sudah berbuat baik, menolong, dan meminta atau mengharapkan imbalan sebagai bentuk balas budinya kepada kita, atau menuntut ucapan terima kasih.
C.          Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah faktor pendorong yang sangat kuat bagi para pejuang kita untuk berjuang di medan perang sehingga timbullah semangat patriotisme. Sebagai perwujudan dari cinta tanah air maka muncullah berbagai perlawanan di daerah untuk melawan penjajah.
Contoh peristiwa yang menunjukkan perilaku cinta tanah air yaitu Pertempuran Surabaya. Pertempuran ini merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. 
Tokoh yang menunjukkan sikap perilaku cinta tanah air yaitu Bung Tomo. Bung Tomo tidak jauh dari peristiwa 10 November ini. Beliaulah yang memberikan pidato di hari bersejarah tersebut. Beliau menyampaikan pidatonya di hadapan Arek-Arek Suroboyo, yang terdiri dari pedagang, petani, tukang becak, pelajar, penduduk desa, dan masyarakat biasa. Meski hanya masyarakat biasa, namun setelah mendengar pidato Bung Tomo, mereka menjadi berkobar-kobar dan tidak gentar terhadap pasukan Belanda yang datang. Malahan, Arek-Arek Suroboyo berhasil menculik Jend. A. W. S. Mallaby dan membuat pasukan sekutu kewalahan. Pada akhirnya, Belanda dan Sekutu berhasil diusir dari Surabaya.
Sikap cinta tanah air dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya yaitu ketika membeli barang-barang di pusat perbelanjaan. Pilihlah produk-produk dalam negeri terlebih dahulu dibanding produk luar. Kemudian, pilihlah untuk menggunakan produk elektronik buatan negeri sendiri daripada membeli milik negara lain dan menyejahterakan negara lain.
D.          Toleransi dan Saling Menghargai
Toleransi, adalah sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb.) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian diri sendiri.
Saling menghargai merupakan perwujudan sikap dan perilaku kita terhadap orang lain yang menunjukkan sikap toleransi kita terhadap orang lain yang berlainan pendirian dengan kita. Dalam kasus ini, yang dimaksudkan yaitu toleransi antar suku-bangsa-agama di Indonesia yang heterogen ini.
Pada masa kemerdekaan, rasa toleran dan saling menghargai sangat dibutuhkan. Misalnya, pada masa revolusi, terdapat banyak laskar perjuangan rakyat yang terdiri atas berbagai ras, suku, dan agama. Hal itu memicu terjadinya konflik. Namun dengan adanya sikap toleran dan saling menghargai, konflik-konflik itu dapat diatasi.
Selain itu, pada masa kemerdekaan Indonesia, berbagai pemuda dari suku, ras, dan agama yang berbeda dari seluruh Indonesia berkumpul  untuk  merumuskan bagaimana Indonesia ke depan nantinya. Jika tidak ada rasa saling menghargai dan toleransi terhadap sesama, maka kemerdekaan yang kita rasakan sekarang belum tentu bisa terwujud.
Contoh peristiwa di masa revolusi yang menunjukkan sikap perilaku toleransi dan saling menghargai antar suku-bangsa-agama yaitu peristiwa di saat Belanda melancarkan Agresi Militer II. Dimana terjadi perbedaan pendapat antara kaum sipil dan militer. Kaum sipil memilih bertahan di Yogyakarta untuk menjalankan pemerintahan, sementara kaum militer ingin keluar dari Yogyakarta dan melakukan gerilya. Meski berbeda pendapat, kaum sipil tidak memaksakan kaum militer untuk bertahan di Yogyakarta. Begitu juga sebaliknya, kaum militer tidak memaksa kaum sipil untuk ikut gerilya.
Salah satu tokoh yang memiliki rasa toleransi tinggi adalah Bung Hatta. Hal ini dibuktikan pada peristiwa menjelang pengesahan dasar negara. Pada saat itu, sebagian kecil peserta sidang mengajukan usul keberatan terhadap rumusan dasar negara pada sila pertama. Bung Hatta sebagai seseorang yang taat beragama begitu memberikan perhatian terhadap usul yang diajukan oleh peserta lain meskipun berbeda agama. Beliau segera berkonsultasi dengan empat tokoh Islam. Pertemuan Bung Hatta dengan keempat orang tokoh Islam menyepakati usulan tokoh nonmuslim untuk mengganti kalimat sila pertama yang berbunyi '' Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya'' menjadi ''Ketuhanan Yang Maha Esa''. Penggatian ini dilakukan demi pesatuan dan kesatuan bangsa, karena kepentingan bangsa lebih utama daripada kepentingan golongan.
E.           Kerja Sama dan Cinta Damai
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama merupakan interaksi yang paling penting karena pada hakikatnya manusia tidaklah bisa hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia senantiasa membutuhkan orang lain. Kerja sama dapat berlangsung manakala individu-individu yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran untuk bekerja sama guna mencapai kepentingan mereka tersebut.
Sedangkan cinta damai adalah perasaan yang memicu munculnya rasa ingin bekerja sama demi mencapai suatu tujuan yang sama. Rasa cinta damai ini akan terpuaskan ketika kita telah selesai bekerja sama, telah mencapai tujuan, dan mendapatkan ketenangan, ketentraman, sebagai dampak dari hilangnya masalah tadi.
Dalam kasus ini, sikap perilaku kerja sama dan cinta damai yang dimaksud adalah sikap perilaku para pendahulu kita yang dulu memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita dengan bekerja sama untuk mengusir penjajah dan melepaskan diri dari tindasan bangsa asing. Dan rasa cinta damai yang dimaksud ialah rasa cinta terhadap kedamaian di negeri sendiri. Yaitu damai karena penjajah sudah pergi, karena negaranya kini sudah merdeka.
Kerja sama dan cinta damai diterapkan dalam perjuangan kala revolusi untuk menghindari peperangan fisik dengan Belanda. Dan upaya ini membuahkan hasil. Pada akhirnya, Belanda mau mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar. Terbentuknya RIS ini juga berkat kerjasama para pemimpin bangsa kita dan pemimpin-pemimpin negara BFO yang menghendaki Indonesia merdeka pada masa itu.


BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Kesimpulannya, ada banyak sikap dan perilaku yang dilakukan oleh para pendahulu kita. Yang mana merupakan faktor penting terciptanya kemerdekaan Indonesia. Dan maka dari itu, kita sebagai generasi penerus bangsa yang bertanggungjawab atas kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia kita tercinta ini, harus memelihara perilaku dan sikap seperti yang para pendahulu kita contohkan. Karena dari sanalah, bersumber kedaulatan. Tanpa perilaku sikap tersebut, maka kemerdekaan dan kedaulatan yang kita miliki saat ini akan sulit untuk dijaga dan dipertahankan.
Dapat kita lihat untuk saat ini, kondisi anak-anak generasi muda penerus bangsa kita semakin terpengaruh budaya asing (barat khususnya). Sehingga mereka kurang menunjukkan kepribadian sebagai warga negara. Mereka kurang menghormati adat istiadat ketimuran. Bahkan identitas diri bangsa kita semakin luntur. Kesadaran akan pentingnya menjaga kedaulatan dan kemerdekaan bangsa kita ini belum ada. Atau bahkan sudah ada, tetapi ditolak oleh hatinya. Hal ini sangatlah miris. Hanya dikarenakan merasa bahwa Indonesia tidaklah setara dengan negara tetangga, generasi muda langsung mengurangi jati diri ke-Indonesiaannya.
Karena inilah, masih banyak yang harus dipelajari. Banyak hal yang masih bisa kita pelajari bersama tentang perilaku mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Dan setelah kita pelajari bersama, ada baiknya jika kita terapkan dalam kehidupan kita sendiri, serta kita sosialisasikan kepada teman-teman kita yang mungkin sudah menjadi korban arus globalisasi.

B.           Saran
-          Lebih banyak bahasan tentang cara berperilaku
-          Orangtua mendidik anak-anaknya untuk berperilaku lebih baik dari sekarang
-          Guru-guru di sekolah membiasakan murid-muridnya untuk berperilaku toleran antar suku, budaya, bahasa, dan agama.
-          Lebih sering menggunakan barang-barang buatan dalam negeri
-          Lebih banyak info tentang barang-barang dalam negeri
-          Pengawasan ketat terhadap ormas-ormas yang bergerak di bidang keagamaan


DAFTAR PUSTAKA


MAKALAH TENTANG KARYA ILMIAH (PENGERTIAN, PEMBAHASAN, DLL ALL ABOUT KARYA ILMIAH)



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya ilmiah, cerita pendek (cerpen), resensi novel maupun drama adalah bagian dari pengetahuan yang wajib kita ketahui. Semuanya merupakan salahsatu bagian dari pelajaran Bahasa.  Hal tersebut juga merupakan buah pemikiran yang kemudian dituliskan, misalnya seperti karya ilmiah merupakan hasil dari pemikiran yang bersumber dari analisis suatu objek yang diteliti. Sedangkan Cerita Pendek adalah salahsatu karya sastra dimana menuliskan tentang cerita dengan narasi pendek. Adapun Resensi Novel yaitu tentang kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah. Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku. Sedangkan drama merupakan genre (jenis) karya sastra yang menggambarkan kehidupan manusia dengan gerak.
Maka dalam hal ini  penulis akan membahasa semua itu dalam makalah ini.

B. Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang karya ilmiah
2.      Untuk mengetahui tentang dengan cerpen
3.      Untuk mengetahui tentang resensi novel
4.      Untuk mengetahui tentang drama








BAB II
PEMBAHASAN

A. Karya Ilmiah
Karya Ilmiah adalah karya tulis yang dibuat untuk memecahkan suatu permasalahan dengan landasan teori dan metode-metode ilmiah. Biasanya Karya ilmiah berisikan data, fakta, dan solusi mengenai suatu masalah yang diangkat. Penulisan karya ilmiah dilakukan secara runtut dan sistematis.
Struktur Karya Ilmiah :
1. Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisikan dasar-dasar penelitian ilmiah dilakukan, masalah yang diangkat, dan mekanisme penyelesaian masalah itu.
2. Isi dan Pembahasan
Bagian isi dan pembahasan ini bisa terdiri dari satu atau lebih bab. Jumlah bab pada bagian ini bergantung seberapa pelik pembedahan dan pembahasan dari bahan penelitian.
3. Kesimpulan
Bagian kesimpulan berisikan kesimpulan dari hasil analisis pada bagian isi dan pembahasan. Kesimpulan yang disampaikan pada bagian ini berupa penjelasan singkat dan padat mengenai hasil analisis. Biasanya, bagian ini hanya terdiri dari satu bab.

Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah

Ciri-ciri karya ilmia hal yang harus dipahami mengenai karya ilmiah ialah ciri-cirinya:

1.    Reproduktif

2.    Tidak Ambigu

3.    Tidak Emotif

4.    Menggunakan Bahasa Baku

5.    Menggunakan Kaidah Keilmuan

6.    Bersifat Dekoratif

7.    Terdapat Kohesi

8.    Bersifat Objektif

9.    Menggunakan Kalimat Efektif

B. Cerpen (Cerita Pendek)
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004:431). Nugroho Notosusanto (dalam Tarigan, 1993:176) mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang panjangnya di sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

Unsur Intrinsik Cerpen

Dalam sebuah cerpen terdapat unsur-unsur interinsik yang wajib kamu ketahui. Unsur-unsur ini sangat penting dalam pebuatan sebuah cerpen. Unsur unsur tersebut antara lain tema, alur/plot, seting/latar, tokoh/pelaku dan penokohan/perwatakan. Adapun uraian dari unsur-unsur tersebut apat kamu ahami sebagai berikut:
1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide pokok sebuah cerita. Pada umumnya tema dapat di bagi menjadi dua. Yakni tema yang dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita (tersurat) tanpa harus menghayati ceritanya dan tema yang tidak langsung terlihat jelas , yakni pembaca harus bisa menyimpulkan sendiri tema yang terkandung dalam cerita tersebut (tersirat). Misalkan, tema tentang asmara, pendidikan, kesehatan, kepahlawanan dll.
2. Alur (Plot)
Alur atau plot adalah jalan cerita sebuah karya sastra. Secara garis alur dalam sebuah cerita dapat di gambarkan sebagi berikut:
  • Perkenalan tokoh
  • Mucul konflik atau permasalahan yang dihadapi tokoh
  • Peningkatan konflik hingga puncak konflik atau klimaks
  • Penurunan konflik
  • Penyelesaian dari masalah
Dalam membuat alur atau plot penulis harus memperhatikan karakter tokoh  yang akan di ceritakan. Biasanya semakin baik karakter tokoh maka semakin besar konflik yang akan timbul.
3. Setting atau latar
Setting atau latar merupakan hal-hal yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana dalam cerita tersebut. Seting atau latar biasanya berhubungan eret dengan tema cerpen misalnya jika cerpen bertemakan pendidikan maka setingnya berada di sekolahan, jika cerpen bertemakan agama maka setingnya berada di tempat ibadah.
4. Tokoh Atau Pelaku
Tokoh merupakan pelaku pada sebuah cerita. Setiap tokoh biasanya mempunyai karakter tersendiri mulai dari watak , sikap, sifat dan kondisi fisik. Karakter tokoh dalam sebuah cerpen dapat pula disebut dengan perwatakan. Dalam sebuah cerita kita dapat mengolongkan karakter tokoh dalam 3 jenis yaitu:
  • Tokoh protagonis (tokoh utama dalam sebuah cerita atau tokoh yang memerankan peran menjadi orang baik),
  • tokoh antagonis (lawan dari tokoh utama atau tokoh yang memerankan peran menjadi orang jahat)
  • tokoh figuran (tokoh pendukung untuk cerita atau tokoh yang mendampingi tokoh protagonis).
5. Penokohan (perwatakan)
Penokohan adalah pemberian karakter pada setiap tokoh dalam cerita. karakter yang telah ditentukan akan tercermin pada pikiran, tindakan, ucapan, serta pandangan tokoh terhadap peristiwa yang terjadi. Metode yang digunakan untuk menetukan karakter suatu tokoh  ada 2 (dua) macam yaitu:
  • Metode analitik  adalah metode yang digunakan untuk menetukan karakter tokoh dengan cara memaparkan ataupun menyebutkan sifat tokoh secara langsung. Contoh : penyayang, lemah lembut, pemberani, tegas, pemalu, egois, ringan tangan, ramah, ceria, lugu, kreatif, dll.
  • Metode dramatik adalah suatu metode yang digunakan untuk menetukan karakter tokoh dengan cara tidak langsung menggambarkan sifat tokoh. Penggambaran tokoh dilakukan melalui percakapan yang dilakukan oleh tokoh lain. Metode ini dapat juga disebut sebagai  metode reaksi tokoh lain (berupa pandangan, pendapat, sikap, dsb).
6. Sudut Pandang (Point of View)
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam sebuah cerita.
7. Amanat atau pesan
Yakni pesan yang ingin disampaikan oleh seorang pengarang melalui karya tulisnya kepada pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, dan sebagainya. Pesan merupakan hal penting dalam sebuah cerpen, karena dengan pesan yang baik pengarang dapat menyajikan cerita yang baik sehingga tokoh-tokoh dalam ceritanyapun dapat diteladani.

Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur yang terdapat di luar cerpen. Unsur ekstrinsik dari cerpen merupakan usur yang menjadi faktor pengarang membuat cerpen tersebut. Unsur ini sangat mempengaruhi penyajian amanat dan  latar belakang dari cerpen. Unsur eksterinsik cerpen dibagi menjadi 2 yakni :
1. Latar belakang masyarakat
Kondisi latar belakang masyarakat seorang penulis sangatlah berpengaruh besar terhadap terciptanya sebuah cerita. Kondisi itu bisa berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi politik negara, kondisi sosial masyarakat, kondisi lingkungan sekitar, sampai dengan kondisi ekonomi masyarakat.
2. Latar belakang pengarang
Latar belakang pengarang meliputi pemahaman kita terhadap sejarah hidup dan sejarah hasil karangan yang telah diciptakan. Semakin banyak karya sastra yang pernah ditulis maka semakin baik pula karya sastra tersebut.
Ciri-Ciri Cerpen
Ciri-ciri dari sebuah cerpen adalah sebagai berikut:
  1. Terdiri kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata.
  2. Habis dibaca dengan sekali duduk.
  3. Isi dari cerita berasal dari kehidupan sehari-hari.
  4. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami oleh pembaca.
  5. Bersifat fiktif.
  6. Hanya mempunyai 1 alur saja.
  7. Bentuk tulisan yang singkat lebih pendek dari Novel.
  8. Penokohan dalam cerpen sangat sederhana.
  9. Mengangkat beberapa peristiwa saja dalam hidup.
  10. Kesan dan pesan yang ditinggalkan sangatlah mendalam sehingga si pembaca ikut merasakan isi dari cerpen tersebut.
Fungsi Sastra dalam Cerpen
Fungsi sastra dalam cerpen dibagi dalam lima golongan yaitu :
  1. Fungsi rekreatif, yaitu memberikan rasa senang, gembira, serta menghibur para penikmat atau pembacanya.
  2. Fungsi didaktif, yaitu mengarahkan dan mendidik para penikmat atau pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung didalamnya.
  3. Fungsi estetis, yaitu memberikan keindahan bagi para penikmat atau para pembacanya.
  4. Fungsi moralitas, yaitu fungsi yang mengandung nilai moral sehingga para penikmat atau pembacanya dapat mengetahui moral yang baik dan tidak baik bagi dirinaya.
  5. Fungsi relegiusitas, yaitu mengandung ajaran agama yang dapat dijadikan teladan bagi para penikmatnya atau pembacanya.
C. RESENSI NOVEL
1.  Pengertian Resensi
Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, Resentie yang berarti kupasan atau pembahasan. Resensi adalah ulasan atau penilaian sebuah hasil karya dengan menyajikan kualitas yang terkait dengan keunggulan maupun kekurangannya. Menilai berarti mengulas, mempertimbangkan, mengkritik dan menunjukkan kelebihan-kelebihan serta kekurangan-kekurangan buku dengan penuh tanggung jawab. Artinya, penilaian yang disampaikannya harus disertai landasan dan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.  Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku.
2. Syarat Penyusunan Resensi
Ada beberapa syarat dal menyusun resensi antara lain :
a.   Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit dan tebal buku.
b.   Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.
c.   Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
d.   Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan.
3.  Unsur-Unsur dalam Resensi
Unsur-unsur dalam resensi meliputi :
1.   Judul resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar  menjiwai seluruh  tulisan atau inti tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah penulisan resensi selesai. Yang perlu di ingat, judul resensi harus selaras dengan keseluruhan isi resensi.
2.   Data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
a.  Judul buku (jika buku itu termasuk buku hasil terjemahan, judul aslinya juga harus ditulis)
b.  Pengarang (jika ada, tulis juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera dalam buku)
c.  Penerbit
d.  Tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa)
e.  Tebal buku (berapa halaman)
f.     Harga buku (jika diperlukan)
3.   Pembukaan (lead)
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini.
a.  Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa yang diperoleh.
b.  Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun pengarang lain.
c.  Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang.
d.  Memaparkan keunikan buku.
e.  Merumuskan tema buku.
f.     Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku.
g.  Mengungkapkan kesan terhadap buku.
h.   Memperkenalkan penerbit.
4.   Tubuh atau isi pertanyaan resensi buku
Tubuh atau isi pertanyaan resensi buku biasanya memuat hal-hal dibawah ini:
a.   Sinopsis atau isi buku secara benar dan kronologis.
b.   Ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya.
c.   Keunggulan buku.
d.   Kelemahan buku.
e.   Rumusan kerangka buku.
f.     Tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit).
g.   Kesalahan cetak (jika ada)
5.   Penutup resensi
Bagian penutup, biasanya berisi saran atau pertanyaan bahwa buku itu penting untuk siapa dan mengapa.

4. Komponen Resensi Novel
Komponen yang dapat dibahas dalam menyusun resensi novel adalah sebagai berikut.

a.   Tema.
b.   Alur Cerita
c.   Penokohan
d.   Sudut Pandang
e.   Latar Cerita
f.     Nilai-nilai
g.   Bahasa dan Gaya Cerita
h.   Pengarang


D. DRAMA

Drama adalah karangan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia dalam bertingkah laku yang dipentaskan dalam beberapa babak. Berdasarkan penyajian lakon, drama dapat dibedakan menjadi delapan jenis, yaitu:
  • Tragedi: drama yang penuh dengan kesedihan
  • Komedi: drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan.
  • Tragekomedi: perpaduan antara drama tragedi dan komedi.
  • Opera: drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik.
  • Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi melodi/musik.
  • Farce: drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan.
  • Tablo: jenis drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan.
  • Sendratari: gabungan antara seni drama dan seni tari.
Berdasarkan sarana pementasannya, pembagian jenis drama dibagi antara lain:
  • Drama Panggung: drama yang dimainkan oleh para aktor dipanggung.
  • Drama Radio: drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat.
  • Drama Televisi: hampir sama dengan drama panggung, hanya bedanya drama televisi tak dapat diraba.
  • Drama Film: drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop.
  • Drama Wayang: drama yang diiringi pegelaran wayang.
  • Drama Boneka: para tokoh drama digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.
Jenis drama selanjutnya adalah, berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama. Pembagian jenis drama berdasarkan ini, antara lain:
  • Drama Tradisional: tontonan drama yang tidak menggunakan naskah. 
  • Drama Modern: tontonan drama menggunakan naskah.
UNSUR-UNSUR DRAMA (TOKOH, LATAR, DAN AMANAT DRAMA)
Indikator : Disajikan teks drama, siswa dapat :
  • Menentukan tokoh utama
  • Menentukan latar
  • Menentukan amanat
Unsur-unsur drama
  •  Tema adalah ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita drama
  • Alur yaitu jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama mulai babak pertama hingga babak terakhir
  • Tokoh drama atau pelaku drama terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama atau peran utama disebut primadona sedangkan peran pembantu disebut figuran
  • Watak adalah perilaku yang diperankan oleh tokoh drama. Watak protagonis adalah watak (periku) baik yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya : penyabar, kasih sayang, santun, pemberani, pembela yang lemah, baik hati dan sebagainya. Sedangkan watak antagonis adalah watak (perilaku) jahat yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya : sifat iri dan dengki, kejam, penindas dan sebagainya
  • Latar atau setting adalah gambaran tempat, waktu dan situasi peristiwa dalam cerita   drama
  • Amanat drama adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada penonton. Amanat drama atau pesan disampaikan melalui peran para tokoh drama.











BAB III

PENUTUP



Demikianlah pembahasan mengenai pengertian karya ilmiah, cerpen, resensi novel, dan drama. Pembahasan tersebut sangat berguna karena dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pembelajaran / dunia pendidikan sangat diperlukan.
Untuk itu dengan adanya penjelasan tersebut diatas dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita sebagai pelajar agar dapat menguasainya.


































DAFTAR PUSTAKA




MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM

  MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Eko...