Jumat, 11 Mei 2018

MAKALAH SOSIOLOGI :: KEMISKINAN DI DESA PARIGI - PANGANDARAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Saat ini, kemiskinan adalah masalah yang sangat sulit diatasi apalagi bagi negara berkembang. Kemiskinan menjadi momok dan kata yang sangat menakutkan karena semua orang pasti tidak mau menjadi miskin. hal itu berawal dari dua sebab, yaitu diri sendiri dan orang lain. Pertama, kurangnya kemampuan individu untuk mengembangkan kemampuan dirinya sendiri memperoeh kehidupan yang lebih baik. Kedua, kelicikan orang yang berpangkat merampas harta yang bukan miliknya alias korupsi.
Negara Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi  perekonomian masih  rendah di Indonesia terutama di desa, itu semua  menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan disebabkan pekerjaan masyarakat yang tidak menentu. Kebanyakan masyarakat desa bekerja sebagai buruh dan  petani dengan pendapatan yang rendah. Masyarakat petani tergolong masyarakat miskin karena masyarakat petani tersebut mempunyai banyak keterbatasan salah satunya yaitu, pengetahuan dan teknologi.   
Masalah kemiskinan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu memperoleh perhatian. Jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan nasional masih signifikan. Dicatat bahwa pada tahun 1985 Indonesia menduduki peringkat negara termiskin di dunia. Pada tahun 1966 Pendapatan Nasional Brutonya hanya US$50,- per kapita per tahun; sekitar 60 persen orang Indonesia dewasa tidak dapat membaca dan menulis; dan mencapai 65 persen penduduk negara tersebut hidup dibawah garis kemiskinan (Tambunan, 2006).
Kemiskinan salah satu penghalang kesejahteraan hidup masyarakat desa, untuk itu masyarkat desa harus bekerja sama untuk meningkatkan pembangunan perekonomian dan pemerintah harus peka terhadap masalah kemiskinan yang masih terjadi di dalam masyarakat.

1.2   Rumusan Masalah

Bagaimana dampak dan penanggulangan studi kasus kemiskinan yang terjadi di Desa Parigi ?

1.3   Tujuan

Memahami dampak dan penanggulangan kemiskinan dari studi kasus  yang terjadi di Desa Parigi

1.4   Metode

        Metode yang digunakan untuk penulisan makalah ini adalah metode refrensi literatur, artikel-artikel, dan jurnal yang didapat dari perpustakaan dan internet.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemiskinan
            Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum. Hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Ø       Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
Ø       Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Ø       Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

2.2 Mengukur Kemiskinan
            Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan Absolut dan Kemiskinan Relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standar yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yang cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki-laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1 per hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dengan batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang di dunia mengkonsumsi kurang dari $1 per hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari $2 per hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrim telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 per hari telah berkurang separuh. Tetapi, nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Berikut adalah contoh data jumlah dan persentase penduduk miskin menurut daerah dan menurut pulau yang diambil dari data Badan Pusat Statistik.
Tabel 1
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2011September 2011
Daerah/Tahun
(1)
Jumlah Penduduk
Miskin (Juta)
(2)
Persentase Penduduk
Miskin
(3)
Perkotaan
Maret 2011
September 2011

11,05
10,95

9,23
9,09
Perdesaan
Maret 2011
September 2011

18,97
18,94

15,72
15,59
Kota+Desa
Maret 2011
September 2011

30,02
29,89

12,49
12,36

Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2011 dan September 2011

Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang.

2.3 Penyebab Kemiskinan
            Umumnya, kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negera terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Kemiskinan petani pedesaan barangkali dapat juga dijelaskan melalui capability approach yang diketengahkan oleh Amartya Sen (1999) didalam Development As Freedom. Menurut Sen, kemiskinan berkaitan dengan freedom of choice; orang miskin sama sekali tidak memiliki freedom of choice karena terjadi capability deprivation. Capability mengacu pada dua perkara, yaitu ability to do dan ability to be. Petani miskin dipedesaan benar-benar mengalami ability to do dan ability to be yang rendah karena mereka dalam posisi yang dirampas. Berbagai macam deprivation dapat diketengahkan disini:
1. Structural devrivarion. Struktur berkaitan dengan: (1) power relations, dimana posisi petani selalu dalam posisi yang lemah; (2) adanya kebijakan pemerintah yang memengaruhi kebijakan dalam penangulangan kemiskinan; (3) dualisme ekonomi yang muncul dalam wajah baru.
2. Social capability deprivation: orang miskin tidak dapat meraih kesempatan, informasi, pengetahuan, ketrampilan, partisipasi dalam organisasi.
3. Economic capability deprivation: orang miskin tidak dapat mengakses fasilitas keuangan pada lembaga-lembaga keuangan resmi seperti perbankan, tetapi mereka terjebak pada Bank Plecit dan kaum rentenir yang tidak membutuhkan prosedur yang berbelit-belit.
4. Technological capability deprivation: dimana orang miskin tidak dapat memiliki teknologi baru yang memerlukan modal yang cukup besar. Teknologi tradisional seperti pembuatan alat-alat dari bahan lokal (tanah, bambu, kayu, dll) telah digantikan oleh alat-alat pabrikan.
5. Political capability deprivation: petani miskin di pedesaan tidak mampu memengaruhi keputusan politik yang dirumuskan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tidak didengarkan aspirasinya, tidak memiliki kemampuan untuk melakukan collective action.
6. Psychological deprivation: petani miskin pedesaan selalu memperoleh stigma sebagai orang-orang yang kolot, bodoh, malas, tidak aspiratif. Stigma inilah yang berakibat mereka menjadi rendah diri dan merasa disepelekan, merasa teralienasi di dalam kehidupan sosial dan politik.
            Kemiskinan petani dipedesaan semakin diperparah dengan munculnya sistem ekonomi global yang menganut paham neo-liberalisme. Tiga alat neo-lib yaitu World Bank, International Moneteray Fund (IMF) dan World trade organization kelihatannya tidak memihak pada petani miskin (catatan: sekarang para staf ahli dari Bank Dunia seperti Sen, Stilgitz, Woolcock dan Narayan) telah membaca tanda-tanda meningkatnya kemiskinan global karena perilaku neo-lib yang menyarankan untuk menghapus kemiskinan dinegara ketiga melalui structural adjustment programs, yaitu (1) free trade, (2) penghapusan tarif, dan (3) mengganti tanaman pangan dengan tanaman komoditas. Akibatnya adalah fatal, jumlah kemiskinan dunia meningkat menjadi lebih dari dua miliar penduduk. Di India jumlah orang miskin meningkat menjadi dua kali lipat. Dan yang paling menikmati kemiskinan penduduk dunia ketiga adalah negara-negara kapitalis.

2.4 Menghilangkan Kemiskinan
            Peneliti mengetengahkan suatu pendekatan kemiskinan yang sekarang ini juga disarankan oleh para penasehat Bank Dunia. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan modal sosial. Pendekatan ini telah ditunjukkan oleh banyak peneliti yang menyatakan bahwa pengentasan kemiskinan berkaitan erat dengan peranan modal sosial. Modal sosial berkaitan dengan social networking, norm of trust, mutual reciprocity dan mutual benefit. Hasil penelitian Grootaert (1999), Putnam (2000; 2002), Coleman (2000), Woolcock (2002), Slamet (2010) menunjukkan bahwa modal sosial dapat membantu dalam pengentasan kemiskinan. Menurut hasil penelitian Slamet (2010) modal sosial dapat diciptakan melalui 11 pembangunan institusi-institusi sosial. Institusi sosial memungkinkan terbentuknya modal sosial yang pada gilirannya dapat mengentaskan kemiskinan.
            Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
ü  Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan.
ü  Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
ü  Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.
Saat ini permasalahan ekonomi yang mendesak  adalah pengangguran dan  rakyat miskin yang jumlahnya sangat besar. Ini disebabkan karena gerak ekonomi berjalan lamban (down turn). Investasi yang berjalan tidak mampu menyerap pertambahan tenaga kerja yang tumbuh sementara tenaga kerja penganggur yang ada selama ini jumlahnya juga sudah besar. Ini telah berjalan bertahun tahun sehingga berakumulasi menjadi jumlah di luar batas kewajaran. Akibatnya, tercipta masyarakat miskin yang berjumlah besar pula.
Kemiskinan ini berakibat pada semakin rendahnya pendapatan riil dan merusak sendi-sendi kehidupan lainnya seperti pedidikan dan kesehatan. Yang terkena imbasnya tidak sekadar pengurangan pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat tetapi juga pada kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan. Pendidikan masyarakat menjadi mundur dalam pengertian tidak saja semakin banyak anak-anak berusia sekolah yang tidak bersekolah tetapi mutunya juga menurun.
Demikian juga dengan tingkat kesehatan. Pengeluaran kesehatan menjadi pengeluaran mewah karena biayanya tinggi dan banyak anggota masyarakat yang tidak mampu membayar biaya dimaksud. Itu berarti secara perlahan kualitas hidup pun menjadi menurun.   Gurita pengangguran dan kemiskinan ini tidak bisa dibiarkan. Ia harus dihentikan dengan suatu aktivitas ekonomi yang besar (big push) melalui penanaman modal oleh pemerintah ataupun pihak perusahaan swasta.
           Namun, pemerintah sendiri atau pihak usaha swasta juga belum mampu mendorong perputaran aktifitas ekonomi dalam gerakan yang lebih besar. Kondisi mereka juga dalam sempoyongan. Itu berarti untuk saat ini kita harus menunggu sampai itu terjadi saat di mana pemerintah atau pengusaha swasta mampu dan mau menanamkan modalnya (investasi). Jika demikian halnya apa yang akan terjadi pada masa menunggu ini. Tentu semakin banyak anggota masyarakat yang menganggur dan miskin.
           Timbul pertanyaan siapa yang menganggur dan siapa yang miskin tersebut? Jawabannya adalah masyarakat jelata, yang umumnya  adalah mereka yang tidak mempunyai akses ke sektor formal, berpendidikan rendah dan berdaya ekonomi marjinal. Maka kalau harus menunggu tentu nasib para warga yang menganggur dan miskin tersebut menjadi semakin parah. Tentu hal ini tidak dapat dibiarkan karena dampak yang muncul bukan saja pada diri warga tersebut tapi juga pada kenyamanan dan kestabilan masyarakat lainnya. Dalam konteks yang seperti inilah pemerintah perlu mendorong perkembangan ekonomi rakyat Mengapa, karena penganggur dan rakyat miskin tersebut adalah rakyat jelata yang merupakan masyarakat marjinal di mana ekonomi rakyat itu bekerja. Apa itu ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat adalah kegiatan ekonomi yang berskala kecil yang dilakukan oleh rakyat dan biasanya bersifat informal. Ekonomi rakyat mampu menekan tingkat pengangguran  dan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat miskin untuk ukuran yang sebanding.
           Jika begitu halnya maka ekonomi rakyat harus dikembangkan dalam rangka untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Ekonomi rakyat, sesuai dengan ukurannya, diharapkan mampu menyelesaikan kedua masalah tersebut secara langsung. Cara ini lebih fokus pada penyelesaian masalah yang dihadapi oleh masyarakat jelata.
Oleh sebab itu, mengembangkan ekonomi rakyat dapat dianggap sebagai salah satu pilihan untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan yang terdapat di masyarakat. Cara ini pun dianggap lebih terhormat di mana mereka bukan sebagai orang yang minta dikasihani. Cara ini adalah cara bagaimana mereka diberdayakan dengan memberikan peluang/kesempatan untuk berusaha pada bidang ekonomi rakyat. Yang diharapkan adalah suatu pengertian dari pemerintah sekaligus mengaturnya secara tepat agar ekonomi rakyat berjalan seperti yang diharapkan. Pemerintah diharapkan dapat memberi kesempatan kepada mereka sehingga mendorong mereka untuk tetap bertahan hidup.





BAB III
PEMBAHASAN

3.1.   Keadaan Ekonomi Masyarakat Desa Parigi
Pada umunmya jenis sarana social ekonomi masyarakat desa Parigi berupa usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang berskala kecil. dan selain warung-warung kecil juga terdapat toko serba ada atau mini market.
Disamping itu pula sarana ekonomi yang iainnya yang ada di Desa Parigi adalah perusahaan-perusahan kecil (home industry) seperti pabrik tempe/tahu, kecap, dan nata de coco. Transportasi ojeg beca dan sarana-sarana lainya yang menunjang kegiatan ekonomi baik itu sarana lahan pertanian maupun dari hasil perkebunannya.
Seiring dengan perkembangan jaman dan perubahan struktural desa Parigi tidak serta merta membawa kemajuan ekonomi yang signifikan. Hal ini disebabklan oleh tingkat kemampuan tiap individu yang berbeda-beda.

3.2. Permasalahan / Penyebab Perekonomian yang menyebabkan tingkat kemiskinan menjadi tinggi
1. Factor internal
a. Keterbatasan pengetahuan
Keberhasilan kegiatan pembangunan tidak hanya memerlukan dukungan investasi modal fisik semata, melainkan juga sumber daya manusia. Tanpa adanya dukungan sumber daya manusia yang memadai, akan terjadi ketidakmampuan dalam menjalankan investasi di berbagai sektor perekonomian dan sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi tidak akan dapat dicapai secara berkelanjutan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap daerah, dimana keberhasilan pembangunan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu kebutuhan dasar (basic need) bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf kehidupannya. Sekarang pendidikan sudah gratis tinggal kesadaran masyarakatnya untuk menyekolahkan anak-anaknya. Terlebih ke orangtuanya untuk mendorong anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan.


b. Keterbatasan modal usaha
Salah satu ciri dari kemiskinan yang sudah lama dikenali para ahli adalah kehausan rumah tangga miskin khususnya di peredesaan dan pesisir terhadap kredit berbunga lunak. Tetapi, ini bukan berarti setiap pemberian bantuan modal usaha berbunga lunak kepada rumah tangga miskin selalu berfungsi efektif. Pelaksanaan pemberian kredit secara efektif mengalami beberapa hambatan, diantaranya karena amat beragamnya kelompok sasaran yang hendak dijangkau, dan kesukaran mengkompromikan kriteria efisiensi dan efektivitas kredit. Selain itu, kendala lainnya disebabkan oleh kurangnya akses warga miskin atas lembaga keuangan yang ada di sekitarnya, dan yang tidak kalah pentingnya adalah tidak adanya barang jaminan yang dimiliki warga miskin yang dapat dijadikan sebagai agunan pada suatu lembaga keuangan. Untuk menanggulangi kemiskinan, kaum miskin perlu diberi kesempatan dan kepercayaan untuk mendapatkan pinjaman. Hanya saja mereka sulit berhubungan dengan bank, karena tidak memiliki agunan. Bagi rumah tangga miskin, kredit merupakan sarana untuk menciptakan pendapatan melalui bekerja dan berusaha berdasarkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki dan potensi lingkungan ekonomi dimana ia berada. Kredit yang tepat, murah, dan mudah yang dikelola berdasarkan adat dan budaya setempat merupakan salah satu sarana penting yang amat membantu melancarkan kegiatan perekonomian. Ringkasnya, fungsi kredit adalah untuk membantu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga miskin, khususnya yang tergolong miskin dan mendekati miskin (near poor). 
c. Kurang potensialnya jenis pekerjaan yang dimiliki
Keterbatasan pengetahuan menyebabkan rumah tangga miskin melakoni jenis pekerjaan yang relatif kurang potensial. Keterbatasan mengakses lapangan pekerjaan yang menjanjikan serta banyaknya masyakarakat yang bekerja pada lapangan kerja yang kurang produktif berakibat pada rendahnya pendapatan sehingga mereka tergolong miskin atau tergolong pada pekerja yang rentan jatuh di bawah garis kemiskinan (near poor). Pada umumnya informasi yang diperoleh sangat jelas menunjukkan bahwa rumah tangga miskin cenderung tidak memiliki pekerjaan tetap, namun tidak juga dapat dikategorikan tidak bekerja atau pengangguran terbuka karena dari sisi jam kerja melebihi jam kerja normal (35 jam/minggu). Hanya saja, jika dikaji dari sisi kemampuan produktivitas dengan kaitannya dengan upaya pemenuhan kebutuhan dasar tampaknya masih menemui kendala. Karena itu perlu ada jenis pekerjaan yang lebih menjanjikan bagi rumah tangga miskin. Pada umumnya rumah tangga miskin bekerja apa saja dalam kurun waktu yang singkat demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, entah mau menjadi buruh bangunan, buruh tani, maupun tukang ojek. 
d. Pola hidup konsumtif
Streotipe malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi penyebab kemiskian Pola hidup konsumtif menjadi masalah pada masyarakat, dimana pada saat penghasilan banyak, tidak ditabung untuk persiapan paceklik, melainkan dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan sekunder. Namun ketika musim paceklik datang, pada akhirnya mereka berhutang, termasuk kepada lintah darat, yang justru semakin memperberat kondisinya.

2. Factor eksternal
a. Kurangnya perhatian pemerintah
Selain masalah keterbatasan pengetahuan, modal usaha, dan lapangan pekerjaan, kemiskinan pedesaan khususnya kalangan petani juga disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana pertanian. Kondisi wilayah yang cukup memprihatinkan karena masih adanya sistem pertanian sawah tadah hujan. Tentu saja kondisi yang demikian ini membuat kaum petani sangat tergantung pada alam, karena pengolahan sawah hanya dilakukan pada satu kali musim saja. Jika demikian, apakah kemiskinan yang diderita kaum papa ini disebut kemiskinan alamiah atau kemiskinan structural. 
b. Ketergantungan pada alam
Rumah tangga miskin sangat rentan terhadap perubahan pola pemanfaatan sumber daya alam dan perubahan lingkungan. Rumah tangga miskin yang tinggal di desa Parigi sangat tergantung pada sumberdaya alam sebagai sumber penghasilan.
c. Kendala & Semakin sedikitnya lahan pekerjaan
Tukang becak seiring perkembangan jaman becak semakin tersingkir karena tiap individu memiliki kendaraan sendiri (motor) sehingga pendaopatan para tukang becak jadi berkurang, untuk kepasar saja sudah pakai motor sendiri, kemana-mana pakai kendaraan sendiri, hal ini bukan hanya tukang saja yang menjadi imbas menurunnya pendapatan mereka, tapi juga tukang ojeg. Tidak adanya kemampuan lain selain yang mereka lakukan selama ini membuat pemerintah desa setempat harus berpikir keras bagaimana cara memberdayakan masyarakatnya agar keluar dari persoalan tersebut.
d. Harga Kebutuhan Pokok semakin tinggi
Semakin kesini harga kebutuhan pokok terus beranjak naik, berawal dari naiknya BBM merambah kebutuhan pokok sehingga daya beli masyarakat berkurang sedangkan pendapatan mereka pun tak ada.
e. Kendala yang dialami para petani desa Parigi
Seperti yang kita ketahui harga beras semakin hari semakin naik, hal ini tidak serta merta membuat para petani menjadi makmur. Hal ini dikarenakan harga pupuknya saja sudah tinggi dan beberapa faktor biaya produksi yang semakin naik. Pemerintah desa ngapain aja selama ini?

3.3. Cara Mengatasi Kemiskinan di Desa Parigi
1.       Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap tenaga kerja sehingga pengangguran penyebab kemiskinan bisa berkurang
2.       Mendirikan BLK (Balai Latihan Kerja ) bagi orang kurang mampu sehingga memiliki bekal yang cukup untuk maju di dunia usaha.
3.       Memberi Subsidi bagi orang kurang mampu seperti BLT ( Bantuan Langsung Tunai), subsidi BBM.
4.       Menarik minat pengangguran dengan menaikkan upah minimum sehingga mereka berhasrat untuk bekerja.














BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.
Penyebab orang menjadi miskin adalah karena ia terjebak dalam perangkap kemiskinan kemiskinan materil, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Ini masalah sosial dan kultural. Makanya penanggulangan kemiskinan mesti melibatkan transformasi sosial dan kultural juga, termasuk perubahan nilai-nilai (misal : etos kerja). Pembagian sesuatu yang gratis adalah langkah tidak karena membudayakan kemiskinan.
Pembangunan ekonomi yang salah satu tujuannya menghapus atau setidak-tidaknya mengurangi kemiskinan, dalam realitasnya justru sering kali menimbulkan kemiskinan baru. Bahkan lebih daripada sekadar paradoks, realitas kemiskinan diyakini atau paling tidak disinyalir justru merupakan salah satu produk pembangunan Dalam konteks itulah pembicaraan mengenai modal menjadi amat relevan sebab faktanya orang kerap kali menjadi miskin (mengalami pemiskinan) dalam proses pembangunan karena orang tersebut tidak memiliki cukup modal.
4.2. Saran
            Makalah ini hanya merupakan bagian terkecil dari sekian banyak referensi penelitian pengentasan kemiskinan di pedesaan, dan sedikit banyaknya menjelaskan masalah umum tentang kemiskinan yang bisa diambil dan dimanfaatkan ilmunya dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila ingin mengembangkan untuk menjadi model penelitian sejenis, akan lebih baik jika referensi yang digunakan lebih komprehensif dan lebih terarah demi pencapaian maksud yang diinginkan.



DAFTAR PUSTAKA








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM

  MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Eko...