Jumat, 11 Mei 2018

naskah drama KISAH PRATAMA dan unsur intrinsiknya



Unsur Intrinsik  Drama:
-Judul :Kisah Pratama
-Tema: Kesadaran
-Alur: Maju
-Amanat: “Jangan sia-siakan kesempatan untuk bersekolah karena tidak semua
orang dapat bersekolah dan terus semangat dalam belajar hingga nanti
bisa menggapai masa depan sehingga dapat membahagiakan orang tua.
-Latar:
a. Tempat: Kelas, Warung si engkong
b. Waktu :Pagi hari
-Penokohan Karakter
Pratama (Gunawan Pratama)
Sebagai siswa yang nakal dan suka bolos
Habibi (Habibi Ridwan)
Sebagai siswa yang taat tapi mudah terpengaruh
Indra (Firman Indra Maulana)
Sebagai siswa yang nakal dan mempengaruhi orang lain
Bapak Anto (Faisal Aminuloh)
Sebagai guru BK yang selalu  mengatasi anak-anak yang bolos
Dwi (Yuniar Siti Fatimah)
Sebagai siswa yang nakal dan selalu ikut-ikutan ke mana saja.
Ibu Ai (Fitria)
Sebagai Ibu guru yang lemah lembut


KISAH PRATAMA
Pratama adalah anak yang paling di gemari oleh guru karena kenakalannya sampai dia
terkenal di lingkungan sekolah.Dia sekolah di SMA ternama.Dia memiliki sahabat yang tidak kalah
nakalnya mereka yaitu:Indra,Habibi dan Dwi. Mereka pun terkenal dengan julukan 4 Sekawan
yang tidak pernah bisa terpisahkan mereka selalu bersama suka maupun duka.
Suatu hari Pratama yang baru saja sampai ke kelas Dia mengajak teman-temannya untuk
pulang karena Pratama tahu bahwa hari ini akan ulangan.
Pratama: “Bib,Pulang yuk !”
Habibi: “ Ah parah lu, Baru juga kemarin orang tua kita di panggil ke sekolah lu malah mau bolos
lagi”
Pratama: ”Ko lo jadi lemah begitu sih.”
Habibi: ”Bukan gue lemah tapi gue takut di keluarin dari sekolah ini.”
Pratama: “ Lo takut sama ancaman guru, guru itu cuman nakut-nakutin saja.”
Indra :” Iya lu jadi lemah banget jadi cowok.”
Habibi: ”Iya Oke deh,Ayo kita bolos lagi!”
Pratama: ”Nah gitu dong baru namanya cowok.”
Mereka pun bergegas mengambil tas dan beranjak untuk meninggalkan kelas.
Pratama:” Dwi,lo mau  ikut enggak?”
Dwi: “Kalo gue mah ikut-ikut aja lah.”
Pratama: “ Ayo kita pergi !”
Disaat mereka melempar tas ke jendela dan berniat untuk bolos melewati jendela. Ibu Ai
yang akan mengajar dikelas menegur mereka.
Ibu Ai:” Hei, kalian mau ke mana?”
Mereka pun terkaget dan serentak menengok ke arah ibu  Ai
Pratama: ”Ayo cepat loncat!”
Ibu Ai yang merasa tidak mampu menghadapi mereka akhirnya berniat untuk
memberitahu Bapak Anto sebagai guru BK
Ibu Ai: “Bapak, Pratama dan teman-temannya kabur lagi.”
Bapak Anto: “ Mereka lari ke mana?”
Ibu Ai: “Sepertinya mereka lari ke arah benteng belakang pak.”
Bapak Anto: “ Oh Iya saya akan ke sana.”

Bapak Anto pun bergegas mencari mereka ke arah benteng belakang tetapi sesampainya
di sana Bapak Anto tidak menemukan mereka, mereka berhasil lolos.
Habibi: “Ih...gimana nih kita ketahuan?”
Pratama:” santai aja.” (muka datar)
Indra:” Gimana mau santai, gimana kalau orang tua kita Panggil ke sekolah ?”
Habibi:” iya tuh, baru juga kemarin orang tua kita dipanggil ke sekolah.”
Dwi: ”Aduh.. gue jadi bingung  nih harus ngapain, kalian pada tahu kan gimana orang tua
gue.” (sambil memegang kepala kebingungan)
Pratama:” Sudah lah jangan dipikirkan, mending kita ke warung si Engkong, kan adem.”
Mereka pun pergi ke warung si Engkong lalu memesan makanan dan minuman.
Indra:” Gimana nih nasib kita besok?”
Habibi:” iya nih, gue enggak tenang”
Dwi:” kalau tahu seperti ini akibatnya, gue  enggak akan ikut, gue menyesal ikut dengan
kalian.” (sambil berkaca-kaca matanya)
Indra:” Ini semua salah lo pratama.”
Pratama: ”Kok salah gue sih?” (sambil menggebrak meja)
Habibi: ”Karena elo yang maksa gue” (sambil menyolot)
Pratama: ”Terus kenapa lo mau ikut?”
Habibi: “Kan elo yang maksa.”
Dwi: “Sudah diam, jangan malah saling menyalahkan.”(Sambil menangis)
Mereka pun terdiam sambil merenungi bagaimana nasib mereka  besok.
Dwi: “ Hey lihat itu!(Menunjuk anak kecil yang sedang memungut botol-botol bekas)
Habibi: “Kasihan ya dia, dia mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dan mungkin untuk
makan pun sulit. Memang ya dia kurang beruntung.”
Dwi: “Iya, sangat kasihan sekali kita beruntung masih bisa sekolah tapi kita malah bolos, dan
kita tidak tahu bagaimana perjuangan orang tua kita yang banting tulang untuk
menyekolahkan kita.
Pratama: “maafkan gue ya teman-teman telah mengajak kalian ke arah yang salah, sekarang
gue sadar.”
Habibi: enggak sepenuhnya salah lo juga pratama, ini juga salah kita semua yang tidak
melarang lo untuk tidak bolos.
Pratama: “tapi kan tetap salah gue, yang memaksa kalian apalagi ke lo bib maafkan gue ya.”

Indra: “Iya sudah, semuanya sudah terjadi jadi tidak ada yang perlu di sesali karena tidak
ada gunanya.”
Pratama: “Gimana kalau kita kembali ke sekolah dan meminta maaf ?”
Semua: “Ayo..”
Mereka pun kembali ke sekolah dan menuju ke kelas. Di kelas semua hening
karena sedang ulangan. Ibu Ai sedang duduk sambil mengawasi murid-murid yang sedang
ulangan. Pratama dan teman-teman lainnya masuk ke dalam kelas dan langsung
bersungkem di bawah kaki ibu Ai.
Ibu Ai: “Eh..Ini ada apa?”(Ibu Ai kaget)
Pratama: “Ibu maafkan kami semua yang telah bolos,kami berjanji tidak akan
mengulanginya lagi.”
Ibu Ai: “Emangnya kalian kenapa ?”(Ibu Ai heran dengan perubahan sikap mereka)
Habibi:” Kami sekarang sadar ibu bahwa selama ini yang kami lakukan itu salah, kami
menyadari bahwa banyak anak-anak  di luar sana yang kurang beruntung. Mereka
tidak bisa sekolah dan lebih-lebih untuk makan pun mereka kesulitan.”
Dwi: “Iya ibu, kami menyesal telah melakukan ini kami sadar bahwa selama ini kami
termasuk orang-orang yang beruntung karena masih di beri kesempatan untuk
bersekolah dan kami menyadari selama kami sekolah ada orang tua yang  rela
banting tulang untuk membiayai kami sekolah.”
Ibu Ai: “Alhamdulillah, jika kalian telah menyadari itu semua.Semoga kedepannya kalian
lebih baik dan tidak nakal lagi.Dan kalian harus ingat bahwa kalian harus
membahagiakan dan membanggakan orang tua yang telah susah payah membiayai
kalian.”
Semua: “ Iya Ibu.”
Ibu Ai: “Ya sudah, sekarang kalian duduk dan siap-siap untuk ulangan.”
Mereka pun duduk di tempat duduk mereka masing-masing dan bersiap-siap untuk
mengerjakan ulangan.
Setelah kejadian itu Pratama,Habibi,Indra dan Dwi menjadi siswa yang taat kepada
guru, menjadi lebih baik dari sebelumnya dan semakin semangat dalam  belajar.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM

  MAKALAH PENGARUH PENDIDIKAN DAN LATIHAN DASAR TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS SDM Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Eko...