KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan
Kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan RizkiNya sehingga kami disini dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum ini dengan waktu yang diharapkan.
Dalam pembahasan pada laporan ini yaitu
kami membahas tentang korosi. Adapun dalam penyusunan maupun penulisan, kami
menyadari masih terdapat kekurangan dan kesalahan, namun kami berharap semoga
dengan sedikit ulasan yang kami berikan dapat memberikan manfaat untuk kita
semua, khususnya bagi penulis yang masih dalam tahap pembelajaran.
Demikian dari kami / penulis, adapun
kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat kami nantikan untuk
kesempurnaan penyusunan/penulisan dimasa mendatang.
Pangandaran, 8 Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1
1.1.Latar
Belakang ……………………………………………………. 1
1.2.Tujuan
Praktikum …………………………………………………. 1
BAB II KAJIAN TEORI ……………………………………………… 2
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………… 4
BAB IV KESIMPULAN ………………………………………………. 8
FOTO KEGIATAN …………………………………………………………… 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam
dunia industri banyak menggunakan bahan yang terbuat dari besi atau baja yang
merupakan bahan logam seperti paku,
dll.
Dengan penggunaan bahan tersebut maka dalam menggunakan bahan tersebut
diharapkan untuk menjaga ketahanan suatu bahan dari perkaratan yang disebut
dengan korosi.
Banyak
cara yang bisa dilakukan untuk tetap mempertahankan ketahanan suatu bahan dari
perkaratan, tergantung seperti apa bahan tersebut. Dengan menggunakan banyak
cara untuk mencegah bahan tersebut maka diinginkan dengan berkembangnya modern
dapat lebih mudah mencegah korosi.
1.2 Tujuan
Praktikum
Setelah mengikuti
praktikum ini, praktikan diharapkan dapat :
· Mengetahui pengaruh
perlakuan panas dan mikrostruktur bahan terhadap laju korosi.
· Mengetahui massa rata-rata
sebelum dan sesudah di rendam dalam larutan HCL
· Menjelaskan proses penguji sebelum laju korosi.
BAB II
KAJIAN TEORI
Pengertian
Korosi
Korosi adalah peristiwa rusaknya
logam karena reaksi dengan lingkungannya. Definisi lainnya adalah korosi
merupakan rusaknya logam karena adanya zat penyebab korosi, korosi adalah
fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam.
Korosi
Aluminium
Aluminium, zink, dan juga kromium, merupakan logam yang
lebih aktif daripada besi. Jika demikian, mengapa logam-logam ini lebih awet?
Sebenarnya, aluminium berkarat dengan cepat membentuk oksida aluminium (Al2O3).
Akan tetapi, perkaratan segera terhenti setelah lapisan tipis oksida terbentuk.
Lapisan itu melekat kuat pada permukaan logam, sehingga melindungi logam di
bawahnya terhadap perkaratan berlanjut.
Lapisan oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih
tebal melalui elektrolisis, proses yang disebut anodizing. Aluminium yang telah
mengalami anodizing digunakan untuk membuat panci dan berbagai perkakas dapur,
bingkai, kerangka bangunan (panel dinding), serta kusen pintu dan jendela.
Lapisan oksida aluminium lebih mudah dicat dan member warna yang lebih terang.
ALAT
DAN BAHAN
- 4 buah paku
- 4 buah gelas plastik
- Air
- Larutan garam
- Larutan cuka
CARA
KERJA
- Sediakan 4 buah gelas plastik.
- Lalu beri label A, B, C dan D.
- Gelas A diisi paku.
- Gelas B diisi paku dengan air.
- Gelas C diisi paku dengan larutan garam.
- Gelas D diisi paku dengan larutan cuka.
- Letakan gelas-gelas tersebut di tempat yang aman
- Amati perubahan-perubahan yang terjadi.
HASIL PENGAMATAN
Larutan
|
Bahan
|
Kesimpulan
|
-
|
Paku
|
Tidak
berkarat
|
Air
|
Paku
|
Sedikit
Berkarat
|
Air
& Garam
|
Paku
|
Berkarat
dan airnya berwarna kekuningan
|
Air
& Cuka
|
Paku
|
Semuanya
berkarat dan airnya berwarna kemerahan
|
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi dan kecepatan
laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama belum tentu mengalami kasus
korosi yang sama pula pada lingkungan yang berbeda. Begitu juga dua logam pada
kondisi lingkungan yang sama tetapi jenis materialnya berbeda, belum tentu
mengalami korosi yanga sama. Dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
dua faktor yang dapat mempengaruhi korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi
dan faktor lingkungan.
1.
Faktor Metalurgi
Faktor
metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan
terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi,
jenis korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat
menyebabkan terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang
termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a.
Jenis logam dan paduannya
Pada
lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi. Sebagai contoh,
aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air biasa,
sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah terkorosi.
b.
Morfologi dan homogenitas
Bila
suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan tersebut
akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbeda-beda pada tiap
daerahnya.
c.
Perlakuan panas
Logam
yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau perubahan
fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C terhadap baja
tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida pada batas
butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja
tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan
sisa. Bila tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu
terjadinya korosi retak tegang.
d.
Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan
Merupakan
suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik setelah proses
fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki tegangan
sisa atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.
2.
Faktor Lingkungan
Faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a.
Komposisi kimia
Ion-ion
tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis korosi yang
berbeda-beda. Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif
yang berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif
mengakibatkan korosi. Gambar berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen
paduan terhadap ketahan korosi terhadap paduan tembaga.
b.
Konsentrasi
Konsentrasi
dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi kecepatan korosi yang
terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju korosi yang berbeda
dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana pada larutan
encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh konsentrasi
terhadap laju korosi dapat dilihat pada gambar berikut.
Suatu
logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda akan terbagi
menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk pada media
dengan konsentrasi O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada media dengan
konsentrasi O2 yang tinggi.
c.
Temperatur
Pada
lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika
reaksi kimia akan meningkat.
Gambar berikut
menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada Fe. Semakin tinggi
temperatur, maka laju korosi akan semakin meningkat, namun menurunkan kelarutan
oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu 800C, laju korosi akan
mengalami penurunan karena oksigen akan keluar sedangkan pada suatu sistem
tertutup, laju korosi akan terus menigkat karena adanya oksigen yang terlarut.
d. Gas, cair atau padat
Kandungan
kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada gas, bila
lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi (contohnya pada
pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium tersebut juga
dapat berbeda-beda. Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat
dilakukan, sedangkan pada medium cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan
proteksi katodik.
e.
Kondisi biologis
Mikroorganisme
seperti bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi mikrobial
terutama sekali pada material yang terletak di tanah. Keberadaan mikroorganisme
sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi kecepatan korosi pada
suatu material.
2. Teori Ion Svante August Arrhenius
Mengapa
larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan
nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik? Penjelasan tentang
permasalahan di atas pertama kali dikemukakan oleh Svante August Arrhenius
(1859 – 1927) dari Swedia saat presentasi disertasi PhD-nya di Universitas Uppsala tahun 1884.
Menurut Arrhenius, zat elektrolit dalam larutannya
akan terurai menjadi partikel-partikel yang berupa atom atau gugus atom yang
bermuatan listrik yang dinamakan ion. Ion yang bermuatan positif disebut
kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan anion.
Peristiwa
terurainya suatu elektrolit menjadi ion-ionnya disebut proses ionisasi. Ion-ion
zat elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion inilah yang
sebenarnya menghantarkan arus listrik melalui larutannya. Sedangkan zat
nonelektrolit ketika dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi
tetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik.
Hal
inilah yang menyebabkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan
listrik. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan:
1.
Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena zat elektrolit dalam
larutannya terurai menjadi ion-ion bermuatan listrik dan ion-ion tersebut
selalu bergerak bebas.
2.
Larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat
nonelektrolit dalam larutannya tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap
dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik. Zat elektrolit adalah zat
yang dalam bentuk larutannya dapat menghantarkan arus listrik karena telah terionisasi
menjadi ion-ion bermuatan listrik. Zat nonelektrolit adalah zat yang dalam
bentuk larutannya tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak
terionisasi menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan atau hasil
pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang cepat terkena faktor korosi
ialah paku yang diberi air dan larutan cuka.
Karena,
jenis logam dan paduannya, perlakuan panas, morfologi dan homogenitas, sifat
mampu fabrikasi dan pemesinan, komposisi kimia, konsentrasi, temperature,
kondisi biologis, gas, cair atau padat. Serta keasaman atau kebasaan merupakan
suatu faktor penyebab korosi. Namun pada percobaan justru asam memperlambat
korosi walaupun pada akhirnya paku mengalami korosi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar