BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nilai sosial adalah
nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk
menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas
harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan
masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata
nilai.
Dalam hal ini penulis
mencoba untuk membahas mengenai Kota Bandung, dimana dapat kita lihat mengenai
masyarakat, adat, serta sejarah kota Bandung itu sendiri.
1.2.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini, antara lain :
1.
Untuk mengetahui
tentang kota Bandung dilihat dari segi kehidupan bermasyarakat, sosial budaya,
serta sejarah kota bandung
2.
Untuk memenuhi
tugas Sosiologi
3.
Untuk menambah
pengetahuan dan wawasan penulis
1.3.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1.
Bagaimana
sejarah / asal usul kota Bandung terbentuk ?
2.
Bagaimana sosial
budaya masyarakat kota Bandung ?
3.
Bagaimana
kehidupan bermasyarakat kota Bandung ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah
Kota Bandung
Kata
“Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai
Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda
yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung”
diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat
berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung,
R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan
kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.
Kota
Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels,
mengeluarkan surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pembangunan
sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini
diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.
Kota
Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal
J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906 dengan luas wilayah waktu itu sekitar
900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah
menjadi luas wilayah saat ini.
Pada
masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh
para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu.
Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam
lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian
penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.
Pada
tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama “Concordia” (Jl.
Asia Afrika, sekarang), berseberangan dengan Hotel Savoy Homann, diadakan untuk
pertama kalinya Konferensi Asia-Afrika yang kemudian kembali KTT Asia-Afrika
2005 diadakan di kota ini pada 19 April-24 April 2005.
2.2. Kependudukan Kota Bandung
Kota
Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya didominasi
oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan penduduk minoritas terbesar di
kota ini dibandingkan etnis lainnya.
Pertambahan
penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana transportasi
Kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan kota ini dengan
Jakarta (sebelumnya bernama Batavia). Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877
jiwa jumlah penduduk kota ini kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan
Long March Siliwangi, penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun
1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.
Pemerintahan Kota Bandung
Dalam
administrasi pemerintah daerah, kota Bandung dipimpin oleh walikota. Sejak
2008, penduduk kota ini langsung memilih walikota beserta wakilnya dalam
pilkada, sedangkan sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kotanya.
Perwakilan Pemerintahan Kota Bandung
Sesuai
konstitusi yang berlaku DPRD kota Bandung merupakan representasi dari
perwakilan rakyat, pada Pemilu Legislatif 2004 sebelumnya anggota DPRD kota
Bandung berjumlah 45 orang. Sesuai dengan perkembangan dan pertambahan penduduk
maka pada Pemilu Legislatif 2009 anggota DPRD kota Bandung bertambah menjadi 50
orang, yang kemudian tersusun atas perwakilan delapan partai, dan terdiri atas
41 lelaki dan 9 perempuan.
Pariwisata dan Budaya Kota Bandung
Sejak
dibukanya Jalan Tol Padaleunyi, kota Bandung telah menjadi tujuan utama dalam
menikmati liburan akhir pekan terutama dari masyarakat yang berasal dari
Jakarta sekitarnya. Selain menjadi kota wisata belanja, kota Bandung juga
dikenal dengan sejumlah besar bangunan lama berarsitektur peninggalan Belanda,
diantaranya Gedung Sate sekarang berfungsi sebagai kantor pemerintah provinsi
Jawa Barat, Gedung Pakuan yang sekarang menjadi tempat tinggal resmi gubernur
provinsi Jawa Barat, Gedung Dwi Warna atau Indische Pensioenfonds sekarang
digunakan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk Kantor Wilayah XII
Ditjen Pembendaharaan Bandung, Villa Isola sekarang digunakan Universitas
Pendidikan Indonesia, Stasiun Hall atau Stasiun Bandung dan Gedung Kantor Pos
Besar Kota Bandung.
Kota
Bandung juga memiliki beberapa ruang publik seni seperti museum, gedung
pertunjukan dan galeri diantaranya Gedung Merdeka, tempat berlangsungnya
Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika pada tahun 1955, Museum Sri Baduga, yang
didirikan pada tahun 1974 dengan menggunakan bangunan lama bekas Kawedanan
Tegallega, Museum Geologi Bandung, Museum Wangsit Mandala Siliwangi, Museum
Barli, Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan, Gedung Indonesia Menggugat dahulunya
menjadi tempat Ir. Soekarno menyampaikan pledoinya yang fenomenal (Indonesia
Menggugat) pada masa penjajahan Belanda, Taman Budaya Jawa Barat (TBJB) dan
Rumentang Siang.
Kota
ini memiliki beberapa kawasan yang menjadi taman kota, selain berfungsi sebagai
paru-paru kota juga menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat di kota ini. Kebun
Binatang Bandung merupakan salah satu kawasan wisata yang sangat minati oleh
masyarakat terutama pada saat hari minggu maupun libur sekolah, kebun binatang
ini diresmikan pada tahun 1933 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda dan
sekarang dikelola oleh Yayasan Margasatwa Tamansari. Selain itu beberapa
kawasan wisata lain termasuk pusat perbelanjaan maupun factory outlet juga
tersebar di kota ini diantaranya, di kawasan Jalan Braga, kawasan Cihampelas,
Cibaduyut dengan pengrajin sepatunya dan Cigondewah dengan pedagang tekstilnya.
Puluhan pusat perbelanjaan sudah tersebar di kota Bandung, beberapa di
antaranya Istana Plaza Bandung, Bandung Supermal, Cihampelas Walk, Paris Van
Java Mall, dan Bandung Indah Plaza.
Sementara
beberapa kawasan pasar tradisional yang cukup terkenal di kota ini diantaranya
Pasar Baru, Pasar Gedebage dan Pasar Andir. Potensi kuliner khususnya tutug
oncom, serabi, pepes, dan colenak juga terus berkembang di kota ini. Selain itu
Cireng juga telah menjadi sajian makanan khas Bandung, sementara Peuyeum
sejenis tapai yang dibuat dari singkong yang difermentasi, secara luas juga
dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa.
Kota
Bandung dikenal juga dengan kota yang penuh dengan kenangan sejarah perjuangan
rakyat Indonesia pada umumnya, beberapa monumen telah didirikan dalam
memperingati beberapa peristiwa sejarah tersebut, diantaranya Monumen
Perjuangan Jawa Barat, Monumen Bandung Lautan Api, Monumen Penjara Banceuy,
Monumen Kereta Api dan Taman Makam Pahlawan Cikutra.
2.3. Sosial Dan Budaya Sunda Sebagai Mayoritas Masyarakat Bandung.
Kebudayaan Sunda merupakan salah
satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam
perkembangannya perlu dilestarikan. Kebudayaan kebudayaan tersebut akan
dijabarkan sebagai berikut : SISTIM KEPERCAYAAN hampir semua orang Sunda
beragama Islam. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk
memelihara keseimbangan alam semesta. Keseimbangan magis dipertahankan dengan
upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan
saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda,
adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka, yang
percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal).
MATA PENCAHARIAN
Suku Sunda umumnya hidup bercocok
tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang
sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan taraf
hidup.
KESENIAN KIRAB HELARAN
Kirap helaran atau yang
disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni
pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran.
Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus
seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan
harihari besar lainnya.
Diikuti oleh kelompok-kelompok
masyarakat yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti
sisingaan, gotong gagak, kendang rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan
klub motor.
Adapun PENCAK SILAT Pencak
silat tumbuh dikenal dan menyebar, Khususnya di Jawa Barat dan di seluruh
Nusantara pada umumnya,
SENI TARI TARI JAIPONGAN
Tanah Sunda
(Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik,
Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini.
Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang
sudah moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari
tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.
Tari Jaipong
ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini
merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi,
dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam musik Eropa/Amerika.
Ciri khas dari Tari Jaipong ini
adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling
menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang,
berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering
dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
Salah satu musik/lagu
daerah Sunda: Bubuy Bulan Es Lilin Manuk Dadali Tokecang
Warung Pojok WAYANG GOLEK Jepang boleh terkenal dengan ‘Boneka Jepangnya’, maka
tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang
Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan
dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang.
Seorang Dalang.
ALAT MUSIK
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari
angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara
menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas
(tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik
(da-mi-na-ti-la).
Jenis bambu untuk pembuatan
calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat
dari awi temen (bambu yang berwarna putih). Angklung adalah
sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan
oleh Bapak Daeng Sutigna. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas
kepentingan kesenian local atau tradisional KETUK TILU Ketuk
Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya
diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan
atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas.
Sistem keluarga
dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik
dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga, ayah yang bertindak sebagai kepala
keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat
mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.
Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai
istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan.
BAHASA Bahasa
yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda
adalah bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda,
dan sebagai alat pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda
itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan bagian dari
budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas Suku Sunda
yang merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada di Indonesia.
STRATIFIKASI SUKU SUNDA
Masyarakat Bandung dan
masyarakat Jawa Barat pada umumnya, yaitu masyarakat Sunda,
mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu sangat tergantung
pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan keputusan,
seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat lepas dari
keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya.
Komunikasi Vertikal, Hubungan
seseorang dengan orang lain dalam lingkungan kerabat atau keluarga dalam
masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat penting.
Soalnya, hubungan kekerabatan seseorang dengan orang lain akan menentukan
kedudukan seseorang dalam struktur kekerabatan keluarga besarnya, menentukan
bentuk hormat menghormati, harga menghargai, kerjasama, dan saling menolong di
antara sesamanya, serta menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di
antara anggota-anggotanya guna membentuk keluarga inti baru.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Demikianlah pembahasan
mengenai kota Bandung. Seperti yang kita ketahui bahwa kota Bandung adalah
merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta, dan Surabaya.
Hampir 99% penduduknya adalah suku sunda, dimana merupakan suku asli Propinsi
Jawa Barat. Dalam ragam budayanya pun tak lepas dari budaya sunda. Dalam hal
ini kami/penulis telah membahas mengenai ini di bab sebelumnya.
3.2.Saran
Adapun saran yang dapat
kami kemukakan, yaitu semoga kita dapat lebih mengenal lagi kota bandung dimana
merupakan suatu Ibukota Propinsi Jawa Barat, juga dapat lebih mencintai budaya
yang merupakan budaya suku sunda.
DAFTAR PUSTAKA
4.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar