BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah karya sastra ada untuk bisa dinikmati oleh pembaca
atau penikmat karya sastra. Untuk dapat menikmati sebuah karya secara
sungguh-sungguh dan baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya sastra.
Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya hanya bersifat
dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat.
Dalam dunia kesusastraan penyair bebas mengekspresikan
apa yang dipikirkannya sehinggan kadang-kadang dalam karyanya ada yang tidak
dapat diterima oleh akal sehat, karena memang seorang penyair mengejewantahkan
imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra. Jadi karya sastra merupakan
sebuah bentukan (out put) dari proses pemikiran (imajinatif) pengarang dalam
mengapresiasi untuk menjadi sesuatu yang estetik.
Disamping itu, pengetahuan akan unsur-unsur yang
membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra secara
menyeluruh. Tanpa pengetahuan akan unsur-unsur yang membangun karya sastra,
pengetahuan kita akan dangkal dan hanya terkaan saja sifatnya, jika pengetahuan
dengan cara demikian, maka maksud dan makna yang disampaikan pengarang
kemungkinan tidak akan tertangkap oleh pembaca. Unsur-unsur karya sastra
tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah
unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur,
setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berbeda diluar tubuh karya sastra yang
meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah “Apa sajakah unsur-unsur yang membangun karya
sastra dari dalam (Unsur Instrinsik) dari roman “Siti Nurbaya” karya Marah
Rusli?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
unsur intrinsik terutama pada tema, tokoh, dan sudut pandang pada roman ”Siti Nurbaya”.
D. Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para penikmat
roman, khususnya Roman ”Siti Nurbaya” karya Marah Rusli agar lebih memahami
unsur instrinsik dalam roman tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Prosa Fiksi
Berdasarkan bentuknya, prosa terbagi atas dua golongan
besar, yaitu prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Novel termasuk salah satu jenis
prosa fiksi. Sebelum menganalisis karya sastra yang berbentuk prosa (novel),
terlebih dahulu harus dipahami tentang pengertian dari prosa fiksi itu sendiri.
Menurut Menurut Rani dan Maryani (2002:15) yang dimaksud dengan prosa
fiksi adalah bentuk prosa yang isinya lebih menekankan unsur-unsur khayalan
atau imajinasi dan unsur subjektivitas pengarangnya. Aminuddin (1995)
menambahkan bahwa prosa fiksi adalah cerita atau lukisan yang diemban oleh
pelaku tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga
terjalin suatu cerita, Yacob Sumarjo (1991:53) menyatakan bahwa posisi fiksi
bermula dari kenyataan yang kemudian diolah menjadi cerita rekaan yang tidak
benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Jadi prosa fiksi adalah cerita
rekaan yang isinya merupakan hasil imajinasi pengarang berdasarkan kenyataan
yang ada di masyarakat.
Dalam dunia fiksi terdapat juga kebenaran seperti halnya
kebenaran dalam dunia nyata. Namun ada perbedaan kebenaran dalam dunia fiksi
dengan kebenaran di dunia nyata. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran
yang sesuai dengan keyakinan pengarang, kebenaran yang telah diyakini
”keabsahannya”. Wellek & Werren (1989) dalan Nurgiantoro (2005:6) mengemukakan
bahwa realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang
meyakinkan yang ditampilkan namun tidak selalu menyatakan kenyataan
sehari-hari.
B. Unsur Intrinsik
Karya Sastra
Cerita rekaan merupakan sebuah totalitas yang bersifat
artistik. Sebagai sebuah totalitas, cerita rekaan merupakan bagian-bagian,
unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya secara erat. Unsur
pembangun karya fiksi tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian. Pembagian yang dimaksud adalah unsur intrinsik yang terdiri dari
yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan
unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar tubuh karya sastra yang
meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman, dan tata nilai yang
dianut masyarakat. Dalam pembahasan kali ini hanya dibicarakan unsur intrinsik
karya fiksi.
Unsur intrinsik
prosafiksi terdiri dari tema dan amanat, alur, tokoh, latar, sudut
pandang, serta bahasa yang dipergunakan pengarang untuk mengekspresikan gagasannya.
a.
Tema prosa fiksi
terutama novel dapat terdiri dari tema utama serta beberapa tema
bawahan. Untuk mengetahui tema pokok pembaca harus banyak menelaah masalah apa yang banyak dibicarakan. Menurut Stantin dan Kenni, dalam Nurgiyantoro (2005:67) tema merupakan makna yang terkandung di dalam sebuah cerita sedangkan Brooks an Werren (dalam Tarigan. 1984; 125) menyatakan bahwa tema merupakan dasar atau maksud cerita. Jadi tema adalah sesuatu yang mendasari sebuah cerita.
bawahan. Untuk mengetahui tema pokok pembaca harus banyak menelaah masalah apa yang banyak dibicarakan. Menurut Stantin dan Kenni, dalam Nurgiyantoro (2005:67) tema merupakan makna yang terkandung di dalam sebuah cerita sedangkan Brooks an Werren (dalam Tarigan. 1984; 125) menyatakan bahwa tema merupakan dasar atau maksud cerita. Jadi tema adalah sesuatu yang mendasari sebuah cerita.
b. Alur adalah urutan peristiwa yang membentuk
suatu cerita. Alur merupakan struktur penceritaan yang dapat bergerak maju
(alur maju), mundur (alur mundur), atau gabungan dari kedua alur tersebut (alur
campuran).
c.
Tokoh dan Penokohan
Pergerakan alur
dijalankan oleh tokoh cerita. Tokoh yang menjadi pusat cerita dinamakan tokoh
sentral. Tokoh adalah pelaku di dalam cerita. Berdasarkan peran
tokoh dapat dibagi menjadi tokoh utama, tokoh bawahan, dan tokoh
tambahan. Tokoh tercipta berkat adanya penokohan, yaitu cara kerja pengarang
untuk menampilkan tokoh cerita.
d. Latar berkaitan erat
dengan tokoh dan alur. Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita.
Latar tempat terdiri dari tempat yang
dikenal, tempat tidak dikenal, serta tempat yang hanya ada dalam khayalan.
Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, namun ada pula yang
tidak dapat diketahui secara pasti.
e.
Sudut pandang
merupakan posisi pengarang terhadap peristiwa-peristiwa dalam cerita. Menurut
Abrams (1981:142) dalam Nurgiyantoro (2005:248), sudut pandang (point of view)
merupakan cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk
menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Jadi sudut pandang adalah cara pengarang untuk menetapkan siapa yang akan mengisahkan
ceritanya, yang dapat dipilih dari tokoh atau dari narator. Sudut pandang melalui
tokoh cerita terdiri dari (a) sudut pandang
akuan, (b) sudut pandang diaan, (c) sudut pandang campuran.
f.
Dalam menuangkan cerita
menggunakan medium bahasa, pengarang bebas menentukan akan menggunakan bahasa nasional, bahasa daerah, dialek, ataupun bahasa
asing.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tema
Roman Siti Nurbaya mengisahkan tentang hubungan cinta
kasih antara Siti Nurbaya dan Samsulbahri yang tak sampai karena yang selalu
dihalangi orang tua yang masih memegang teguh adat-istiadat yang akhirnya
menyebabkan kawin paksa. Siti Nurbaya terpaksa kawin dengan Datuk Maringgih,
seorang tua yang serakah sebagai penebus hutang ayahnya. Padahal Siti Nurbaya
sudah menjalin hubungan percintaan dengan kekasihnya yang bernama Samsulbahri. Meskipun
Siti Nurbaya tidak mencintai Datuk Maringgih, namun dia rela dikawini oleh
Datuk Maringgih daripada dia melihat ayahnya masuk penjara. Jadi tema roman
Siti Nurbaya adalah adat kawin paksa. Dalam roman ini semua pelaku cerita
meninggal. Ini membuktikan bahwa pengarang tidak kuasa melawan adat kawin paksa
yang saat itu masih sangat melekat di masyarakat Minangkabau saat itu.
B. Alur
Roman Siti Nurbaya menggunakan alur maju, karena
ceritanya terjalin secara berurutan mulai awal hingga cerita itu berakhir.
Untuk lebih jelasnya urutan peristiwanya terjalin seperti berikut:
- Eksposisi : Siti Nurbaya dan Samsulbahri yang akan berpisah karena Samsulbahri akan menuntut ilmu ke Jakarta.
- Insiden Permulaan :
a.
Datuk Maringgih iri terhadap
kemajuan usaha Baginda Sulaiman (ayah Siti Nurbaya) dan menyuruh anak buahnya
membakar semua kiosnya.
b.
Baginda Sulaiman meminjam uang
kepada Datuk Maringgih dan akan mengembalikannya setelah tiga bulan.
c.
Setelah jatuh tempo, Datuk Maringgih
menagihnya, namun baginda Sulaiman tidak bisa melunasi karena jumlahnya hampir
tiga kali.
- Penanjakan Laku :
a.
Datuk maringgih mengancam akan
melaporkan kepada polisi jika Baginda Sulaiman tidak bias melunasi utangnya
atau dianggap lunas jika Badinda Sulaiaman menyerahkan Siti Nurbaya sebagai
istri mudanya.
b.
Baginda Sulaiman rela dipenjara
daripada menyerahkan Siti Nurbaya. Namun, Siti Nurbaya sangat mencintai ayahnya
sehingga ia rela menjadi istri Datuk Maringgih daripada ayahnya dipenjara.
c.
Samsulbahri merasa sedih mengetahui
Siti Nurbaya menikah dengan Datuk Maringgih.
d.
Ketika Samsulbahri bersama Siti
Nurbaya, Datuk Maringgih marah lalu menyiksa Siti Nurbaya. Melihat itu
Samsulbahri memukul Datuk Maringgih hingga terjatuh. Siti Nurbaya berteriak
hingga ayahnya mendengar. Saat itu Baginda Sulaiman sedang sakit parah.
e.
Mendengar teriakan Siti Nurbaya,
ayahnya ingin bangkit namun terjatuh hingga meninggal dunia.
f.
Setelah kejadian itu, Siti Nurbaya
diusir Datuk Maringgih karena dianggap telah melanggar adat dan mencoreng nama
baik keluarga.
g.
Setelah beberapa saat Siti Nurbaya
menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Dalam perjalanan ia didorong seseorang hingga
tercebur di laut. Namun, dia ditolong seseorang hingga selamat.
h.
Sesampai di Jakarta, Siti Nurbaya
ditangkap polisi karena dituduh membawa lari kekayaan Datuk Maringgih.
i.
Samsulbahri berusaha untuk meminta
Siti Nurbaya diadili di Jakarta, tetapi ditolak oleh kepolisian.
j.
Dalam persdangan Siti Nurbaya
dinyatakan bebas.
- Klimak:
a.
Datuk Maringgih menyuruh anak
buahnya untuk meracuni Siti Nurbaya. Usahanya itu berhasil, Siti Nurbaya
meninggal.
b.
Mendengar kematian Siti Nurbaya,
Samsulbahri berusaha bunuh diri, namun diketahui oleh teman-temannya hingga
selamat.
c.
Ibunda Siti Nurbaya jatuh sakit
mendengar kematian Siti Nurbaya. Tak lama kemudian ibunya pun meninggal.
- Penurunan Laku:
a.
Beberapa waktu kemudian Samsulbahri
yang saat itu berpangkat letnan, dengan gelar Letnan Mas ditugaskan oleh
pemerintah Kompeni untuk menumpas pengacau di daerah Padang.
b.
Ternyata salah satu kelompok
pengacau itu didalangi Datuk Maringgih. Ketika terjadi pertempuran, Datuk
Maringgih berhasil menebaskan pedangnya pada tubuh Letnan Mas, namun hanya
luka-luka. Letnan Mas pun berhasil menembakkan pelurunya pada tubuh Datuk
Maringgih hingga meninggal.
c.
Samsul bahri dirawat di rumah sakit
Padang.
- Penyelesaian :
a.
Ketika dirawat di rumah sakit,
Samsulbahri minta maaf kepada ayahnya karena perbuatannya telah mencoreng muka
dan melanggar adat, yaitu berkasih-kasihan dengan istri orang. Ayahnya pun
meaafkan.
b.
Tak lama kemudian Samsulbahri meninggal.
Sebelum meninggal, dia berpesan agar dimakamkan di sisi Siti Nurbaya. Dia pun
dimakamkan bersebelahan dengan kuburan Siti Nurbaya di Gunung Padang.
C. Penokohan
Dalam roman Siti Nurbaya ada beberapa tokoh, baik tokoh
utama, tokoh lawan, maupun tokoh tambahan. Yang menjadi tokoh utama dalam roman
Siti Nurbaya adalah Siti Nurbaya, seorang perempuan yang selalu menderita
karena adat yang melingkupi hidupnya dan Samsulbahri, seorang pemuda terpelajar
dan sentimentil. Sedangkan tokoh protagonis dalam roman ini adalah Datuk
Maringgih, seorang tua yang serakah. Dia adalah seorang saudagar kaya yag
hidupnya tak pernah puas. Dia seorang yang sangat licik. Yang menjadi tokoh
tambahan dalam roman ini antara lain Baginda Sulaiaman (ayah Siti Nurbaya), seorang
pedagang yang terlalu percaya kepada orang lain. Sutan mahmud Syah, seorang
penghulu di Padang yang kurang berpikir panjang, tidak bijak
dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.
Dalam menampilkan watak para tokoh ini, pengarang
menampilkan secara langsung dan disajikan dengan cakapan/dialog, tingkah laku,
teknik reaksi tokoh terhadap peristiwa yang dialami, teknik reaksi tokoh lain,
teknik penulisan fisik, dan pikiran tokoh.
D. Latar
- Latar Tempat: Roman Siti Nurbaya ini terjadi di kota Padang Sumatra Barat) dalam lingkungan adat Minangkabau dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri).
- Latar Waktu: pada waktu kota Padang masih terjadi banyak huru hara dan masih banyak pemberontakan (diceritakan Datuk Maringgih salah satu dari pemberontak tersebut).
E. Sudut Pandang
Pengarang
Pengarang dalam menceritakan para pelaku meggunakan sudut
pandang pengarang sebagai orang ketiga serba tahu (sudut pandang diaan).
Pengarang menyebut para pelaku dengan menggunakan kata ganti orang ketiga.
Pengarang tidak menjadi pelaku dalam cerita itu. Jadi pengarang berada di luar
cerita atau sebagai pengamat yang meceritakan semua yang dilakukan para tokoh
sampai apa yang ada dalam hati maupun yang dipikirkan para tokoh tersebut.
F. Bahasa
Bahasa
yang dipakai dalam roman tersebut adalah bahasa Melayu yang digunakan oleh
masyarakat Padang saat itu. Jadi dalam memahami roman tersebut agak sulit,
karena kata-kata yang dipakai saat itu sudah jarang dipakai saat ini. Demikian
penggunaan struktur kalimatnya juga agak sulit dipahami. Namun dengan membaca
roman Siti Nurbaya, kita bisa mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat
saat itu.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Roman ”Siti Nurbaya” adalah karya fiksi yang unsur
instrinsiknya sebagai berikut.
- Temanya adalah Adat kawin paksa
- Alur ceritanya berjalan maju
- Tokoh utamanya adalah Siti Nurbaya dan Samsulbahri, dengan tokoh lawan Datuk Maringgih, serta beberapa tokoh tambahan lainnya sebagai penunjang tokoh utama.
- Latar,cerita yang ada dalam roman itu terjadi di daerah Padang Sumatra Barat dan Jakarta yang berlangsung saat di daerah Padang terjadi huru-hara atau banyak pemberontakan.
- Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga (diaan).
- Bahasa dalam roman tersebut adalah bahasa Melayu Minang.
B. Saran
Marilah senantiasa membaca dan menelaah apa yang ada di
sekitar untuk memperkaya dan mempertajam pikiran dan kehalusan budi.
Salah satu caranya adalah dengan menelaah karya sastra yang sarat akan nilai
kemanusiaan dan kehidupan (masalah humanitas) dari berbagai angkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar