Kamis, 14 September 2017

MAKALAH ANALISIS NOVEL SITI NURBAYA



BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Sebuah karya sastra ada untuk bisa dinikmati oleh pembaca atau penikmat karya sastra. Untuk dapat menikmati sebuah karya secara sungguh-sungguh dan baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya hanya bersifat dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat.
Dalam dunia kesusastraan penyair bebas mengekspresikan apa yang dipikirkannya sehinggan kadang-kadang dalam karyanya ada yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena memang seorang penyair mengejewantahkan imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra. Jadi karya sastra merupakan sebuah bentukan (out put) dari proses pemikiran (imajinatif) pengarang dalam mengapresiasi untuk menjadi sesuatu yang estetik.
Disamping itu, pengetahuan akan unsur-unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra secara menyeluruh. Tanpa pengetahuan akan unsur-unsur yang membangun karya sastra, pengetahuan kita akan dangkal dan hanya terkaan saja sifatnya, jika pengetahuan dengan cara demikian, maka maksud dan makna yang disampaikan pengarang kemungkinan tidak akan tertangkap oleh pembaca. Unsur-unsur karya sastra tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berbeda diluar tubuh karya sastra yang meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman.


B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Apa sajakah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam (Unsur Instrinsik) dari roman “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli?

C.      Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang unsur intrinsik terutama pada tema, tokoh, dan sudut pandang pada roman ”Siti Nurbaya”.

D.      Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para penikmat roman, khususnya Roman ”Siti Nurbaya” karya Marah Rusli agar lebih memahami unsur instrinsik dalam roman tersebut.








BAB II
KAJIAN TEORITIS


A.      Pengertian Prosa Fiksi
Berdasarkan bentuknya, prosa terbagi atas dua golongan besar, yaitu prosa fiksi dan prosa nonfiksi. Novel termasuk salah satu jenis prosa fiksi. Sebelum menganalisis karya sastra yang berbentuk prosa (novel), terlebih dahulu harus dipahami tentang pengertian dari prosa fiksi itu sendiri. Menurut Menurut Rani dan Maryani (2002:15)  yang dimaksud dengan prosa fiksi adalah bentuk prosa yang isinya lebih menekankan unsur-unsur khayalan atau imajinasi dan unsur subjektivitas pengarangnya. Aminuddin (1995) menambahkan bahwa prosa fiksi adalah cerita atau lukisan yang diemban oleh pelaku tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga terjalin suatu cerita, Yacob Sumarjo (1991:53) menyatakan bahwa posisi fiksi bermula dari kenyataan yang kemudian diolah menjadi cerita rekaan yang tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Jadi prosa fiksi adalah cerita rekaan yang isinya merupakan hasil imajinasi pengarang berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat.
Dalam dunia fiksi terdapat juga kebenaran seperti halnya kebenaran dalam dunia nyata. Namun ada perbedaan kebenaran dalam dunia fiksi dengan kebenaran di dunia nyata. Kebenaran dalam dunia fiksi adalah kebenaran yang sesuai dengan keyakinan pengarang, kebenaran yang telah diyakini ”keabsahannya”. Wellek & Werren (1989) dalan Nurgiantoro (2005:6) mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang meyakinkan yang ditampilkan namun tidak selalu menyatakan kenyataan sehari-hari.

B.       Unsur Intrinsik Karya Sastra
Cerita rekaan merupakan sebuah totalitas yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, cerita rekaan merupakan bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya secara erat. Unsur pembangun karya fiksi tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pembagian yang dimaksud adalah unsur intrinsik yang terdiri dari yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar tubuh karya sastra yang meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman, dan tata nilai yang dianut masyarakat. Dalam pembahasan kali ini hanya dibicarakan unsur intrinsik karya fiksi.
Unsur intrinsik prosafiksi terdiri dari tema dan amanat, alur, tokoh, latar, sudut  pandang,  serta bahasa yang dipergunakan pengarang untuk mengekspresikan gagasannya.
a.         Tema prosa fiksi terutama novel dapat terdiri dari tema utama serta beberapa tema
bawahan. 
Untuk mengetahui tema pokok pembaca harus banyak menelaah masalah apa yang banyak dibicarakan. Menurut Stantin dan Kenni, dalam Nurgiyantoro (2005:67) tema merupakan makna yang terkandung di dalam sebuah cerita sedangkan Brooks an Werren (dalam Tarigan. 1984; 125) menyatakan bahwa tema merupakan dasar atau maksud cerita. Jadi tema adalah sesuatu yang mendasari sebuah cerita.
b.        Alur adalah urutan peristiwa yang membentuk suatu cerita. Alur merupakan struktur penceritaan yang dapat bergerak maju (alur maju), mundur (alur mundur), atau gabungan dari kedua alur tersebut (alur campuran).


c.         Tokoh dan Penokohan
Pergerakan alur dijalankan oleh tokoh cerita. Tokoh yang menjadi pusat cerita dinamakan tokoh sentral. Tokoh adalah pelaku di dalam cerita. Berdasarkan peran  tokoh  dapat dibagi menjadi tokoh utama, tokoh bawahan, dan tokoh tambahan. Tokoh tercipta berkat adanya penokohan, yaitu cara kerja pengarang untuk  menampilkan  tokoh  cerita.
d.        Latar berkaitan erat dengan tokoh dan alur. Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat, waktu, serta suasana yang ada dalam cerita. Latar tempat terdiri dari tempat yang dikenal, tempat tidak dikenal, serta tempat yang hanya ada dalam khayalan. Latar waktu ada yang menunjukkan waktu dengan jelas, namun ada pula yang tidak dapat diketahui secara pasti.
e.         Sudut pandang merupakan posisi pengarang terhadap peristiwa-peristiwa dalam cerita. Menurut Abrams (1981:142) dalam Nurgiyantoro (2005:248), sudut pandang (point of view) merupakan cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Jadi sudut pandang adalah cara pengarang untuk menetapkan siapa yang akan mengisahkan ceritanya, yang dapat dipilih dari tokoh atau dari narator. Sudut pandang melalui tokoh cerita terdiri dari (a) sudut pandang  akuan, (b) sudut pandang diaan, (c) sudut pandang  campuran.
f.         Dalam menuangkan cerita menggunakan medium bahasa, pengarang bebas menentukan akan menggunakan bahasa nasional, bahasa daerah, dialek, ataupun bahasa asing.





























BAB III
PEMBAHASAN


A.      Tema
Roman Siti Nurbaya mengisahkan tentang hubungan cinta kasih antara Siti Nurbaya dan Samsulbahri yang tak sampai karena yang selalu dihalangi orang tua yang masih memegang teguh adat-istiadat yang akhirnya menyebabkan kawin paksa. Siti Nurbaya terpaksa kawin dengan Datuk Maringgih, seorang tua yang serakah sebagai penebus hutang ayahnya. Padahal Siti Nurbaya sudah menjalin hubungan percintaan dengan kekasihnya yang bernama Samsulbahri. Meskipun Siti Nurbaya tidak mencintai Datuk Maringgih, namun dia rela dikawini oleh Datuk Maringgih daripada dia melihat ayahnya masuk penjara. Jadi tema roman Siti Nurbaya adalah adat kawin paksa. Dalam roman ini semua pelaku cerita meninggal. Ini membuktikan bahwa pengarang tidak kuasa melawan adat kawin paksa yang saat itu masih sangat melekat di masyarakat Minangkabau saat itu. 

B.       Alur
Roman Siti Nurbaya menggunakan alur maju, karena ceritanya terjalin secara berurutan mulai awal hingga cerita itu berakhir. Untuk lebih jelasnya urutan peristiwanya terjalin seperti berikut:
  1. Eksposisi : Siti Nurbaya dan Samsulbahri yang akan berpisah karena Samsulbahri akan menuntut ilmu ke Jakarta.
  2. Insiden Permulaan : 
a.       Datuk Maringgih iri terhadap kemajuan usaha Baginda Sulaiman (ayah Siti Nurbaya) dan menyuruh anak buahnya membakar semua kiosnya.
b.      Baginda Sulaiman meminjam uang kepada Datuk Maringgih dan akan mengembalikannya setelah tiga bulan.
c.       Setelah jatuh tempo, Datuk Maringgih menagihnya, namun baginda Sulaiman tidak bisa melunasi karena jumlahnya hampir tiga kali.
  1. Penanjakan Laku :
a.       Datuk maringgih mengancam akan melaporkan kepada polisi jika Baginda Sulaiman tidak bias melunasi utangnya atau dianggap lunas jika Badinda Sulaiaman menyerahkan Siti Nurbaya sebagai istri mudanya.
b.      Baginda Sulaiman rela dipenjara daripada menyerahkan Siti Nurbaya. Namun, Siti Nurbaya sangat mencintai ayahnya sehingga ia rela menjadi istri Datuk Maringgih daripada ayahnya dipenjara.
c.       Samsulbahri merasa sedih mengetahui Siti Nurbaya menikah dengan Datuk Maringgih.
d.      Ketika Samsulbahri bersama Siti Nurbaya, Datuk Maringgih marah lalu menyiksa Siti Nurbaya. Melihat itu Samsulbahri memukul Datuk Maringgih hingga terjatuh. Siti Nurbaya berteriak hingga ayahnya mendengar. Saat itu Baginda Sulaiman sedang sakit parah.
e.       Mendengar teriakan Siti Nurbaya, ayahnya ingin bangkit namun terjatuh hingga meninggal dunia.
f.       Setelah kejadian itu, Siti Nurbaya diusir Datuk Maringgih karena dianggap telah melanggar adat dan mencoreng nama baik keluarga.
g.      Setelah beberapa saat Siti Nurbaya menyusul Samsulbahri ke Jakarta. Dalam perjalanan ia didorong seseorang hingga tercebur di laut. Namun, dia ditolong seseorang hingga selamat.
h.      Sesampai di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi karena dituduh membawa lari kekayaan Datuk Maringgih.
i.        Samsulbahri berusaha untuk meminta Siti Nurbaya diadili di Jakarta, tetapi ditolak oleh kepolisian.
j.        Dalam persdangan Siti Nurbaya dinyatakan bebas.
  1. Klimak:
a.       Datuk Maringgih menyuruh anak buahnya untuk meracuni Siti Nurbaya. Usahanya itu berhasil, Siti Nurbaya meninggal.
b.      Mendengar kematian Siti Nurbaya, Samsulbahri berusaha bunuh diri, namun diketahui oleh teman-temannya hingga selamat.
c.       Ibunda Siti Nurbaya jatuh sakit mendengar kematian Siti Nurbaya. Tak lama kemudian ibunya pun meninggal. 
  1. Penurunan Laku:
a.       Beberapa waktu kemudian Samsulbahri yang saat itu berpangkat letnan, dengan gelar Letnan Mas ditugaskan oleh pemerintah Kompeni untuk menumpas pengacau di daerah Padang.
b.      Ternyata salah satu kelompok pengacau itu didalangi Datuk Maringgih. Ketika terjadi pertempuran, Datuk Maringgih berhasil menebaskan pedangnya pada tubuh Letnan Mas, namun hanya luka-luka. Letnan Mas pun berhasil menembakkan pelurunya pada tubuh Datuk Maringgih hingga meninggal.
c.       Samsul bahri dirawat di rumah sakit Padang.  
  1. Penyelesaian :
a.       Ketika dirawat di rumah sakit, Samsulbahri minta maaf kepada ayahnya karena perbuatannya telah mencoreng muka dan melanggar adat, yaitu berkasih-kasihan dengan istri orang. Ayahnya pun meaafkan.
b.      Tak lama kemudian Samsulbahri meninggal. Sebelum meninggal, dia berpesan agar dimakamkan di sisi Siti Nurbaya. Dia pun dimakamkan bersebelahan dengan kuburan Siti Nurbaya di Gunung Padang.

C.      Penokohan
Dalam roman Siti Nurbaya ada beberapa tokoh, baik tokoh utama, tokoh lawan, maupun tokoh tambahan. Yang menjadi tokoh utama dalam roman Siti Nurbaya adalah Siti Nurbaya, seorang perempuan yang selalu menderita karena adat yang melingkupi hidupnya dan Samsulbahri, seorang pemuda terpelajar dan sentimentil. Sedangkan tokoh protagonis dalam roman ini adalah Datuk Maringgih, seorang tua yang serakah. Dia adalah seorang saudagar kaya yag hidupnya tak pernah puas. Dia seorang yang sangat licik. Yang menjadi tokoh tambahan dalam roman ini antara lain Baginda Sulaiaman (ayah Siti Nurbaya), seorang pedagang yang terlalu percaya kepada orang lain. Sutan mahmud Syah, seorang penghulu di Padang yang kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.
Dalam menampilkan watak para tokoh ini, pengarang menampilkan secara langsung dan disajikan dengan cakapan/dialog, tingkah laku, teknik reaksi tokoh terhadap peristiwa yang dialami, teknik reaksi tokoh lain, teknik penulisan fisik, dan pikiran tokoh.


D.      Latar
  1. Latar Tempat: Roman Siti Nurbaya ini terjadi di kota Padang Sumatra Barat) dalam lingkungan adat Minangkabau dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri).
  2. Latar Waktu: pada waktu kota Padang masih terjadi banyak huru hara dan masih banyak pemberontakan  (diceritakan Datuk Maringgih salah satu dari pemberontak tersebut).


E.       Sudut Pandang Pengarang
Pengarang dalam menceritakan para pelaku meggunakan sudut pandang pengarang sebagai orang ketiga serba tahu (sudut pandang diaan). Pengarang menyebut para pelaku dengan menggunakan kata ganti orang ketiga. Pengarang tidak menjadi pelaku dalam cerita itu. Jadi pengarang berada di luar cerita atau sebagai pengamat yang meceritakan semua yang dilakukan para tokoh sampai apa yang ada dalam hati maupun yang dipikirkan para tokoh tersebut.   


F.       Bahasa
Bahasa yang dipakai dalam roman tersebut adalah bahasa Melayu yang digunakan oleh masyarakat Padang saat itu. Jadi dalam memahami roman tersebut agak sulit, karena kata-kata yang dipakai saat itu sudah jarang dipakai saat ini. Demikian penggunaan struktur kalimatnya juga agak sulit dipahami. Namun dengan membaca roman Siti Nurbaya, kita bisa mengetahui bahasa yang digunakan oleh masyarakat saat itu.




















BAB IV
PENUTUP


A.      Simpulan
Roman ”Siti Nurbaya” adalah karya fiksi yang unsur instrinsiknya sebagai berikut.
  1. Temanya adalah Adat kawin paksa
  2. Alur ceritanya berjalan maju
  3. Tokoh utamanya adalah Siti Nurbaya dan Samsulbahri, dengan tokoh lawan Datuk Maringgih, serta beberapa tokoh tambahan lainnya sebagai penunjang tokoh utama.
  4. Latar,cerita yang ada dalam roman itu terjadi di daerah Padang Sumatra Barat dan Jakarta yang berlangsung saat di daerah Padang terjadi huru-hara atau banyak pemberontakan.
  5. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga (diaan).
  6. Bahasa dalam roman tersebut adalah bahasa Melayu Minang.


B.       Saran
Marilah senantiasa membaca dan menelaah apa yang ada di sekitar untuk memperkaya dan mempertajam pikiran  dan kehalusan budi. Salah satu caranya adalah dengan menelaah karya sastra yang sarat akan nilai kemanusiaan dan kehidupan (masalah humanitas) dari berbagai angkatan.
























DAFTAR PUSTAKA







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH FORMAT REKOD BISNIS

  MAKALAH FORMAT REKOD BISNIS           Disusun Oleh : DADANG MAULANA YUSUF D4 KEARSIPAN         UNIVERSITAS...