MAKALAH
DAMPAK VIRUS CORONA TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada selaku supervisor yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini.
Judul makalah ini ialah mengenai Dampak Corona Virus Terhadap Perekonomian. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan yang bersifat membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Parigi, Juni 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 2
2.1. Perekonomian di Indonesia.................................................................. 2
2.2. Dampak Virus Corona Terhadap Perekonomian Global....................... 4
2.3. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Mengalami Penurunan.......................... 4
2.4. Ancaman PHK Besar-besaran.............................................................. 4
2.5. Pasar Saham Terjun Bebas.................................................................... 5
2.6. Industri Travel Paling Terpukul............................................................ 5
2.7. Proses Pemulihan Ekonomi Bisa Lebih Sulit........................................ 6
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Coronavirus berasal dari bahasa Yunani κορών yang berarti mahkota (corona). Dilihat di bawah mikroskop elektron, mahkota terlihat seperti tancapan paku-paku yang terbuat dari S glikoprotein. Struktur inilah yang terikat pada sel inang dan nantinya dapat menyebabkan virus dapat masuk ke dalam sel inang.
Corona Virus yang pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2002-2003 di sepanjang benua Asia hingga Amerika telah merenggut banyak korban serta memberikan perhatian penuh dari seluruh dunia terhadap kasus tersebut.
Latar belakang virus Corona atau COVID-19, kasusnya dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.
Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang paru.
Pandemi ini sangat mempengaruhi seluruh elemen di setiap lapisan kehidupan di masyarakat, khususnya pada sektor perekonomian. Karena dengan mewabahnya penyakit ini, kegiatan perekonomian jadi tersendat, baik dari ekonomi kalangan atas sampai ke kalangan bawah semua terkena dampaknya karena lumpuh total semua kegiatan.
Dengan demikian, penulis dengan ini akan membahasnya pada pembahasan makalah ini.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan perekonomian di Indonesia
2. Untuk mengetahui dampak dari virus corona terhadap perekonomian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perekonomian di Indonesia
Berdasarkan data dari situs worldometer per 5 Mei 2020, penderita positif virus Corona di dunia sudah mencapai 3,669 juta dengan jumlah yang meninggal 253,183 dan yang sembuh 1,210 juta. Jumlah penderita terbanyak ada di Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Inggris dan Perancis. Sementara jumlah yang meninggal terbanyak berturut-turut adalah Amerika Serikat, Italia, Inggris, Spanyol dan Perancis. Walalupun jumlah yang sembuh sudah semakin banyak daripada yang meninggal, namun tren jumlah penderita dan yang meninggal belum menunjukkan penurunan.
Begitu juga di Indonesia. Berdasarkan data per 5 Mei 2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, total jumlah penderita positif corona di Indonesia mencapai 12.071 orang. Jumlah ini bertambah sebanyak 484 orang dari hari sebelumnya. Jumlah kasus baru ini juga yang tertinggi sejak 2 Maret 2020. Baca juga: Sri Mulyani Paparkan Skenario Terburuk Perekonomian RI Akibat Corona Dampak wabah Covid-19 kepada perekonomian dunia juga sangat dahsyat. Pada triwulan pertama 2020 ini pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang Indonesia tumbuh negatif: Singapura -2.2, Hongkong -8,9, Uni Eropa -2,7 dan China mengalami penurunan sampai minus 6,8. Beberapa negara masih tumbuh positif namun menurun bila dibanding dengan kuartal sebelumnya. Amerika Serikat turun dari 2,3 menjadi 0,3, Koreea Selatan dari 2,3 menjadi 1,3 dan Vietnam dari 6,8 menjadi 3,8. Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam dari 4,97 di kuartal 4 tahun 2019 menjadi tumbuh hanya 2,97 pada kuartal pertama 2020 ini.
Kontraksi yang cukup dalam pada kuartal 1 di Indonesia ini di luar perkiraan mengingat pengaturan physical distancing dan PSBB mulai diberlakukan pada awal bulan April 2020. Perekonomian Indonesia Berdasarkan pertumbuhan year-on-year, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,53 persen. Hal ini wajar mengingat dengan adanya anjuran untuk tidak keluar rumah maka banyak orang mengakses pekerjaan, hiburan dan pendidikan melalui teknologi informasi. Seiring hal tersebut, volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga meningkat. Berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada Triwulan I-2020 juga turun drastis hanya sejumlah 2,61 juta kunjungan, berkurang 34,9 persen bila dibanding tahun lalu. Hal ini sejalan dengan adanya larangan penerbangan antar negara yang mulai diberlakukan pada pertengahan Februari lalu. Jumlah penumpang angkutan rel dan udara juga tumbuh negative seiring dengan diberlakukannya PSBB. Lalu kapan wabah Covid-19 ini berakhir dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indoensia? Berdasarkan analisa data yang dikeluarkan oleh The Singapore University of Technology and Design dengan menggunakan metode estimasi pandemi, Susceptible Infected Recovered (SIR) dengan DDE (Data Driven Estimation), maka diperkirakan puncak pandemi di Indonesia telah terjadi pada bulan 19 April 2020 yang lalu dan secara berangsur akan berakhir secara total pada akhir Juli 2020. Data ini dikeluarkan per 5 Mei 2020 yang diambil berdasarkan data dari berbagai negara untuk memprediksi berakhirnya pandemi di dunia. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan akhir Mei 2020 kebijakan PSBB dapat segera berakhir. Dengan demikian, awal Juni seluruh aktifitas dapat berjalan dengan normal.
Idul Fitri yang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk menggerakkan perekonomian, akan menjadi sebaliknya karena PSBB. Sisi baiknya, bila bulan Juni aktifitas sudah berjalan maka perusahaan dan pengusaha masih mempunyai waktu untuk langsung operasional. Peluang untuk bangkit Kekosongan aktifitas selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret masih memberikan peluang bagi perusahaan untuk langsung bangkit. Keuangan perusahaan diperkirakan masih bisa bertahan sampai tiga bulan. Beda halnya bila aktifitas normal mulai diadakan pada bulan Agustus atau bahkan Desember. Perusahaan perlu waktu mencari lagi pegawai baru untuk memulai operasi. Banyak perusahaan juga akan tidak kuat bertahan selama lebih dari tiga bulan.
Dari sisi makro ekonomi, dengan adanya stimulus fiskal yang disertai dengan realokasi anggaran untuk kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional dari sektor keuangan, diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian secara perlahan di kuartal ketiga. Dengan menggunakan model Input-Output (IO), Tim Riset Ekonomi PT Sarana Multi Infrastruktur memperkirakan bahwa stimulus fiskal oleh pemerintah sebesar Rp 405,1 triliun akan tercipta output dalam perekonomian sebesar Rp 649,3 triliun. Sementara itu, nilai tambah dan pendapatan pekerja akan meningkat masing-masing sebesar Rp 355 triliun dan Rp 146,9 triliun. Stimulus fiskal Dengan penciptaan output, nilai tambah, dan pendapatan dalam perekonomian, stimulus fiskal yang digelontorkan akan menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 15 juta orang atau 11,84 persen dari total tenaga kerja. Stimulus fiskal ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sebesar 3,24 persen.
Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan akan diikuti dengan penurunan tingkat bunga pasar sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pandemi Covid-19 ini juga telah memberikan nuansa baru pada rantai pasokan dunia (global supply chain). Sumber pasokan dunia yang tadinya dikuasai kurang lebih 20 persen oleh negara China, telah bergeser ke beberapa negara lain karena adanya pandemi ini. Tentu saja untuk dapat merebut kue pada global supply chain, Indonesia harus berbenah diri agar lebih menarik investor. Penurunan tarif pajak penghasilan perusahaan yang telah dikeluarkan dalam Perppu I/2020 perlu diikuti oleh pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi birokrasi dan iklim ketenagakerjaan yang sehat. Segala daya upaya perlu dikerahkan secara bersinergi agar Indonesia dapat bangkit dari dampak pandemi Covid-19 ini.
2.2. Dampak Virus Corona Terhadap Perekonomian Global
Menurut data terbaru dari Johns Hopkins CSSE (11/4), virus corona alis Covid-19 telah menyebar hingga ke 185 negara di dunia, dengan jumlah infeksi mencapai 1.698.416 kasus dan yang dinyatakan sembuh mencapai 376.669 orang. Demi meminimalisir bertambahnya jumlah infeksi, beberapa negara seperti Italia, Spanyol, hingga India memberlakukan kebijakan lockdown, sementara negara lainnya, termasuk Indonesia, lebih memilih kebijakan memberlakukan anjuran social distracting bagi warganya. Kebijakan tersebut tentu berpengaruh besar bagi perekonomian. Tidak hanya di Indonesia, pelemahan ekonomi akibat dari pandemi virus Corona terjadi merata hampir di seluruh dunia. Berikut merupakan beberapa dampak virus Corona terhadap perekonomian global.
2.3. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Mengalami Penurunan
Pandemi virus Corona menyebabkan banyak lembaga besar dan bank memutuskan untuk mengubah perkiraan kondisi ekonomi global, termasuk Organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi atau OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). Dalam terbarunya, OECD menyebut jika pertumbuhan produk domestik bruto China akan mengalami penurunan terbesar. China diperkirakan hanya akan mengalami pertumbuhan ekonomi hingga tersisa 4,9 persen saja, jauh lebih lambat dari perkiraan sebelumnya yang mencapai angka 5,7 persen. Kondisi ini tentu berimbas buruk bagi perekonomian global. OECD memperkirakan Covid-19 akan membuat ekonomi global mengalami penurunan pertumbuhan hingga tersisa 2,4 persen di tahun 2020, turun dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 2,9 persen.
2.4. Ancaman PHK Besar-besaran
Pembatasan yang sedang diterapkan di beberapa negara terkait pandemi Corona, telah membuat banyak pabrik beroperasi. Apple, Jaguar, Diageo, Land Rover hingga Volkswagen, merupakan segelintir pabrik besar yang saat ini sudah mulai membatasi produksinya. Sebagai contoh, Bloomberg Economics mencatat pabrik-pabrik besar yang ada di China hanya menggunakan 60-70 persen kapasitas produksi mereka, bahkan beberapa pabrik di negara yang terkena dampak paling parah, seperti Italia, dilaporkan terpaksa menghentikan produksi mereka. Penurunan jumlah produksi inilah yang memicu PHK besar-besaran, dan gelombang pengangguran pun sulit dihindarkan. Kondisi ini dipastikan akan menyebabkan penurunan kemampuan ekonomi yang signifikan, terutama di negara-negara berkembang seperti India, dan lainnya
2.5. Pasar Saham Terjun Bebas
Menurut Cedric Chehab, Kepala Risiko Negara dan Strategi Global di Fitch Solutions, ketakutan terkait dampak virus Corona secara global, akan menyebabkan para investor enggan mengeluarkan uangnya untuk berinvestasi. Di sisi lain, ketakutan global pun akan menurunkan harga saham di pasar-pasar utama. Sementara di sisi lain, kekhawatiran atas penyebaran global dari Virus Corona telah mendorong para investor menawar harga obligasi ke titik terendah. Kondisi ini diperparah dengan ketidakpastian arah ekonomi terkait dampak Covid-19 secara luas. Dampak ini diperkirakan akan terus terjadi hingga masa pandemi virus Corona benar-benar selesai.
2.6. Industri Travel Paling Terpukul
Keputusan beberapa negara yang melakukan lockdown dan pembatasan pengunjung akibat pandemi virus Corona, membuat perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata, seperti hotel, travel agent, penerbangan, dan lainnya, sangat terpukul. Menurut Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo), Pauline Suharno, sejak Februari kemarin setidaknya ada 20 agen travel besar di Indonesia yang terpaksa menawarkan cuti di luar tanggungan karena tidak bisa membayar biaya operasional, termasuk gaji karyawannya.
Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi terjadi secara global. Bahkan untuk negara-negara yang memilih mengambil kebijakan lockdown, mereka harus rela kehilangan pendapatan dari sektor bisnis tersebut. Sebut saja Italia dan Spanyol yang terkena dampak cukup parah akibat Covid-19.
2.7. Proses Pemulihan Ekonomi Bisa Lebih Sulit
Bloomberg Economics berasumsi jika proses pemulihan ekonomi akibat pandemi virus Corona bisa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk kembali ke titik normal. Pola pemulihan ini bisa membentuk pola huruf ‘U’, bukan pola huruf ‘V’ seperti yang diprediksi banyak pihak. Hal senada disampaikan Li, manajer Made-in-China.com, yang memprediksi angka produksi di China tidak akan mencapai level maksimal, meski para karyawan pabrik sudah kembali bekerja. Hal ini disebabkan karena hambatan rantai pasokan yang membuat kapasitas produksi jadi terbatas. Terhambatnya rantai pasokan akan membuat para pekerja yang dirumahkan selama pandemi, belum tentu langsung diminta kembali bekerja. Imbasnya akan kembali kepada daya beli masyarakat yang akan sulit bangkit, dan ketidakpastian ekonomi masih akan terjadi.
BAB III
PENUTUP
Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.
Dampak dari mewabahnya virus corona ini adalah pada sektor perekonomian, dimana bukan hanya kalangan bawah tapi juga merembet ke kalangan atas semua terkena dampaknya karena matinya kegiatan / tidak ada kegiatan di luar karena diberlakukan PSBB serta lockdown di setiap daerah demi menghambat penyebran birus tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar