JURNAL
“MEMBACA, MENULIS, DAN
TAHAPAN-TAHAPAN MENULIS PADA ANAK”
ABSTRAK
Keterampilan
membaca dan menulis di sekolah biasanya mencakup empat segi yaitu keterampilan
menyimak atau mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis. Dimakalah ini kami akan membahas tentang perkembangan Membaca dan
Menulis Pada Manusia.
Membaca
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa. Yang
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan informasi yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media media atau bahasa tulis.
Menulis merupakam suatu keterampilan
berbahasa yang digunakan untuk
berkomukasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang
lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktip dan ekspresip. Dalam
kegian penulisan ini maka sang penulis harus terampil memanfaatkan strutur
bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak datang secara otomatis,
melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.
Kata
kunci: membaca, menulis dan tahap perkembangan menulis pada anak.
PENGANTAR
Di jaman
modern saat sekarang ini banyak cara yang baik dalam hal mempelajari makna
membaca, menulis. Menulis merupakan hal yang sangat penting terutama bagi
golongan pelajar. Tujuan penyusun dari pembuatan ini adalah sebagai salah satu
tugas ujian akhir semester pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Juga tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada bapak dosen mata kuliah Bahasa Indonesia,
teman-teman ataupun pihak-pihak yang lain yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bimbingan dan motivasi sekaligus pengarahan atas
terlaksananya pembuatan jurnal ini.
Penyusun
memohon kepada bapak dosen khususnya, dan juga kepada para pembaca bahwasanya
dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, kekurangan dan kesalahan,
baik dari segi bahasa maupun isinya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersipat membangun dari
semua pihak, demi kesempurnaan
penyusunan makalah di masa yang akan datang.
Demikianlah
yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun
sendiri, umumnya bagi para pembaca semua.
PEMBAHASAN
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan dan informasi, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata kata atau bahasa tulisan. Dari segi linguistik membaca adalah proses
penyandian kembali atau pembacaan sandi berlainan dengan berbicara dan menulis
justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembacaan sandi adalah menghubungkan
kata kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan
menjadi bunyi yang bermakna.
Tujuan
utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup
isi memahami makna bacaan.
Aspek-aspek dalam Membaca
Secara
garis besarnya ada dua aspek penting
dalam membaca, yaitu:
1. Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah, aspek ini mencakup:
a. Pengenalan bentuk hurup
b. Pengenalan unsur-unsur linguistik
c. Kecepatan membaca bertarap pendek
2. Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dianggap berada
pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup:
a. Memahami pengertian sederhana
b. Memahami signifikansi atau makna
c. Evaluasi atau penilaian
d. Kecepatan membaca yang fleksibel
Maka proses membaca dibagi atas
beberapa bagian diantaranya:
1. Membaca Nyaring
Membaca
nyaring adalah suatu aktipitas atau kegiatan yang merupakan alat untuk
menangkap serta memahami infirmasi pikiran dan perasaan seorang pengarang.
2. Membaca dalam hati
Pada
saat membaca dalam hati kita hanya mempergunakan ingatan
visual yang melibatkan pengaktipan mata dan ingatan.
3. Membaca ekstensip
Membaca
ekstensip berarti membaca secara luas obnyeknya
meliputi
sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin.
4. Membaca intensip
Membaca
intensip adalah studi bersama dan penanganan seksama latihan pola pola kalimat.
Menulis
ialah menurunkan atau menuliskan lambang lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang lambang tersebut kalau mereka memahami bahas bahasa dan gambaran grafik
tersebut. Menulis merupakan suatu reprensentasi
bagian dari kesatuan kesatuan ekspresi bahasa. Menulis adalah suatu
bentuk berpikir. Salah satu dari tugas tugas penulis adalah menguasai prinsip
prinsip menulisdan berpikir yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan
tujuan. Yang paling terpenting diantara prinsip prinsip yang dimaksudkan itu
adalah penemuan, sususnan,dan gaya. Belajar menulis adalah belajar berfikir
dalam cara tertentu.
Fungsi menulis pada prinsipnya
adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi
pendidikan karena memudahkan para pelajar untuk berpikir. Juga dapat
mempermudahkan kita untuk merasakn hubungan hubungan, memperdalam daya tangkap,
memecahkan masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi
terhadap tulisan berdasarkan bentuknya diantaranya sebagai berikut:
1. Bentuk bentuk obyektip
a. Penjelasan yangb terperinci mengenai proses
b. Batasan
c. Laporan
d. Dokumen
2. Bentuk bentuk subyektip
a. Otobiografi
b. Surat-surat
c. Penilaian pribadi
d. Esei informal
e. Gambaran
f. Satire
Perkembangan Tahap tahap Menulis Pada Anak
Pada
era globalisasi pada saat sekarang ini telah terjadikemajuan yang sangat pesat
pada bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntuk dukungan budaya baca
tulis, yaitu perwujudan prilaku mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan
kebutuhan baca tulis. Namun hingga sat ini budaya baca tulis belum sepenuhnya
berkembang dimasyarakat desa Indonesia. Karena itu jika bangsa Indonesia ingin
berhasil dalam pembangunan dimasa depan pengembangan budaya menbaca menulis
mutlak dilakukan.
Yang
menjadi persoalan saat sekarang adalah kapan kemampuan membaca dan menulis bisa
diajarkan? Banyak para ahli yang mengatakan bahwa menulis dan membaca harus
diajarkan sejak dini
Tahapan-tahapan
perkembangan anak dalam menulis:
Tahap 1: Coretan awal, coretan acak.
Tahap 2: Coretan terarah,
tanda-tanda tertentu.
Tahap 3: Pengulangan garis dan
bentuk
Tahap 4: Berlatih hurup
Tahap 5: Menulis nama
Tahap 6: Menyalin kata kata yang ada
di lingkungan.
Tahap 7: Menemukan ejaan
Tahap 8: Ejaan baku, usaha usaha
mandiriuntuk memisahkan hurup.
KESIMPULAN
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan dan informasi yang hendak di sampaikan oleh penulis melalui
kata kata atau media bahasa tulisan. Secara garis besar terdapat dua aspek
penting dalam membaca yaitu: keterampilan yang bersifat mekanik, keterampilan
yang bersipat pemahaman.
Menulis
adalah suatu bentuk berfikir, Salah satu
dari tugas tugas penulis adalah menguasai prinsip prinsip menulisdan berpikir
yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuan. Yang paling terpenting
diantara prinsip prinsip yang dimaksudkan itu adalah penemuan, sususnan,dan
gaya. Belajar menulis adalah belajar berfikir dalam cara tertentu. Pada
fungsinya prinsip utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak
langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar
untuk berpikir.
JURNAL
RAGAM BAHASA DALAM KARYA ILMIAH
Abstrak
Ragam bahasa ilmiah yang digunakan dalam karya tulis ilmiah
harus mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia dan pedoman ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan. Tujuan dalam penulisan ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri
bahasa ilmiah dalam karya tulis ilmiah, khususnya artikel ilmiah, serta melihat
implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia dalam atikel ilmiah. Analisis
penggunaan tata bahasa dalam artikel ilmiah pada tulisan ini dilakukan dengan
analisis pustaka. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan bahasa ilmiah,
digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang
ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Standar berbahasa yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini
meliputi pemilihan kata yang tepat, kalimat efektif, kepaduan paragraf, dan
pedoman penulisan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dalam artikel ilmiah,
masih dapat ditemui penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan standar aturan
berbahasa Indonesia.
- Kata Kunci : Writing skill, Scientific report, Bahasa Indonesia
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Disadari atau tidak, penggunaan
bahasa akan berubah sesuai dengan kebutuhan penuturnya. Sebagai contoh, bahasa
yang digunakan saat seseorang berpidato atau berceramah dalam sebuah seminar
akan berbeda dengan bahasa yang digunakannya saat mengobrol atau bercengkrama
dengan keluarganya. Bahasa itu akan berubah lagi saat ia menawar atau membeli
sayuran di pasar. Kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya ini disebut ragam
bahasa. Dalam penggunaan bahasa (Indonesia) dikenal berbagai macam ragam
bahasa dengan pembagiannya masing-masing, seperti ragam formal-semi
formal-nonformal; ujaran-tulisan; jurnalistik; iklan; populer dan ilmiah.
Sebagai bahasa baku, terdapat
standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa ilmiah.
Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia
baku. Tata bahasa Indonesia yang baku meliputi penggunaan kata, kalimat, dan
paragraf yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku
adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang
ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Sesuai dengan ragam bahasanya, aturan-aturan ini mengikat penggunaan bahasa dalam
karya tulis ilmiah.
Karya tulis ilmiah terbagi menjadi
enam jenis, yaitu skripsi, tesis, disertasi (tugas akhir dalam pendidikan
tinggi); laporan penelitian; makalah seminar; artikel ilmiah; makalah; dan
laporan eksekutif. Pembahasan karya tulis ilmiah dalam tulisan ini akan
difokuskan pada artikel ilmiah. Pemilihan ini dilakukan dengan dasar pemikiran
artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal/ majalah ilmiah merupakan salah satu
bentuk karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan.
1.2. Rumusan Masalah
Penggunaan bahasa ilmiah diikuti
dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang
baku. Namun, ada pula penulis artikel ilmiah yang menggunakan susunan kalimat
kurang baku Ada dua rumusan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Rumusan masalah tersebut adalah bagaimana ciri penggunaan bahasa ilmiah yang
baik? Bagaimana implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia pada artikel
ilmiah?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dalam penulisan ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri bahasa ilmiah dalam karya tulis ilmiah, khususnya artikel ilmiah, serta melihat implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah. Tulisan ini diharapkan dapat membantu memberi gambaran mengenai bahasa ilmiah. Analisis ini dapat digunakan sebagai acuan para penulis artikel untuk menulis dengan menggunakan tata bahasa yang baku.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dalam penulisan ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri bahasa ilmiah dalam karya tulis ilmiah, khususnya artikel ilmiah, serta melihat implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah. Tulisan ini diharapkan dapat membantu memberi gambaran mengenai bahasa ilmiah. Analisis ini dapat digunakan sebagai acuan para penulis artikel untuk menulis dengan menggunakan tata bahasa yang baku.
1.4. Metode
Analisis penggunaan tata bahasa dalam artikel ilmiah pada tulisan ini dilakukan dengan analisis pustaka dan observasi terhadap penggunaan bahasa dalam majalah-majalah ilmiah. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan bahasa ilmiah, digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Implementasi penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah dilihat secara acak dalam beberapa artikel ilmiah berbahasa Indonesia.
Analisis penggunaan tata bahasa dalam artikel ilmiah pada tulisan ini dilakukan dengan analisis pustaka dan observasi terhadap penggunaan bahasa dalam majalah-majalah ilmiah. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan bahasa ilmiah, digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Implementasi penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah dilihat secara acak dalam beberapa artikel ilmiah berbahasa Indonesia.
Pembahasan mengenai penggunaan
bahasa dalam karya tulis ilmiah ini dibagi dalam tujuh bagian. Bagian pertama,
pendahuluan, menjelaskan dasar pemikiran tulisan ini secara sederhana.
Bagian-bagian selanjutnya, menjelaskan penggunaan ragam bahasa ilmiah tersebut
secara spesifik yaitu format penulisan, pilihan kata, kalimat efektif, kesatuan
wacana, dan pedoman penulisan (ejaan). Sebagai penutup, disajikan pula
kesimpulan singkat.
HASIL PEMBAHASAN
Format Penulisan
HASIL PEMBAHASAN
Format Penulisan
Artikel ilmiah merupakan tulisan ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal
ilmiah. Setiap jurnal memiliki syarat penyajian tulisan yang berbeda-beda.
Walaupun begitu, unsur-unsur tulisan yang biasa dapat ditemui adalah abstrak,
kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tujuan, masalah penelitian, dan metode
penelitian), batang tubuh (hasil dan pembahasan penelitian), dan kesimpulan.
Karena keterbatasan tempat dalam jurnal ilmiah, pembatasan jumlah halaman dalam
artikel ilmiah berlaku ketat.
Tiap bidang ilmu mempunyai konvensi
naskah yang berbeda-beda. Namun secara umum, pembagian dalam sebuah kerangka
pikiran (tulisan maupun ujaran) terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup.
Setiap bagian tersebut berkaitan satu sama lain sehingga membangun satu
kepaduan yang utuh.
Secara tradisional, bidang ilmu
dibagi menjadi ilmu alam dan sosial. Jika diperhatikan, ada perbedaan format
penulisan pada karya tulis ilmiah dua bidang ilmu ini. Ilmu alam menggunakan
alam sebagai objek penelitiannya. Dalam penulisan karya tulis ilmiah bidang
ilmu alam, langkah-langkah penelitian dicantumkan secara terperinci sehingga
keteraturan/ urutan penulisan terlihat secara eksplisit. Berbeda dengan ilmu
alam, ilmu sosial menggunakan perilaku manusia sebagai objek penelitiannya.
Oleh karena itu, dalam karya tulis ilmiah bidang sosial, pembahasan penelitian
disajikan dalam bentuk penggambaran (deskriptif).
Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata atau diksi dalam sebuah karya tulis ilmiah akan mempengaruhi kesan dan makna yang ditimbulkan. Hal ini merupakan salah satu unsur dalam artikel ilmiah. Pemilihan kata dalam satu ragam bahasa berkaitan dengan ketepatan pemilihan kata dan kesesuaian pemilihan kata.
Menurut Gorys Keraf (2005: 87),
ketepatan pemilihan kata berkaitan dengan menggunakan kata secara tepat yang
berarti menggunakan kata sesuai dengan makna yang ingin dicapai. Sementara itu,
kesesuaian pemilihan kata berkaitan dengan suasana dan lingkungan berbahasa.
Dalam artikel ilmiah, suasana dan lingkungan bahasa yang digunakan adalah
formal dengan bahasa standar/baku. Dalam makalah ini, dibahas beberapa hal yang
berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian pemilihan kata dalam artikel ilmiah,
yaitu:
1. Sinonim
a. air kencing?air pipis?air seni?urin
Air kencing adik berwarna keruh.
Air pipis adik berwarna keruh.
Air seni adik berwarna keruh.
Urin adik berwarna keruh.
Sinonim merujuk pada kata-kata dengan makna yang (hampir) serupa. Pada contoh penggunaan sinonim di atas, bahasa yang standar (baku) adalah air seni dan atau urin (dalam bidang kedokteran).
a. air kencing?air pipis?air seni?urin
Air kencing adik berwarna keruh.
Air pipis adik berwarna keruh.
Air seni adik berwarna keruh.
Urin adik berwarna keruh.
Sinonim merujuk pada kata-kata dengan makna yang (hampir) serupa. Pada contoh penggunaan sinonim di atas, bahasa yang standar (baku) adalah air seni dan atau urin (dalam bidang kedokteran).
b.
mengemukakan?mengatakan?menyuarakan.
Ia mengemukakan pendapatnya.
Ia mengatakan pendapatnya.
Ia menyuarakan pendapatnya.
Untuk menhindari kebosanan karena menggunakan kata yang itu-itu saja, dapat dipilih sinonim yang penggunaannya tepat (sesuai konteks)
Ia mengemukakan pendapatnya.
Ia mengatakan pendapatnya.
Ia menyuarakan pendapatnya.
Untuk menhindari kebosanan karena menggunakan kata yang itu-itu saja, dapat dipilih sinonim yang penggunaannya tepat (sesuai konteks)
2. Kata umum?kata khusus
Kendaraan?Kendaraan bermotor?Kendaraan (bermotor) umum?Angkot
a. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan dianggap berhasil.
b. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan bermotor dianggap berhasil.
c. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan umum dianggap berhasil.
d. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan angkot dianggap berhasil.
Kendaraan?Kendaraan bermotor?Kendaraan (bermotor) umum?Angkot
a. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan dianggap berhasil.
b. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan bermotor dianggap berhasil.
c. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan umum dianggap berhasil.
d. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan angkot dianggap berhasil.
Setiap kata yang digunakan pada
kalimat-kalimat di atas, semakin lama semakin khusus. Hal ini terlihat dari
semakin khusus (sempit) makna yang digunakan pada kata-kata di atas (sesuai
urutannya). Kata yang semakin sempit tujuannya itulah yang disebut dengan kata
khusus.
3. Kata indria
Kata indria merupakan kata yang menunjukkan perasaan/ pengalaman dengan pancaindra, seperti panas, manis, keras, apak, desing, dan mengilat. Penggunaan kata-kata indria ini dapat saling tumpang tindih. Gejala seperti ini disebut dengan sinestesia. Perhatikan contoh berikut.
Kata indria merupakan kata yang menunjukkan perasaan/ pengalaman dengan pancaindra, seperti panas, manis, keras, apak, desing, dan mengilat. Penggunaan kata-kata indria ini dapat saling tumpang tindih. Gejala seperti ini disebut dengan sinestesia. Perhatikan contoh berikut.
a. Ibu membuat teh manis.
b. Gadis itu manis sekali.
b. Gadis itu manis sekali.
4. Kelangsungan pilihan kata
Kelangsungan pilihan kata berkaitan kata demi kata yang dipilih sehingga dapat menyampaikan gagasan secara tepat, efektif, dan efisien. Hal ini menyangkut penghamburan kata, ambiguitas makna, kesalahan ejaan, dsb. Perhatikan contoh-contoh berikut:
Kelangsungan pilihan kata berkaitan kata demi kata yang dipilih sehingga dapat menyampaikan gagasan secara tepat, efektif, dan efisien. Hal ini menyangkut penghamburan kata, ambiguitas makna, kesalahan ejaan, dsb. Perhatikan contoh-contoh berikut:
5. Istilah dan jargon
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang secara cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu tertentu. Sementara itu, jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya (Keraf, 2005: 107). Antara istilah dan jargon, terdapat ketumpangtindihan makna. Pada dasarnya, jargon merupakan bahasa atau kata yang khusus sekali.
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang secara cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu tertentu. Sementara itu, jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya (Keraf, 2005: 107). Antara istilah dan jargon, terdapat ketumpangtindihan makna. Pada dasarnya, jargon merupakan bahasa atau kata yang khusus sekali.
6. Kata populer dan ilmiah
Kata populer adalah kata yang lazim digunakan oleh masyarakat luas dalam kegiatan sehari-hari. Kata ini tentu berbeda dengan kata ilmiah yang merujuk pada bahasa ilmiah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:.
a. orang sakit?pasien (kata populer?kata ilmiah)
b. pecahan?fraksi (kata populer?kata ilmiah)
c. kolot?konservatif (kata populer?kata ilmiah)
Kata populer adalah kata yang lazim digunakan oleh masyarakat luas dalam kegiatan sehari-hari. Kata ini tentu berbeda dengan kata ilmiah yang merujuk pada bahasa ilmiah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:.
a. orang sakit?pasien (kata populer?kata ilmiah)
b. pecahan?fraksi (kata populer?kata ilmiah)
c. kolot?konservatif (kata populer?kata ilmiah)
7. Kata slang
Kata slang adalah kata yang digunakan pada ragam percakapan yang khas. Misalnya, bahasa gaul. Bahasa seperti ini tidak bisa digunakan dalam karya tulis ilmiah karena merupakan bahasa nonstandar.
Kata slang adalah kata yang digunakan pada ragam percakapan yang khas. Misalnya, bahasa gaul. Bahasa seperti ini tidak bisa digunakan dalam karya tulis ilmiah karena merupakan bahasa nonstandar.
8. Idiom
Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau gramatikal dengan bertumpu pada makna-makna yang membentuknya (Keraf, 2005: 109) Contohnya, makan garam, banting tulang. Selain itu, dalam menulis karya tulis ilmiah perhatikan pula penggunaan kata depan yang dilekatkan secara idiomatis pada kata kerja tertentu, seperti berbahaya bagi, selaras dengan, terdiri atas.
Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau gramatikal dengan bertumpu pada makna-makna yang membentuknya (Keraf, 2005: 109) Contohnya, makan garam, banting tulang. Selain itu, dalam menulis karya tulis ilmiah perhatikan pula penggunaan kata depan yang dilekatkan secara idiomatis pada kata kerja tertentu, seperti berbahaya bagi, selaras dengan, terdiri atas.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan penutur/ penulisnya dengan baik sehingga pendengar/
pembaca akan menangkap gagasan di balik kalimat tersebut dengan tepat. Karena
tujuan seseorang menulis adalah mengkomunikasikan gagasan yang dimilikinya,
kalimat efektif merupakan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Setiap bidang ilmu mempunyai
kekhasan dalam tata cara penulisan. Ada aturan-aturan khusus yang berlaku
mengikat penggunanya. Berikut ini beberapa aturan khusus kebidangan :
1. Penggunaan istilah asing
Dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2003) telah dijelaskan bahwa huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya Hal ini menujukkan bahwa penggunaan kata atau ungkapan asing dalam artikel ataupun karya tulis lainnya diperbolehkan. Namun, apabila kata atau ungkapan yang digunakan tersebut belum banyak digunakan, ada baiknya diberikan penjelasan. Dengan begitu, pembaca tidak bingung. Perhatikan contoh berikut:
Dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2003) telah dijelaskan bahwa huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya Hal ini menujukkan bahwa penggunaan kata atau ungkapan asing dalam artikel ataupun karya tulis lainnya diperbolehkan. Namun, apabila kata atau ungkapan yang digunakan tersebut belum banyak digunakan, ada baiknya diberikan penjelasan. Dengan begitu, pembaca tidak bingung. Perhatikan contoh berikut:
a. Pengambilan keputusan strategik
sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai (value) atau harapan (expectation).
b. Investasi (pembiayaan)
b. Investasi (pembiayaan)
2. Lambang
Ada banyak karya tulis yang menggunakan satuan. Mien E. Rifai (1995) menyatakan, Satuan dasar yang dianut secara universal memakai Satuan Sistem Internasional Contoh SI adalah:
kilogram kg –> 5 kg
meter m –> 10 m
ampere A –> 2 A
Ada banyak karya tulis yang menggunakan satuan. Mien E. Rifai (1995) menyatakan, Satuan dasar yang dianut secara universal memakai Satuan Sistem Internasional Contoh SI adalah:
kilogram kg –> 5 kg
meter m –> 10 m
ampere A –> 2 A
Penulisan satuan tidak diawali
dengan huruf kapital. Namun, jika satuan tersebut diambil dari nama orang,
penulisan dalam bentuk singkatnya menggunakan huruf kapital. Penulisan satuan
dalam bentuk singkat tidak menggunakan titik.
3. Penulisan nama Latin
Dalam bidang keilmuan tertentu, penggunaan nama Latin tidak bisa dihindarkan. Penggunaan nama Latin akan menjelaskan spesies makhluk hidup secara spesifik. Lalu, bagaimanakah cara penulisannya?
Dalam bidang keilmuan tertentu, penggunaan nama Latin tidak bisa dihindarkan. Penggunaan nama Latin akan menjelaskan spesies makhluk hidup secara spesifik. Lalu, bagaimanakah cara penulisannya?
Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2003:21) disebutkan, ?Huruf kapital
digunakan sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.? Namun, bagaimana
dengan unsur-unsur nama hewan atau tumbuhan? Selain itu, disebutkan pula,
?Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.? (2003:26) Penjelasan lebih
lanjut mengenai penulisan nama Latin ini dijelaskan Mien A. Rifai (1995:14),
huruf miring digunakan pada nama ilmiah, marga, jenis, anak jenis, varietas,
dan forma makhluk. Akan tetapi, nama ilmiah takson di atas tingkat marga tidak
ditulis dengan huruf miring. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh-contoh
berikut:
Oryza sativa Linnaeus
Oryza sativa Linn.
Oryza sativa merupakan nama Latin untuk padi. Sebagaimana dijelaskan pada EyD, penulisan nama diawali dengan huruf kapital. Oleh karena itu, huruf O pada Oryza kapital. Namun, berbeda dengan tata cara penulisan nama orang, huruf kapital hanya dipakai pada huruf pertama kata pertama. Jadi, huruf s pada kata sativa tidak kapital. Huruf L pada kata Linnaeus dan Linn. mengacu pada nama orang (penemu). Oleh karena itu, tidak ditulis dengan huruf miring.
Oryza sativa Linn.
Oryza sativa merupakan nama Latin untuk padi. Sebagaimana dijelaskan pada EyD, penulisan nama diawali dengan huruf kapital. Oleh karena itu, huruf O pada Oryza kapital. Namun, berbeda dengan tata cara penulisan nama orang, huruf kapital hanya dipakai pada huruf pertama kata pertama. Jadi, huruf s pada kata sativa tidak kapital. Huruf L pada kata Linnaeus dan Linn. mengacu pada nama orang (penemu). Oleh karena itu, tidak ditulis dengan huruf miring.
4. Antara Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris
Bahasa Inggris diakui sebagai bahasa internasional. Begitu pula dalam karya tulis ilmiah. Agar dapat mempublikasikan hasil penelitiannya pada masyarakat luas (dalam hal ini masyarakat internasional), ada banyak peneliti yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam karya tulis ilmiahnya.
Bahasa Inggris diakui sebagai bahasa internasional. Begitu pula dalam karya tulis ilmiah. Agar dapat mempublikasikan hasil penelitiannya pada masyarakat luas (dalam hal ini masyarakat internasional), ada banyak peneliti yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam karya tulis ilmiahnya.
Jika karya tulis ilmiah menggunakan
bahasa pengantar Inggris (atau bahasa asing lainnya), pedoman dan aturan yang
digunakan sesuai dengan bahasa yang digunakan. Jadi, jika bahasa pengantar yang
digunakan adalah bahasa Inggris, pedoman dan aturan yang digunakan adalah
pedoman dan aturan bahasa Inggris. Oleh karena itu, penggunaan bahasa di luar
bahasa Inggris (bahasa Indonesia atau Latin) ditulis dalam cetak miring.
Kesimpulan
Ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah atau disebut juga bahasa standar (baku). Sebagai salah satu jenis dari karya tulis ilmiah, artikel ilmiah pun ditulis dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa standar ini adalah bahasa yang dipelajari dalam institusi pendidikan. Sebagai bahasa standar, ada aturan-aturan tata bahasa dan pedoman ejaan yang perlu diikuti. Standar berbahasa yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini meliputi pemilihan kata yang tepat, kalimat efektif, kepaduan paragraf, dan pedoman penulisan. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa dalam artikel ilmiah masih dapat ditemui penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan standar aturan berbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai tersebut dapat ditemukan berupa ketidaktepatan dalam penggunaan/ penyusunan kata, kalimat, paragraf, dan pedoman penulisan.
Ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah atau disebut juga bahasa standar (baku). Sebagai salah satu jenis dari karya tulis ilmiah, artikel ilmiah pun ditulis dengan menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa standar ini adalah bahasa yang dipelajari dalam institusi pendidikan. Sebagai bahasa standar, ada aturan-aturan tata bahasa dan pedoman ejaan yang perlu diikuti. Standar berbahasa yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ini meliputi pemilihan kata yang tepat, kalimat efektif, kepaduan paragraf, dan pedoman penulisan. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa dalam artikel ilmiah masih dapat ditemui penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan standar aturan berbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai tersebut dapat ditemukan berupa ketidaktepatan dalam penggunaan/ penyusunan kata, kalimat, paragraf, dan pedoman penulisan.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka.
Keraf, Gorys (1997): Komposisi:
Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende?Flores, Penerbit Nusa Indah.
Keraf, Gorys (2005): Diksi dan
Gaya Bahasa. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Diknas RI. (1989): Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta,
Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Diknas RI. (2001): Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai
Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Diknas RI. (2003): Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta, Balai Pustaka.
Rifai, Mien A. (1995): Pegangan
Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press.
Utorodewo, Felicia N. (2003):
Makalah Materi Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. (http://pdpt.ui.ac.id/mobm/BahasaIndonesia.html)
JURNAL
IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013
PADA
PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian, dan
kendala-kendala yang ditemui selama pembelajaran serta upaya-upaya yang
dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam implementasi Kurikulum 2013
dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus tunggal
terpancang, yaitu penelitian yang hanya terpancang pada satu pokok permasalahan
yang dilakukan di kelas. Sumber data dalam penelitian iniantara lain, peristiwa
pembelajaran menulis teks cerita pendek, informan, dandokumen. Validitas data
dilakukan dengan triangulasi data, triangulasi metode, dan reivew informan.
Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa implementasi Kurikulum 2013 pad apembelajaran menulis
teks cerita pendek,mulai dari perencanaan,
elaksanaan, dan penilaiannya sebagian besar sudah sesuai dengan
Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah dan Permendikbud Nomor 23 tentang Standar Penilaian pendidikan.
Meskipun demikian, masih terdapat beberapa komponen yang belum sesuai. Selama
proses pembelajaran berlangsung juga ditemui beberapa kendala yang muncul,
namun guru bahasa telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kendala
tersebut.
Kata
kunci: implementasi, pembelajaran, menulis, cerpen, kurikulum 2013
PENDAHULUAN
Perubahan dan
pengembangan kurikulum dari waktu ke waktu harus selalu dilakukan agar dapat
mengikuti tantangan zaman. Kurikulum 2013 dirancang oleh pemerintah untuk menyiapkan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan
di masa mendatang dan menyongsong Generasi Emas Indonesia Tahun 2045. Oleh
karena itu, peserta didik harus dipersiapkan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta keterampilan yang mumpuni sebagai bekal menggapai kesuksesan. Perubahan
dari kurikulum sebelumnya menjadi Kurikulum 2013 membawa beberapa perubahan,
baik dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atau penilaiannya. Saat
Kurikulum 2013 pertama kali diterapkan di sekolah, dalam penyelengaraannya guru berpedoman pada
Permendikbud Nomor 81Atahun 2013. Pada tahun 2014 berganti menjadi Permendikbud
Nomor 103 dan104. Kemudian, yang terbaru guru harus menyesuaikan kembali dengan
Permendikbud Nomor 20 sampai 24 tahun 2016. Hal tersebut menjadi kendala tersendiri
bagi guru sebagai pengimplementasi kurikulum. Pembelajaran menulis hendaknya
ditafsirkan sebagai sebuah proses yang ditujukan untuk mengembangkan
serangkaian aktivitas siswa dalam rangka menghasilkan sebuah tulisan di bawah
bimbingan, arahan, dan motivasi guru. Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Bab 1 Ayat
(1) mengemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik,
mengajar, melatih, membimbing, dan mengevaluasi kegiatan belajar peserta didik
pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah (Permadi & Daeng, 2013: 63). Dengan demikian, guru
dituntut supaya dapat melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran dengan baik.Selain itu, guru juga harus dapat mengatasi kendala
yang ditemui selama proses pembelajaran.
Penilaian proses
dan hasil belajar dalam Kurikulum 2013 dapat dilakukan dengan menggunakan
penilaian autentik. Penilaian autentik menurut beberapa sumber sebagaimana
tertulis dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai
berikut: (1) American Library Association mendefinisikan sebagai proses
evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta
didik pada aktivitas yang relevan dalampembelajaran; (2) Newton Public School,
mengartikan penilaian autentik sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang
berhubungan dengan pengalaman kehidupan dunia nyata peserta didik; dan (3)
Wiggins mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam
aktivitas-aktivitas pembelajaran,seperti meneliti, menulis, merevisi dan
membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi
dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan
pembelajaran terdiri dari menyiapkan dokum berupa silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran. Silabus yang digunakan oleh guru bahasa Indonesia
sebagian besar sudah sesuai dengan Kurikulum 2013. Silabus tersebut meliputi:
(1) identitas mata pelajaran; (2) identitas sekolah meliputi nama satuan
pendidikan dan kelas/semester; (3) kompetensi inti; (4) kompetensi dasar; (5)
materi pokok; (6) langkah-langkah pembelajaran; (7) penilaian; (8) alokasi waktu;
dan (9) sumber belajar.
Media Pembelajaran
Soeparno
(Ngalimun dan Alfulaila, 2014: 107) mendefinisikan media sebagai suatu alat
yang merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi
dari suatu sumber (resorce) kepada penerima (receiver). Pemilihan media harus
relevan dengan materi pembelajaran agar media tersebut efektif ketika digunakan
dalam pembelajaran. Selain itu, pemilihan media juga harus mempertimbangkan
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai.
Media pembelajaran
yang tertera dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) adalah internet. Akan tetapi, media yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran menulis teks cerita pendek adalah buku dan papan tulis. Buku yang
digunakan dalam pembelajaran tersebut ialah buku berjudul Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik Kelas XI. Dengan demikian, media yang digunakan oleh
guru belum sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013
guru seharusnya menggunakan media yang inovatif, seperti memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran ialah rencana pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan
penyusunan secara sistematis bahan yang akandiajarkan, serta kemungkinan
pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya (Ngalimun dan Alfulaila, 2014:
50). Pemilihan metode pembelajaran sangat penting karena metode mengajar akan
mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih
metode guru harus mencari metode yang dapat menumbuhkan minat belajar peserta
didik sehingga peserta didik aktif selama mengikuti proses pembelajaran.
Penilaian dalam
Kurikulum 2013 meliputi penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Berdasarkan hasil observasi 1, observasi 2, dan wawancara dengan guru,
penilaian pembelajaran menulis teks cerita pendek di kelas XI SMA Pada aspek
penilaian sikap, penilaian dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Akan tetapi, penilaiannya tidak dilakukan menggunakan lembar
pengamatan sikap seperti yang tertera dalam RPP. Penilaian sikap dilakukan
dengan memberikan tanda tertentu di lembar presensi siswa. Selain itu,
berdasarkan hasil analisis dokumen, lembar pengamatan pada penilaian sikap yang
di buat oleh guru belum sesuai dengan pedoman terbaru karena penilaian sikap
spiritual dan sikap sosial masih digabung menjadi satu. Guru menggunakan
pedoman penskoran keterampilan menulis dengan menilai dari aspek isi, struktur
teks, kosa kata, dan kalimat. Rentang skor yang diberikan oleh guru adalah 1-3
tiap aspek. Nilai akhir keterampilan menulis teks cerita pendek didapatkan dengan
membagi skor capaian dengan jumlah skor maksimal kemudian dikalikan seratus. Berdasarkan
hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian harus dilakukan
sebagian besar sudah sesuai dengan pedoman penilaian yang tertuang dalam
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan dan
kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Dalam pembelajaran, penilaian
merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mencapai
kompetensi tertentu. Dengan demikian, dari hasil penilaian tersebut guru dapat
menentukan kegiatan selanjutnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Implementasi
Kurikulum 2013 pada pembelajaran menulis teks cerita pendek di Kelas XI SMA
Negeri 2 Sukoharjo, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya
sebagian besar sudah sesuai dengan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendikbud Nomor 23 tentang
Standar Penilaian pendidikan. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa
komponen yang belum sesuai. Selama proses pembelajaran berlangsung juga ditemui
beberapa kendala yang muncul, namun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 2
Sukoharjo telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kendala
tersebut.Perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian merupakan
pokok dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, guru harus
mampu melaksanakan ketiganya dengan baik. Selain itu, guru harus kreatif,
inovatif, dan mau mengembangkan diri. Dengan demikian, diharapkanproses dan hasil
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto.
(2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Gava
Media.
Fadlillah, M.
(2014). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTS, dan
SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Idi, A. (2014).
Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali
Pers.
Ismawati, E.
(2013). Pengajaran Sastra. Yogykarta: Ombak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar