BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang kaya peninggalan sejarah dan budaya, baik berupa
prasasti-prasasti maupun adat istiadat yang sifatnya religius dan sakral yang
masih dipercayai oleh sebagian
masyarakat Indonesia. Peninggalan-peninggalan tersebut sangat berguna
dalam usaha mengetahui kehidupan manusia Indonesia di masa lampau yang tidak
ternilai harganya. Selain beberapa peninggalan di atas terdapat peninggalan kebudayaan
lainnya, yaitu: Situs Sembah Agung di Desa Batukaras Kecamatan Cijulang
Kabupaten Pangandaran yang oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai suatu tempat
keramat. Bukti-bukti peninggalan bersejarah
khususnya di Kabupaten Pangandaran, masih banyak yang
belum diketahui oleh para ahli atau bahkan sebagian besar warganya sendiri.
Suatu hal yang ironis apabila suatu saat situs-situs peninggalan tersebut
diekskavasi bangsa lain kemudian mereka merekonstruksikannya sendiri, sehingga
pada gilirannya tidak berdasar pada fakta. Akibatnya bukan saja kurang bernilai
melainkan juga kurang bermakna terhadap hal yang sebenarnya.
B.
Rumusan Masalah
1)
Bagaimana asal
usul situs sembah agung ?
2)
Bagaimana proses
ritual memasuki situs sembah agung di desa batukaras ?
3)
Dimana keberadaan
situs sembah agung di desa batukaras kecamatan cijulang kabupaten pangandaran ?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1)
Untuk mengetahui
asal usul situs sembah agung ?
2)
Untuk mengetahui
proses ritual memasuki situs sembah agung di desa batukaras ?
3)
Untuk mengetahui
dimana keberadaan situs sembah agung di desa batukaras kecamatan cijulang
kabupaten pangandaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal Usul Situs Sembah Agung
Banyak yang
belum mengetahui asal usul 78 Situs Sembah Agung penemuan Situs Sembah Agung
dengan potensi wisata alamnya yang sangat indah dan beragam, banyak mengundang
rasa penasaran para pelancong
atau para wisatawan untuk
datang menikmati panorama keindahan
alamnya. Konon keindahan alam
inilah yang membuat para wisatawan yang datang merasa nyaman tinggal di
Cijulang, sehingga banyak dari mereka yang hidup menetap di Cijulang. Desa
Batukaras termasuk salah satu desa yang
penduduknya mayoritas adalah pendatang, sebagian besar
masyarakatnya berasal dari etnis Jawa. Dengan menetapnya etnis Jawa di Desa
Batukaras telah memberikan adanya dua corak kehidupan yang berbeda yakni
kehidupan masyarakat asli “Etnis
Sunda” dan komunitas pendatang “Etnis Jawa”, yang telah
menjadi komunitas besar. Bahkan pada saat ini komunitas Jawa mendominasi di
Desa Batukaras, yang sangat berpengaruh sekali terhadap kehidupan sosial,
maupun dalam kebudayaan.
Dengan bercampurnya komunitas Sunda dengan mayarakat
Jawa telah memberikan corak sosial dan budaya yang beragam serta membawa dampak
unsur saling mempengaruhi yang terjadi karena terjalinnya hubungan sosial
interaksi yang terjalin dengan baik antara etnis pendatang dan etnis pribumi.
Keadaan sosial dan budaya komunitas Jawa yang berkembang di Desa Batukaras
Kecamatan Cijulang sebenarnya hal yang wajar terjadi, karena pada dasarnya
kedua etnis tersebut memiliki unsur hubungan sosial budaya yang sangat erat,
karena masyarakat Jawa umumnya hidup dalam nuansa dua budaya Jawa dan Sunda
yang sangat mengakar kuat.
Komunitas Jawa telah berkembang dan mendominasi di
Desa Batukaras Kecamatan Cijulang, namun hal tersebut tidaklah menimbulkan
adanya suatu diskriminasi etnis,
yang membedakan antara etnis
pendatang dan etnis pribumi. Keduanya hidup rukun, kedua etnis tersebut memiliki
pandangan bahwa perbedaan buklanlah sesuatu yang memisahkan, bukan pula sesuatu
yang membuat untuk saling merendahkan. Keduanya saling menghargai dan saling
menghormati terhadap kehidupan
sosial dan budaya satu sama lain. Penduduk Desa Batukaras yang umumnya berasal
dari etnis Jawa mempunyai banyak budaya dan tradisi yang tentunya setelah mereka
menetap di Batukaras, termasuk tradisi yang mereka lakukan di Situs Sembah
Agung yang letaknya di Desa Batukaras yang merupakan salah satutempat yang
dikeramatkan oleh masyarakat di Batukaras. Tradisi yang sering digelar di Situs
Sembah Agung dengan harapan mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa, tetapi
tradisi tersebut tidak terfokus oleh masyarakat Batukaras saja melainkan masyarakat
luar daerah yang mempunyai harapan dan tujuan tertentu ke Situs Sembah Agung
dan bersemedi di sana.
B.
Proses Ritual Memasuki Situs Sembah Agung di Desa
Batukaras
Situs
Sembah Agung terletak di Desa Batukaras Kecamatan Cijulang. Di daerah ini
penduduknya campur antara Jawa dan Sunda. Ritual memasuki tempat keramat Situs
Sembah Agung biasanya membawa bunga
atau kembang warna-warni, kemenyan, dan minyak wangi
sebagai persembahan atau makanan buat Situs Sembah Agung. Peziarah masuk dengan
mengucapkan salam atau punten. Dengan dibantu
oleh kuncen untuk menyambungkan kedatangan
peziarah dengan Situs Sembah Agung. Sebagai muslim, percaya bahwa makam atau
tempat dikeramatkan orang yang datang ke sana mesti mengucapkan salam, dan
harus melalui juru kunci. Orang yang datang biasanya mengirim doa, membaca
tahlil dan sholawat toyibah. Ritual masuk makam 79 Situs Sembah Agung hanya sekedar ritual saja,
intinya ritual tersebut hanya untuk “pengeling-eling” (mengingatkan) bahwa kita
suatu saat juga akan meninggal dan dikuburkan.
Dalam
bahasa sunda ada istilah “nete taraje nincak ambalan”, jadi datang ke makam ini
dapat dikatakan untuk mencari barokah dari para leluhur, safaat dari para nabi
di akhir zaman, dan mukijat hanya Allah yang punya. Berdoa dimakam ini
diharapkan ada barokah dari para leluhur dan sebagai keturunannya bisa ketitisan.
Banyak juga orang yang datang untuk tirakat ke Situs Sembah Agung ini. Ada yang
menginap, ada juga yang tidak. Orang yang tirakat dan menginap di makam ini ini
dengan berbagai tujuan, ada yang ingin mencari barokah dalam hidupnya, tetapi juga
ada yang sengaja mencari jodoh, oleh karena
itulah makam ini
kemudian dianggap keramat.
C.
Keberadaan Situs Sembah Agung di Desa Batukaras
Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran
Di Indonesia, pemujaan
terhadap roh nenek moyang dan benda-benda keramat telah dikenal sejak zaman
prasejarah. Pemujaan ini dapat dilihat dari peninggalan kebudayaan yaitu
pada zaman megalithikum.
Nusantara pada periode prasejarah mencakup suatu periode yang sangat panjang,
kira-kira sejak 1,7 juta tahun yang lalu, berdasarkan temuan-temuan yang ada.
Pengetahuan orang terhadap hal ini didukung oleh temuan-temuan fosil hewan dan
manusia (hominid), sisa-sisa peralatan dari batu, bagian tubuh hewan, logam
(besi dan perunggu), serta gerabah. (Soekmono, 1973 : 71)
Hasil kebudayaan yang terdapat
di Situs Sembah Agung merupakan hasil dari kebudayaan batu besar (megalithikum)
yang dinamakan dengan dolmen yang dicirikan dengan adanya meja batu yang disangga
dengan menhir-menhir. Batu ini merupakan tempat pemujaan roh tetapi dapat juga
dipakai sebagai kuburan. Kebudayaan megalithikum
adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunan-bangunan monumental
yang terbuat dari batu-batu besar dan masif. Bangunan Megalithikum ini
digunakan sebagai sarana penghormatan dan pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
Penemuan bangunan Megalithikum tersebar hampir di seluruh kepulauan
Nusantara, bahkan sampai sekarang
pun masih ditemukan tradisi Megalithikum, seperti terdapat di Pulau Nias,
Sumba, Flores, dan Toraja. (Soekmono, 1973 : 73).
Berdoa di Situs Sembah
Agung merupakan suatu kegiatan ritual yang lahir dari kepercayaan faham
keagamaan pada manusia. Untuk mendapatkan keberkahan atau pertolongan dari para
leluhur yang ada di dalam suatu benda keramat, maka diadakanlah suatu ritual,
yang biasanya dilaksanakan dalam bentuk bertapa atau upacara lainnya.
Menurut Koentjaraningrat, meditasi atau semedi biasanya dilakukan
bersama-sama dengan tapabrata (bertapa) dan dilakukan pada tempat-tempat yang
dianggap keramat misalnya di gunung, makam keramat, ruang yang dikeramatkan dan
sebagainya. Pada umumnya orang melakukan meditasi adalah untuk mendekatkan atau
menyatukan diri dengan Tuhan.
Para peziarah
umumnya telah mengetahui kekeramatan
tokoh yang dimakamkan di tempat
tersebut. Bahkan peziarah seperti ini melakukan ziarah secara berantai dari
suatu makam keramat ke makam keramat yang lainnya. Peziarah datang berkunjung
dengan rombongan besar maupun perorangan tentu didorong oleh berbagai motivasi
atau niat yang berlainan antara satu dengan lainnya, yang masing-masing
mempunyai motivasi yang belum tentu sama, tergantung apa yang akan “diminta dan
kepentingan”. Peziarah yang datang berkunjung ini kebanyakan mendengar dan
diberitahu oleh teman, tetangga
atau kerabatnya tentang “kekeramatan, karisma” tokoh yang
dapat memberi harapan untuk hidup yang lebih baik dan lain sebagainya.
Peziarah yanmg datang
ke Situs Sembah Agung antara lain bertutur bahwa pada mulanya hanya diajak oleh
tetangga. Sejak awal ia merasa tidak memiliki motivasi datang ke tempat
tersebut, namun setelah beberapa kali datang tempat tersebut ia berperasaan
lain. Sejak itulah memiliki itikad untuk merubah nasibnya. Menurut pengakuannya,
ia sering pergi ke tempat-tempat yang menurutnya merupakan tempat sakral.
Menurutnya, baru ia pulang ke rumah apabila setelah mendapat ilapat (ilham). Hingga
sekarang, menurut pengakuannya
kehidupannya sudah ada sedikit perubahan. Motivasi peziarah yang lainnya
menyebutkan bahwa mereka datang ke Situs Sembah Agung bermaksud untuk merubah
nasib. Orang yang belum memiliki pekerjaan tetap berziarah ke makam ini niatnya
untuk mencari keberkahan sehingga ada perubahan pada nasibnya. Ada juga yang
berniat mencari jodoh dan sebagainya.
Kondisi Situs Sembah
Agung hampir tidak berubah dari waktu ke waktu. Kondisi situs dan sekitar situs selalu bersih dan
terawat 83 Situs Sembah Agung walaupun
tidak ada yang membersihkannya. Udaranya sejuk karena berada di hutan yang
keberadaannya jarang sekali dilewati masyarakat. Para pendatang dari luar
daerah yang belum mengenal daerah ini yang ingin melakukan ziarah selalu
meminta bantuan kepada kuncen agar diantarkan ke lokasi tersebut. Namun bagi
masyarakat sekitar Situs Sembang Agung
yang hendak melaksanakan ritual
biasanya pergi sendiri tanpa bantuan kuncen. Kekeramatan Situs Sembah Agung
memang sangat mempengaruhi pola
kehidupan masyarakat di Desa Batukaras dan sekitarnya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1)
Peziarah yang
mengunjungi tempat yang dianggap keramat, termasuk mereka yang datang ke Situs Sembah
Agung pada umumnya dilandasi oleh niat, tujuan yang didorong oleh kemauan batin
yang mantap. Terdapat berbagai macam motivasi para peziarah datang ke makam
keramat tersebut. Salah satu di antara
motivasi peziarah datang berkunjung ke Situs Sembah Agung adalah untuk
menenangkan batin. Motivasi ini
didukung oleh persepsi yang
menyebutkan bahwa tempat tersebut adalah tempat yang sakral.
Para peziarah merasa menemukan tempat yang cocok dengan maksud atau niat mereka
datang ke tempat ini.
2)
Para peziarah
umumnya telah mengetahui
kekeramatan tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut. Bahkan peziarah seperti
ini melakukan ziarah secara berantai dari suatu makam keramat ke makam
keramat yang lainnya. Peziarah
datang berkunjung dengan rombongan besar
maupun perorangan tentu didorong oleh berbagai motivasi atau niat yang
berlainan antarasatu dengan lainnya, yang masing-masing mempunyai motivasi yang
belum tentu sama, tergantung apa yang akan “diminta dan kepentingan”. Peziarah yang
datang berkunjung ini kebanyakan mendengar dan diberitahu oleh teman, tetangga atau
kerabatnya tentang “kekeramatan,
karisma” tokoh yang dapat memberi harapan untuk hidup yang lebih baik dan lain
sebagainya. Mereka ada yang
datang karena kemauan sendiri, tetapi
ada juga yang diajak atau dianjurkan teman, tetangga atau kerabatnya yang
merasa berhasil. Oleh karena itu, cara mereka berkunjung itu ada yang seorang
diri, mengajak teman atau saudara, ada pula secara berombongan.
B.
Rekomendasi
Demi menjaga kelestarian budaya dan adat ketimuran
masyarakat Desa Batukaras, hendaknya lembaga pemerintahan terkait dan lembaga sosial masyarakat, merekomendasikan antara lain :
1)
Sekiranya ada
perbedaan budaya, jangan dijadikan sesuatu yang memisahkan tetapi perbedaan
dijadikan suatu khasanah kekayaan
bangsa yang patut dihargai dan tetap terjaga.
2)
Situs Sembah Agung
ini harus dilestarikan oleh masyarakat karena di dalamnya terdapat nilai-nilai
masa lalu yang merupakan kekayaan budaya Indonesia. Sebenarnya bergantung pada motivasi
itu sendiri, bila sebatas ingin mendoakan ahli kubur agar diberikan berkah dan
diampuni dosanya oleh Allah SWT
mungkin tidak tergolong menyekutukan Allah.
Tapi bila motivasinya ngalap
berkah (mencari berkah) atau mohon bantuan sesuatu yang dari sudah meninggal,
tentu masalahnya menjadi lain. Oleh karena itu,
bergantung dari mana
kita memandang segala sesuatu itu. Tidak dapat kita
pungkiri, bahwa ada kesalahpahaman dalam
memandang 84 Situs Sembah Agung tetang ziarah itu. Kesalahpahaman itu semakin lama
semakin merebak sehingga sulit
dibedakan, mana yang dianjurkan dan mana yang dilarang.
3)
Terlepas dari
itu semua, mengunjungi tempat keramat itu sudah merupakan kebiasaan atau
tradisi masyarakat yang sulit ditinggalkan atau dihilangkan. Biarlah itu hilang
dengan sendirinya. tetapi, selama kegiatan
itu tidak menyesatkan dan tidak
keluar dari rambu atau aturan-aturan yang ada, itu tidak menjadi masalah.
Peziarah hendaknya pandai
memilah-milah agar jangan sampai terjerumus menjadi umat yang rugi.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman yang baik. Bagi yang belum dapat
memahami, bila dirasakan besar manfaatnya
maupun sebaliknya, merupakan
suatu resiko yang harus diterimanya. Namun atas keyakinan, mereka siap
melakukan apa saja walaupun
memerlukan pengorbanan moril
maupun materil. Secara materi misalnya, tidak sedikit jumlah biaya yang harus
dikeluarkan, walaupun maksud dan
tujuan yang diinginkan belum tentu terkabul. Rupanya masalah itu tidak menjadi
problema, karena menyadari bahwa segala suatu itu perlu upaya, walaupun
yang menentukan segalanya Allah
SWT. Tidak dapat dipungkiri, itulah salahsatu
sistem kepercayaan yang ada dan berkembang di masyarakat
kita. Namun itu merupakan nilai budaya bangsa yang sarat
dengan nilai luhur.
DAFTAR PUSTAKA
http://wisatadanbudaya.blogspot.com
http://www.google.com
http://www.wikipedia.com
http//: www.almanhaj.or.id
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar