BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial, dimanapun
berada tidak pernah lepas dari berhubungan dengan sesama manusia lainnya, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. Agar hubungan itu berjalan dengan
baik, maka dalam berprilaku manusia senantiasa berpedoman pada nilai-nilai dan
norma. Nilai-nilai dan norma yang dimiliki setiap masyarakat memiliki persamaan
dan perbedaan. Dengan menyadari persamaan dan perbedaannya, serta keikutsertaan
kita dalam hubungan sosial, maka diciptakanlah ilmu sosiologi sebagai pedoman
kita untuk berinteraksi sosial.
Budaya tidak dapat dipisahkan dari konsep Dwi
Tunggal, yaitu tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan tidak ada kebudayaan
tanpa masyarakat. Budaya adalah suatu cara hidup yang hidup dan berkembang dan
diturunkan pada generasi- generasinya. Kebudayaan erat hubungan erat dengan
masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat itu diatur oleh
kebudayaan itu sendiri. Hampir seluruh kebudayaan yang kita miliki adalah
warisan dari nenek moyang kita. Amat sedikit tindakan manusia yang dilakukan
tanpa proses belajar karena dia menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaaan yang terus
berlangsung akan menghasilkan suatu kebudayaan.
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
penerapan konsep sosiologi
2.
Untuk mengetahui
arti kebudayaan dalam konsep sosiologi
BAB II
PEMBAHASAN
Aspek individu dapat dikatakan sebagai manusia, sehingga
definisi manusia adalah Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok atau
seorang individu. Definisi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh
Allah dan dianugerahiNya akal, hati, fisik. Yang membedakan antara manusia
dengan hewan adalah akal. Maka ada yang berpendapat bahwa manusia itu hewan
yang berakal. Karena dari segi fisik memang tidak ada beda dengan hewan tetapi
yang membedakannya adalah akal.Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari
satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal
(geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah kebudayaan, yang
antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di dalam komunitas.
Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang dapat diamati yang wujud
kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari serangkaian
tindakan yang berpola yang bertujuan untuk memenuhi keperluan hidup.
Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan dimiliki individu melalui proses
belajar yang terdiri dari proses internalisasi, sosialisasi, dan
enkulturasi.Karena di dalam masyarakat orang-orang yang hidup bersama
menghasilkan kebudayaan, sehingga masyarakat sebagai pendukung, pemelihara, dan
pelestaridari budaya yang telah mereka miliki yang kemudian di wariskan kepada
anak cucunya.
Keterkaitan anatara individu, masyarakat dan kebudayaan sangatlah erat dalam
kehidupan individu itu sendiri maupun orang banyak. Individu harus
bersosialisai dalam masyarakat sehingga melestarikan kebudayaan dan menimbulkan
kebudayaan baru yang mencirikan budaya Bangsa Indonesia sendiri. Dimana yang
kita ketahui bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki budaya yang sangat banyak
karena, antara masyarakat yang di pisahkan oleh suatu batas wilayah ataupun
batas antar pulau juga memoiliki budaya yang khas, antara satu dengan yang
lain. Sehngga ciri kebudayaan ada karena terdapat pada pendukung kebudayaan
tersebut, yakni individu ataupun sekelompok orang bahkan masyarakat dimana
diantara mereka membawa kebudayaannya masing-masing sehingga membedakan dengan
kebudayaan masyarakat yang lainnya.
B. Hajat Laut di Bojongsalawe
Merupakan Pesta Laut yang
diselenggarakan setiap awal bulan Syura oleh warga Bojongsalawe. Hajat Laut
atau Pesta Laut dimaksudkan sebagai ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan berkah serta keselamatan terhadap nelayan.
Ada juga yang mempercayai sebagai acara
untuk meminta permohonan keselamatan dari nelayan untuk Dewi Roro Kidul, yang
dipercaya sebagai penunggu Pantai Selatan. Acara ini ditandai
dengan dibawanya sesaji yang ditaruh di tiga jampana dibawa ke tengah laut dan
ditenggelamkan di tengah lautan.Ratusan perahu dengan berbagai warna dan
ornamen ditambah dengan berbagai umbul-umbul ikut mengiringi perahu pengangkut
joli atau dongdang yang berisi bermacam sesaji dalam kegiatan syukuran atau
hajat laut ini.
Pesta Laut (syukuran Nelayan) adalah acara yang dihelat setiap
bulan Muharam pada Kamis Wage menjelang Jumat Kliwon, Pesta Laut
dimaksudkan sebagai ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rejeki serta keselamatan terhadap para nelayan.
Pertama-tama
para nelayan menyiapkan beberapa jampan (sesaji) terlebih dahulu. Isi dari
sesaji ini berupa kepala kerbau dan kepala kambing. Biasanya kerbau dan kambing
di beli para nelayang dengan penggalangan dana dari masyarakat Pangandaran.
Setelah sesaji siap, para tokoh ulama dan masyarakat Pangandaran mengadakan doa
bersaman terlebih dahulu dengan membacakan Yasin dan Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an.
Kemudian setelah doa selesai dibacakan inti dari Ritual Hajat Laut pun tiba,
beberapa nelayan membawa jampan ke pinggir laut. Satu demi satu jampan dinaikan
ke atas perahu. Setelah itu bebrapa nelayan membawa jampan tersebut ke tengah
laut kira-kira lima mil dari pesisir pantai Bojongsalawe. Seluruh nelayan ikut
dalam iring-iringan, mengawal perahu utama yang membawa jampan. Perahu paran
nelayan dihias sedemikian rupa dan warna serta menambahkan ornament-ornamen
tertentu yang dapat menarik perhatian. Perahu hias ini menjadi daya tarik
para wisata yang melihat Ritual Hajat Laut. Setelah sampai di tengah laut, satu
persatu jampan pun di tenggelamkan. Para nelayan terjun ke laut sambil membawa
ember untuk berebut air laut disekitar jampan yang ditenggelamkan. Air ini
apabila di guyurkan atau di mandikan kepada perahu mereka dipercaya mendapatkan
berkah selama satu tahun kedepan dengan hasil tangkapan yang banyak dan
berlimpah. Setelah prosesi penurunan jampan selesai para nelayan kembali ke
pesisir pantai. Acara Hajat Laut biasanya di meriahkan dengan beberapa
perlombaan seperti panjat pinang, tangkap bebek di laut dan balapan penyu.
Untuk hiburannya biasanya dimeriahkan oleh kesenian tradisional Jawa Barat dan
tarian-tarian tradisional.
C.
Hasil Wawancara
Pertanyaan :
1. Pak, apakah dalam memperingati
syukuran nelayan ada ritual khusus sebelum hari H ?
2. Tradisi ini sudah ada sejak kapan?
3. Untuk apa tradisi ini dilakukan ?
4. Apa pengaruh didalam tradisi ini
untuk nelayan?
5. Apakah acara ini dapat dinikmati
oleh wisatawan ?
Jawaban :
1. Ada ritual.
Ritual kegiatan nelayan, membuat
karnaval, babarit : makan bersama. Malamnya diadakan pengajian. Di hari H
dibuang sesaji ke laut dan sunatan masal, beri santunan kepada yatim piatu.
2. Sudah ada sejak jaman nenek moyang,
tradisi ini juga sampai ke Banten.
3. Syukuran kepada Allah SWT
4. Meminta rejeki kepada Tuhan
5. Bisa jadis etiap ada syukuran nelayan
pasti ada wisatawan yang datang.
D.
Biodata Narasumber
Nama :
Ahya Sutarya
Tempat Tgl Lahir : Ciamis, 14 Juli 1950
Umur :
67 Tahun
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Dusun Bojongsalawe Desa Karangjaladri
BAB
III
KESIMPULAN
Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa dari
masyarakat. Tidak ada kebudayaan apabila tidak ada masyarakat dan tidak ada
masyarakat jika tanpa kebudayaan. Kebudayaan berasal jadi suatu kebiasaan yang
terjadi pada suatu kelompok msyarakat. Konsep perkembangan untuk melihat
kebudayaan sebagai teks-teks yang harus dibaca, ditranslasikan, dan
diinterpretasikan.Keterkaitan anatara individu, masyarakat dan kebudayaan
sangatlah erat dalam kehidupan individu itu sendiri maupun orang banyak.
Individu harus bersosialisai dalam masyarakat sehingga melestarikan kebudayaan
dan menimbulkan kebudayaan baru yang mencirikan budaya Bangsa Indonesia
sendiri.
Upacara hajat laut merupakan kebudayaan masyarakat
Bojongsalawe yang harus dilestarikan, karena memiliki nilai budaya
dan nilai sosial yang sangat tinggi.
Masyarakat Bojongsalawe menyadari pentingnya
nilai-nilai tersebut, sehingga dapat dilihat dari upacara tradisonal
hajat laut tersebut dapat memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat
Bojongsalawe. Hilangnya nilai-nilai budaya, artinya hilangnya hubungan manusia
dengan Tuhan, hilangnya hubungan antar sesama manusia, dan hilangnya hubungan manusia
dengan alam yang bisa diakibatkan oleh pengaruh negatif baik dari
wisatawan, televisi, handphone ataupun
internet.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar